Kamis, 29 Agustus 2024

Dampak Marah

 Marah


Yang pernah punya anak kecil usia TK atau SD pasti pernah mengalami anaknya marah atau ngambek tidak mau berangkat sekolah. Anak anak ngambek tidak mau masuk sekolah, bukan karena tidak suka sekolah. Mereka senang bisa bersekolah karena mereka bisa bermain dengan banyak teman. Mereka ngambek karena marah dengan kondisi yang tidak menyenangkan. Suatu kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Anak anak adalah sosok yang senang dipuji,diperhatikan dan diapresiasi. Maka ketika di sekolah nya mendapat perundungan, yangkeras dan terus menerus maka mereka akan marah. Dan ketika mereka tidak mampu melawan para perundungnya, maka mereka melampiaskan kemarahannya di rumah diantaranya dengan ngambek atau mengancam tidak mau sekolah.

Marah biasanya  disebabkan karena sesuatu hal yang tidak diinginkan, kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, merasa tersakiti, merasa dipojokkan, merasa diremehkan atau merasa direndahkan, merasa dikecewakan, dan frustasi karena pupusnya harapan. 

Di sini saya sengaja mengulang kata "merasa" karena kondisi yang dihadapi belum tentu kondisi yang sebenarnya, tetapi boleh jadi hanya perasaannya.

Marah juga adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Para Psikolog menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif mereka. 

Oleh karena itu para orang dewasa, khususnya orang tua, tidak seharusnya ikut ikutan gupek, marah dan ngambek bila anak-anaknya ngambek. Karena orang dewasa biasanya lebih mampu berpikir secara rasional, hati hati dan tidak emosional seperti anak-anak. Seseorang disebut dewasa karena mampu bertanggung jawab dan mampu menanggung beban. Sewajarnya tidak baperan dan terburu buru dalam menyimpulkan apalagi memutuskan. 

Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, disebabkan bahwa marah adalah sekam yang tersimpan dalam hati, seperti terselipnya bara di balik abu. Hal ini menunjukkan bahwa marah adalah emosi negatif yang dapat mempengaruhi psikologis dan interaksi sosial seseorang. 

Rasulullah Saw dengan tegas menyeru agar setiap muslim mampu menahan amarahnya, dengan keyakinan bahwa di balik pengendalian diri tersebut tersimpan janji surga dari Allah SWT. Sebagaimana sabdanya: “Janganlah kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani).

Namun begitu bukan berarti beliau tidak pernah marah, beliau akan marah bila orang melecehkan agamanya atau berlaku melanggar hukum. Seperti yang terjadi saat para elit bangsawan Mekah hendak melakukan loby keringanan hukuman melalui cucu angkat beliau, Usamah bin Zaid bin Haritsah. Seperti dituturkan oleh bunda Aisyah ra:  "...Setelah itu, Usamah  menyampaikan keinginan keluarga tersebut dan Rasulullah Saw mendengarakan permintaan itu, Rasulullah pun terlihat marah, lalu berkata, “Apakah kau meminta keringanan atas hukum yang ditetapkan Allah?” 

Kemudian, beliau berdiri dan berkhutbah di hadapan kaum muslimin hingga sampai pada sabdanya: “Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!”. 

Memutuskan sesuatu dalam kondisi marah, baper atau bucin sangat tidak dianjurkan. Karena berpotensi tidak obyektif dan sering kontra produktif. Jangan grusa grusu seperti anak kecil. Tunggu situasi tenang dan jelas, sebagaimana syair lagu dewasa, Ikan di dalam kolam:


Bila ingin melihat ikan di dalam kolam 

Tenangkan dulu airnya sebening kaca

Bila mata tertuju pada gadis pendiam

Caranya tak sama menggoda dara lincah...


Kadang badai yang menerjang membuat situasi menjadi kabur tidak jelas. Tetapi badai bisa menunjukkan siapa kawan yang sebenarnya, siapa pendukung yang bisa diandalkan dan siapa yang hanya sekedar "kertas".

Tua, merasa risau

 menjadi tua adalah musibah?


Bagi sebagian orang, menjadi tua adalah musibah. Terbayanglah di benaknya, seorang tua yang susah berjalan, bertongkat dan lemah. Juga tidak lagi berkarya, pensiun dan sakit-sakitan. 


Hidup stagnan dan membosankan. Kenikmatan hidup berkurang, kemampuan pisik menurun seiring dengan nyeri sendi, otot, kemampuan gerak dan mobilitas.                                                                                                        Penyakit pikun dan pelupa, momok lain untuk orang yang sudah sepuh dan menua. 

Makanya ketika seseorang yang sering lupa, dikatakan kepadanya  ‘Dah Tua Sih’  padahal umurnya belum banget banget tua. Bagi wanita apalagi, terutama kalangan selebriti dan pemuja kecantikan. Muda, paras menarik dan nice body adalah modal asasi agar tetap dapat kontrak job dan dompet terisi lagi. 

Jangankan menjadi tua, segurat saja ada di wajahnya, itu sudah dianggap musibah. 

Ia ketakuan setengah mati setengah hidup, seakan mo ketimpa batu gede dari gunung meletus atau takut kayak orang kesamber banjir bandang kebawa arus ketendang-tendang. Tanpa berpanjang kalam ia pun segera pergi ke salon  kecantikan atau 'house of beauty' . Konsultasi dan terapi. Pulang dengan wajah berseri, membawa serum glossy. 

Walaupun harganya mahal sekali, tetap saja dibeli semata untuk selalu shanning dan beautufully.     Kadang kalo merasa wajahnya tidak menarik lagi, ia kembali mencari solusi. Ia vermak wajahnya sana sini. Walaupun pake cara oplas. 


Oplas alias operasi plastik biasa  dilakukan demi wajah agar cantik kembali. Walaupun palsu, mana peduli. Walaupun imitasi yang penting glossy. 

Yang lagi ngetrend oplas alias vermak wajah – padahal vermak itu biasanya untuk celana jeans – itu yang ada di negeri ginseng. Oplasnya sudah jadi industri. Makanya orang-orangnya keliatan ganteng dan caktik. Drakornya laku keras banyak penggemar. Padahal palsu, itu wajah ember plastik. 

Dari sini sering kedapatan seorang wanita berwajah ngoplas  cantik, ketika menikah, punya anak, anaknya kagak  secantik mamanya. Ya maklumlah, itukan aslinya.                                                                                                Wajah yang keliatan tua, karena sudah tua, mau diapain juga,  ya tetap tua, pasti ketauan tua. 

Mobil yang tahunnya tua, dikostum ekterior dan interiornya, tetep aje mobil tua. Mesin kaga diganti ya jalannya tetep kayak orang tua. Ibarat penyakit, tua itu penyakit yang tidak ada obatnya, sama halnya seperti mati. 

Menjadi tua padahal dahulunya muda, sudah menjadi  sunnah kauniyah yang ditetapkanNya. Begitu Allah berfirman:


هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوٓاْ أَشُدَّكُمۡ ثُمَّ لِتَكُونُواْ شُيُوخًا ۚ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ مِن قَبۡلُ ۖ وَلِتَبۡلُغُوٓاْ أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ

 

“Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari darah yang menggumpal, kemudian Dia lahirkan kamu sebagai seorang anak kecil, kemudian (Dia membiarkan) kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. (Akan tetapi,) di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Dia pun membiarkan) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan dan agar kamu mengerti.” (QS. Ghafir: 67)


Loh kok tua, dah tua sih, sekarang sudah tua, dah jadi kakek-kakek nih, kalimat-kalimat ini  janganlah sering diomongin  gegara nyesel dan marah karena sudah menua.


Proses ini pasti dialami oleh setiap orang tak terkecuali. Sudah menjadi suratan takdir yang tidak dapat dihindari. Takdir yang telah ditetapkan atas manusia secara pasti. 


Dalam ayat tersebut di atas merupakan penjelasan  bahwa Allah telah menciptakan kamu dalam fase-fase tersebut semuanya dengan sendirian, tiada sekutu bagi-Nya. 


Dia pulalah Yang mengatur, merencanakan dan menentukan ukuran-ukurannya dalam semuanya itu.


 وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْل


“Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu” (QS. Al-Mu’min: 67)


Yakni sebelum dilahirkan ke alam dunia ini, bahkan ada yang gugur sejak masih dalam usia kandungan. Makanya wanita yang bayinya sudah mati duluan sebelum sempat dilahirkan disebut keguguran. 


Di antara mereka ada yang diwafatkan dalam usia anak-anak dan usia muda, ada pula dalam usia tua sebelum memasuki usia pikun. 


Seperti mana yang dijelaskan oleh firman-Nya lagi:


 لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى


“Agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (QS. Al-Hajj:5)


 وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ


“(Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).”  (QS. Al-Mu’min: 67)


Ibnu Juraij mengatakan bahwa ditetapkan demikian agar kamu ingat akan hari berbangkit. 

Kebangkitan dimulai dari kematian dan hari kiamat. Dua peristiwa yang sangat dahsyat yang menanti dan pasti terjadi.

Namun sebagian besar manusia cenderung lalai dan tidak mempersiapkan dirinya. 

Bahkan mereka beranggapan bahwa hal itu  sesuatu yang masih jauh. Jauh jauuuh sekali. Padahal ia sudah dekat, dekat, dekaaaat sekali. 

Selasa, 27 Agustus 2024

Idola yang bisa membuat terlena

PENYAKIT FIGURITAS

Oleh: aunur rafiq saleh

Firman Allah:


وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ


“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun, Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur”. (Ali Imran: 144)


• Ayat ini diturunkan Allah untuk mengabadikan pelajaran setelah terjadinya perang Uhud. Dalam perang ini Nabi saw diissukan terbunuh hingga membuat sebagian kaum muslimin kehilangan semangat dan meninggalkan medan perang seraya berkata, tidak ada gunanya lagi kita berperang melawan kaum musyrikin karena Nabi saw sudah tiada. 


• Tetapi tidak semua kaum muslimin kehilangan semangat. Masih banyak sahabat yang bertahan dan mengingatkan kesalahan mereka, diantaranya Anas bin Nadhar yang mengingatkan mereka: “Apa yang akan kalian perbuat dengan kehidupan sepeninggal Nabi saw? Bangkitlah lalu matilah memperjuangkan apa yang telah membuat Rasulullah saw mati”. Kemudian ia menghadapi kaum musyrikin dan bertemu Sa'ad bin Muadz lalu berkata: “Wahai Sa'ad, duhai indahnya aroma surga. Sungguh aku mendapatinya di dekat Uhud”. Kemudian ia bertempur hingga syahid”. (Zadul Ma’ad, 3/198, 208).


• Sayid Quthb mencatat salah satu pelajaran dari peristiwa dan ayat ini:


“Dakwah jauh lebih besar dan lebih kekal ketimbang dai. Karena para dai boleh datang dan pergi sedangkan dakwah tetap abadi sepanjang generasi dan abad. Para pengikut dakwah pun tetap bersambung dengan sumbernya yang pertama, yang mengutus para rasul dengan membawa dakwah ini. Dia yang Maha Suci tetap abadi menjadi tujuan orang-orang beriman. Tidak boleh seorang pun diantara mereka yang berbalik sepeninggal dai dan murtad dari hidayah Allah. Allah Maha Hidup tidak pernah mati”. (Tafsir fi Zhilalil Quran, 2/443, Robbani press).


• Dr. Muhammad Ratib an-Nabulsi juga mencatat pelajaran dari peristiwa dan ayat ini di dalam tafsirnya:


“Ayat ini mengajari kita bahwa dakwah harus didasarkan pada ajaran tauhid, bukan pada individu. Jika didasarkan pada individu dengan menjadikannya pusat perhatian lalu individu tersebut mati maka dakwah ilallah akan mati bersama kematiannya. Tetapi jika didasarkan pada ajaran tauhid, sedangkan Allah Maha Hidup tidak pernah mati maka dakwah akan tetap berlangsung. Karena itu, agama kita adalah agama tauhid dan agama prinsip, bukan agama individu. Sungguh indah perkataan Abu Bakar ra ketika Rasulullah saw wafat: “Siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhamnad telah meninggal dunia. Dan siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup tidak pernah mati”. (Tafsir an-Nabulsi, 2/216)


• Figuritas adalah sikap mengaitkan berlanjut-tidaknya perjuangan dakwah Islam dengan keberadaan individu atau figur tertentu, atau mengaitkan semangat-tidaknya perjuangan dakwah Islam dengan keberadaan individu atau figur tertentu. Sikap ini dilarang Allah melalui ayat-Nya di atas, bahkan terhadap figur Nabi saw yang ma’shum sekalipun, apalagi terhadap figur selain Nabi yang tidak ma’shum. Karena semangat dakwah harus dibangun di atas nilai-nilai dakwah, bukan di atas keberadaan individu  atau figur tertentu. Karena individu atau figur pasti berakhir keberadaannya sedangkan dakwah tidak boleh berhenti sampai kapan pun.


• Figuritas adalah menempatkan figur di atas hukum, prinsip dan nilai. Apa pun yang dilakukan figur tidak pernah salah, sekalipun menabrak hukum, prinsip dan nilai-nilai. Sekalipun menghalalkan semua cara dalam mencapai keinginan dan tujuan.


• Di dalam dakwah Nabi Isa as masalah figuritas juga diingatkan melalui  pertanyaan Nabi Isa as kepada para pengikut setianya (hawariyun) dan jawaban mereka. Firman Allah:


فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ


“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Ali Imran: 52)


• Seharusnya jawaban yang normal dari pertanyaan, “siapakah yang menjadi penolongku?”, adalah: “Kamilah penolong-penolongmu”. Tetapi hal ini tidak dikatakan oleh para pengikut setia Nabi Isa as, untuk menyampaikan pelajaran: Sekalipun mereka menjadi pengikut setia Nabi Isa as tetapi mereka tidak terjebak dalam figuritas dalam dakwah. 


•  “Hawariyun” menurut ulama tafsir adalah para pengikut setia yang paling ikhlas dan militan. Sekalipun demikian mereka  tidak terjebak dalam figuritas dan wala’ sakhshi, karena disamping punya militansi yang kuat mereka juga punya pemahaman yang benar dan mendalam tentang dakwah dan perjuangan.


• Figuritas ini dilarang Allah karena menyimpan sejumlah kelemahan dan bahaya bagi dakwah dan perjuangan, diantaranya:


a- Runtuhnya semangat perjuangan dakwah bersamaan dengan meninggalnya sang figur, sebagaimana terjadi di perang Uhud. Sekalipun peristiwa yang terjadi di perang Uhud punya tujuan tarbiyah tersendiri, diantaranya menyiapkan mental para sahabat bila nantinya Nabi saw benar-benar wafat, karena pesona kepribadian Nabi saw yang sangat kuat dan tanpa cacat. Bahkan ketika Nabi saw benar-benar wafat, pengaruh figuritas itu masih sedikit terasa, bahkan dialami oleh Umar bin Khaththab ra, pribadi yang sangat kokoh, tetapi karena kwalitas tarbiyah para sahabat yang sangat baik maka fenomena buruk itu tidak berlangsung lama setelah diingatkan dan disadarkan oleh perkataan Abu Bakar ra yang sangat fenomenal tersebut.


b- Nabi saw dijamin ma’shum oleh Allah sehingga tidak memiliki cacat kepribadian sama sekali, tetapi selain Nabi tidak memiliki jaminan itu. Karena itu, bila cacat-cacat kepribadian ini muncul di tengah perjalanan maka akan meruntuhkan semangat dakwah dan perjuangan para pengagum sang figur tersebut, karena biasanya orang-orang yang terlalu mengagumi seseorang itu tidak bisa menerima adanya cacat kepribadian sama sekali. Kecuali mungkin di kalangan masyarakat awam yang bisa dibuatkan “legenda” dan “hal-hal luar biasa” untuk menenangkan mereka. 


• Hal ini terjadi pada tokoh-tokoh besar sekelas syaikh Muhamnad Abuh, Jamaluddin al-Afghani dan lainnya. Sebagian pengagumnya berbalik arah menyerang figur kebanggaannya setelah terhasut tulisan-tulisan yang belum tentu pasti kebenarannya bahwa figur yang mereka tokohkan itu menjadi agen intelijen internasional. Apalagi jika issu-issu itu benar, anda bisa bayangkan apa yang akan terjadi di dalam jiwa para pengagumnya. Musuh-musuh Islam selalu berupaya menghancurkan kekuatan kaum muslimin dengan cara, diantaranya, menyerang para tokohnya.


c- Figuritas akan memunculkan wala’ syakhshi (loyalitas kepada individu) bukan kepada kebenaran, jamaah atau sistem dan nilai, sehingga rawan menimbulkan perpecahan apabila sang figur juga menikmati penokohannya dan mengelolanya untuk membangun kekuatan individu bukan untuk menguatkan jamaah atau sistem. Padahal jika kekuatan dan kehebatan individu itu dibangun di dalam bingkai jamaah atau sistem maka akan melahirkan kekuatan jamaah atau organisasi dan sekaligus menguatkan individu tanpa menghambatnya.


• Tetapi sangat disayangkan, salah satu kelemahan orang-orang cerdas dan hebat itu, sebagaimana bisa kita baca dalam sejarah, seringkali tergoda untuk membangun kekuatan sendiri karena merasa punya modal kekuatan individu, apalagi jika individu tersebut memiliki kehebatan dalam narasi besar sehingga mudah “menyihir” orang-orang yang mudah kagum dengan narasi semata.


• Lebih berbahaya lagi jika orang-orang yang memiliki kehebatan bernarasi itu terkena penyakit nifaq, sebagaimana pernah dikhawatirkan Nabi saw dalam sabdanya:


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ


“Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafiq yang sangat pandai lisannya”. (Musnad Ahmad 143)


d- Figuritas membuat para pengikut tidak bisa berfikir sehat sehingga mereka membabi buta dalam membela sang figur. Bahkan para intelektual, jika terjebak dalam penyakit figuritas, bisa kehilangan nalar sehatnya. Right or wrong is my figure.


• Semoga Allah menjaga individu-individu hebat di dalam jamaah dakwah dan perjuangan ini sehingga selalu komit dengan ajaran-ajaran Islam dan amal jama’i sehingga jamaah dakwah ini tetap solid dan bisa mengemban tugas-tugas dakwah yang sangat berat dengan sebaik-baiknya.

Senin, 26 Agustus 2024

Penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan (UU Kesehatan)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) resmi mengatur penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja.

Dalam Pasal 103 PP yang ditandatangani pada Jumat, 26 Juli 2024 itu, disebutkan bahwa upaya kesehatan sistem reproduksi usia sekolah dan remaja paling sedikit berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pelayanan kesehatan reproduksi.

Untuk pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi setidaknya berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi; menjaga kesehatan alat reproduksi; perilaku seksual berisiko dan akibatnya; keluarga berencana (KB); melindungi diri dan mampu menolak hubungan seksual; serta pemilihan media hiburan sesuai usia anak.

“Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (kesehatan sistem reproduksi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan melalui bahan ajar atau kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan serta kegiatan lain di luar sekolah,” tulis Pasal 103 ayat (3).

Sementara itu, pelayanan kesehatan reproduksi bagi siswa dan remaja paling sedikit terdiri dari deteksi dini penyakit atau skrining, pengobatan, rehabilitasi, konseling, dan penyediaan alat kontrasepsi.

“Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dilaksanakan dengan memperhatikan privasi dan kerahasiaan, serta dilakukan oleh tenaga medis, tenaga kesehatan, konselor, dan/atau konselor sebaya yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kewenangannya,” seperti dikutip dari Pasal 103 ayat (5).

Kemudian, Pasal 107 menyatakan bahwa upaya kesehatan sistem reproduksi diselenggarakan melalui penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan standar, aman, berkualitas, terjangkau, tidak diskriminatif, menjaga privasi, dan kesetaraan gender.

“Setiap orang berhak memperoleh akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan reproduksi,” bunyi Pasal 107 ayat (2).

Adapun upaya kesehatan reproduksi dilaksanakan oleh tenaga medis, tenaga kesehatan, dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Selanjutnya, upaya kesehatan reproduksi dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Selain dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, upaya kesehatan reproduksi dapat dilaksanakan di pos pelayanan terpadu; satuan pendidikan atau sekolah; tempat kerja; lembaga keagamaan, rumah ibadah, atau kantor urusan agama (KUA); rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas); pusat rehabilitasi sosial; serta lembaga kesejahteraan sosial. 

Lakukan selagi sempat (sebelum merasa kecewa)

Lakukan, selagi masih bisa 

tulisan:  Jayaning Hartami

Pada kamu yang malam tadi berdebat dengan istri. Merasa lelah mendengar keluhannya yang tak henti. Membawa kesal itu dalam tidurmu, sehingga emosi belum reda pagi ini..Berpelukanlah sebelum pamit berangkat kerja nanti.Karena bisa jadi,Inilah waktumu melihatnya terakhir kali..Pada kamu yang akhir akhir ini merasa hidup berat sekali. Kelelahan mengurus rumah sendiri, tumpuk setrikaan tanpa henti, kepusingan mengatur tagihan yang datang bertubi. Lalu diam diam, kau rutuki karir suamimu yang tidak juga naik posisi…

Sambutlah ia ketika pulang nanti.Katakan betapa bersyukurnya memiliki suami yang senantiasa bekerja keras dan menjaga kehalalan gaji. Ucapkan terimakasih dengan tulus hati.Kau tidak pernah tahu,

Bisa jadi untuk melakukannya esok, kau tak lagi punya waktu..Pada kamu yang hari ini merasa pusing mendengar berisiknya anak di rumah. Padahal sepulang dari kantor mata rasanya hanya ingin terpejam dan badan butuh rebah. Lalu diam diam, kau simpan itu menjadi emosi marah..

Tersenyumlah lebar buat mereka hari ini.Saat hendak pergi, dan saat nanti pulang kembali.Luangkan waktu untuk menatap wajah mungil itu yang bercerita riang tentang hari harinya padamu. Dengarkan intonasi suaranya. Rekam baik baik binar mata dan ekspresi mereka.Karena sungguh bukan sebuah ketidakmungkinan,Besok lusa tak ada lagi kesempatan..Kebersamaan menahun seringkali membuat kita lebih mudah mendeteksi kekurangan, daripada menemukan kebaikan.Lebih lancar memberi kritik, daripada memberi apresiasi.Lebih cenderung mengeluh. Dan lupa mensyukuri satu sama lain.

Padahal kita tidak pernah tahu kapan kebersamaan ini akan berhenti. Bisa jadi hari ini. Bisa jadi besok. Bisa jadi sebentar lagi.Hargai setiap momen yang kita punya saat ini.Minta maaf selagi bisa.

Berterimakasih selagi masih ada waktu.Bercanda, berbincang, tertawa…, selagi kesempatan masih ada. Berpelukanlah.Selagi hangat tubuhnya masih bisa dirasa.

Senin, 19 Agustus 2024

Beramal dengan harapan manusia mencintai dirinya, bolehkah?

 Beramal Untuk Mendapatkan Cinta Manusia


Tidak mengapa seseorang beramal dengan harapan manusia mencintai dirinya asalkan amal itu amal-amal yang tidak diharamkan. Hal ini berdasarkan dalil-dalil yang begitu banyak.


Di antaranya:


Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:



لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ


_Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkan salam di antara kalian._ (HR. Muslim No. 54)



Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:



تهادوا تحابوا 


_Salinglah memberi hadiah niscaya kalian saling mencintai._ (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 594. 


Juga hadits:


عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ. [حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]


Dari Abu Abbas Sahl bin Sa'ad Assa'idi radhiallahuanhu dia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, maka beliau berakata: 


_Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku._


Maka beliau bersabda: _Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia._


(HR. Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan)


Oleh karena itu, Syaikh Ismail Muhammad Al Anshari Rahimahullah mengatakan:



أنه لا بأس بالسعي فيما تكتسب به محبة العباد مما ليس بمحرم ، بل هو مندوب إليه ، كما يدل عليه الأمر بإفشاء السلام ، وغير ذلك من جوالب المحبة التي أمر بها الشارع .

 


_Tidak apa-apa melakukan aktivitas yang dapat menghasilkan cinta dari manusia selama aktivitas tersebut bukan hal yang diharamkan, bahkan itu dianjurkan untuk dilakukan, sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh perintah seperti menyebarkan salam dan selainnya yang termasuk perbuatan yang diperintahkan oleh Asy Syaari’ (pembuat syariat) untuk meraih perasaan cinta sesama manusia._ (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, hadits No. 31)  


Menghitung dengan jari saat melafalkan wirid, bagaimana?

 Berdzikir pakai jari tentu lebih utama, ini disepakati semua pihak. Namun berdzikir dengan untaian tasbih juga bagus bahkan sebagian ulama mengatakan dianjurkan (mandub) karena itu perbuatan para sahabat dan kaum salaf dan tentunya bukan bid'ah.


Imam Ibnu Taimiyah berkata:


وَعَدُّ التَّسْبِيحِ بِالْأَصَابِعِ سُنَّةٌ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ : { سَبِّحْنَ وَاعْقِدْنَ بِالْأَصَابِعِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ } . وَأَمَّا عَدُّهُ بِالنَّوَى وَالْحَصَى وَنَحْوُ ذَلِكَ فَحَسَنٌ وَكَانَ مِنْ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ وَقَدْ رَأَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ تُسَبِّحُ بِالْحَصَى وَأَقَرَّهَا عَلَى ذَلِكَ وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يُسَبِّحُ بِهِ .


_“Menghitung tasbih dengan jari jemari adalah sunah, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kaum wanita: “Bertasbihlah dan menghitunglah dengan jari jemari, karena jari jemari itu akan ditanya dan diajak bicara.”  Adapun menghitung tasbih dengan biji-bijian dan batu-batu kecil (semacam kerikil) dan semisalnya, maka hal itu perbuatan HASAN (bagus, baik). Dan, dahulu sebagian sahabat Radhiallahu ‘Anhum ada yang memakainya, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melihat ummul mukminin bertasbih dengan batu-batu kecil, dan beliau mentaqrirkannya (menyetujuinya), dan diriwayatkan pula bahwa Abu Hurairah pernah bertasbih dengannya.”_ (Majmu’ Fatawa, 5/225. Mawqi’ Al Islam)


Imam Asy Syaukani Rahimahullah berkata:


وقد ساق السيوطي آثارًا في الجزء الذي سماه المنحة في السبحة وهو من جملة كتابه المجموع في الفتاوى وقال في آخره : ولم ينقل عن أحد من السلف ولا من الخلف المنع من جواز عد الذكر بالسبحة بل كان أكثرهم يعدونه بها ولا يرون في ذلك مكروهًا انتهى .


_Imam As Suyuthi telah mengemukakan berbagai atsar dalam juz yang dia namakan Al Minhah fi As Subhah, yang merupakan bagian dari kumpulan fatwa-fatwa, dia berkata pada bagian akhirnya: “Tidaklah ada nukilan   seorang pun dari kalangan salaf dan tidak pula khalaf yang melarang kebolehan menghitung dzikir dengan subhah, *bahkan justru kebanyakan mereka menghitung dzikir dengannya, dan mereka tidak memandangnya sebagai perbuatan yang dibenci. Selesai”*_ (Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, Hal. 317. Maktabah Ad Da’wah Al Islamiyah)


Imam Al Munawi mengatakan:


 وكان ذلك معروفا بين الصحابة فقد أخرج عبد الله بن أحمد أن أبا هريرة كان له خيط فيه ألفا عقدة فلا ينام حتى يسبح به 


_“Hal itu (untaian tasbih) sdh dikenal pada masa sahabat, Abdullah bin Ahmad telah meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang memiliki seribu himpunan, beliau tidaklah tidur sampai dia bertasbih dengannya.”_ (Faidhul Qadir, 4/468. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut - Libanon)


Syaikh 'Utsaimin mengatakan:


السبحة ليست بدعة لأن النبي صلى الله عليه وسلم مر على نساء وهن يسبحن بالحصى فقال عليه الصلاة والسلام اعقدن بالأنامل فإنهن مستنطقات فقد بينت السنة حكم التسبيح بغير الأصابع وأن الأولى التسبيح بالأصابع فالأولى أن يسبح الإنسان بالأصابع وإن كان لا يستطيع الإحصاء بالأصابع فلا حرج أن يسبح بحصى أو بمسبحة لكن بشرط أن يبتعد في ذلك عن الرياء بأن لا يسبح بذلك أمام الناس في غير وقت التسبيح فيعجب الناس به ويخشى عليه من الرياء في هذه الحال


_“As Sub-hah (untaian biji tasbih) bukanlah bid’ah, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah melewati  para wanita, dan mereka sedang bertasbih menggunakan batu-batu kecil (semacam kerikil). Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Hitunglah bilangannya dengan ujung-ujung jari, karena nanti itu akan diajak bicara (pada hari kiamat).” Saya telah menjelaskan tentang kesunnahan hukum bertasbih dengan selain jari jemari dan lebih utamanya  bertasbih  adalah dengan jari jemari. Lebih utama adalah dengan jari jemari, dan jika dia tidak bisa menghitung dengan jari jemari, maka tidak apa-apa bertasbih dengan kerikil atau misbahah (untaian biji tasbih), tetapi dengan syarat dia menjauhi riya’, tidak menggunakannya di depan manusia pada selain waktu bertasbih demi mencari decak kagum manusia. Dan,   hendaknya dalam keadaan ini dia takut terhadap riya’.”_ (Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Fatawa Nur ‘alad Darb, Bab Mutafariqah, No. 708. Mawqi’ Ruh Al Islam)


Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan:


ويباح استعمال السبحة ليعد بها الأذكار والتسبيحات، من غير اعتقاد أن فيها فضيلة خاصة، وكرهها بعض العلماء، وإن اعتقد أن لها فضيلة؛ فاتخاذها بدعة


_“Dibolehkan menggunakan untaian biji tasbih untuk menghitung dzikir dan tasbih, dengan tanpa meyakini adanya keutamaan khusus padanya. Sebagian ulama ada yang memakruhkan jika dibarengi keyakinan memiliki keutamaan khusus, maka menjadikannya seperti itulah yg bid'ah."_ (Syaikh Shalih Fauzan, Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/159. Mawqi’ Ruh Al Islam) 


Syaikh Abu Thayyib Syamsul Azhim Abadi menjelaskan:


وَقَدْ وَرَدَتْ فِي ذَلِكَ آثَارٌ ، وَلَمْ يُصِبْ مَنْ قَال إِنَّ ذَلِكَ بِدْعَةٌ

               

_Telah banyak atsar tentang hal itu (dzikir dgn untaian tasbih), dan sama sekali tidak benar bagi yang mengatakan itu adalah bid’ah._ (‘Aunul Ma’bud, 4/367)


*Kesimpulan:*


- Dzikir dgn tasbih adalah boleh, bahkan bagus

- Namun tidak boleh untuk pamer atau riya, atau meyakini adanya keistimewaan khusus

- Lebih utama adalah jari jemari


PKS; ijtihad politik

 IJTIHAD POLITIK PKS


Iman Santoso, Lc 


PKS sebagai Partai Politik Islam _Rahmatan Lil'alamin_, terus berupaya berijtihad untuk menentukan pilihan politiknya, khususnya pasca Pemilu dan Pilpres 2024. Apakah akan bergabung dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto atau di luar Pemerintahan ? 


PKS dalam menetapkan Ijtihad Politiknya, selalu mengacu pada musyawarah berjenjang. Dan puncaknya pada musyawarah Majelis Syura, yaitu lembaga tertinggi PKS  yang anggotanya memiliki kredibilitas, dan kompetensi di semua bidang ilmu, serta membawa aspirasi dari setiap wilayah di Indonesia.


Dengan diumumkannya pasangan Cagub - Cawagub DKJ yaitu Ridwan Kamil - Suswono (Ketua MPP PKS), maka arah politik PKS sudah terbaca, kemungkinan besar  akan bergabung dengan KIM yang memenangkan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI terpilih periode 2024 - 2029. Dengan catatan, jika diajak oleh Presiden terpilih. 


Pro kontra pun mengemuka, khususnya dari fihak yang kontra terhadap Ijtihad Politik PKS dan pendukung setia Anies Baswedan. Penolakan, caci makian, bully, fitnah bahkan ancaman tidak akan memilih PKS lagi. Semua aspirasi dan reaksi tersebut patut di dengar oleh pimpinan PKS, karena kecintaan mereka terhadap PKS juga terhadap Anies Baswedan. Sebaliknya para pemilih  PKS juga patut mengetahui proses dan alasan Ijtihad Politik PKS tersebut.


PKS sebagai Partai Politik tentu terus berusaha untuk meraih cita-citanya yang tertuang dalam Visi dan Misi PKS. Visi PKS adalah menjadi partai pelopor dalam mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (BAB II Pasal 6 AD PKS)


Sedangkan Misi PKS adalah menjadi Partai sebagai sarana perwujudan masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat dalam keutuhan NKRI yang berasaskan Pancasila. (BAB II Pasal 7 AD PKS). 


Oleh karena itu, minimal ada 3 alasan, kenapa PKS bergabung dengan KIM, khususnya Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih. 


1. PKS sebagai Partai Islam dengan slogan  *Pelayan Rakyat*, melihat bahwa  mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim, dan PKS tidak akan dapat berbuat maksimal dalam melayani rakyat, jika tidak ikut bergabung dengan presiden terpilih. Dan PKS  sudah  berpengalaman berkoalisi  mengusung Capres Prabowo Subianto dalam Pilpres tahun 2014 dan 2019. PKS tetap menjaga hubungan baik dengan  Prabowo Subianto. 


2. PKS sebagai Partai Islam yang sangat peduli dengan perjuangan kemerdekaan Palestina, akan lebih baik jika mendukung secara aktif Pemerintah Prabowo dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina secara lebih aktif lagi, sesuai amanat konstitusi NKRI. 


3. PKS memandang bahwa  ikut di dalam Pemerintah atau di luar, sama-sama  baik dan  terpujinya.  Dan PKS memilih bergabung di dalam pemerintah Prabowo, karena melihat ada kemaslahatan yang lebih besar, baik untuk Negara Indonesia,  untuk rakyat Indonesia, untuk umat Islam, maupun untuk PKS sendiri. Dengan tanpa merubah jati diri PKS sebagai Partai Islam, yang melaksanakan peran amar ma'ruf dan nahi munkar dan terus  memperjuangkan Islam _rahmatan lil'alamin_. PKS  memiliki slogan, _nahtalithu walakin natamayyazu_ (kami berinteraksi atau berkoalisi tetapi tetap memiliki nilai beda)

PKS, bagaimana cara memutuskan sesuatu?

 *Cara PKS Memutuskan*


Yang tak mengenal PKS pasti melihat dan mempertanyakan setiap keputusan PKS,

karena cintanya kita kepada PKS, setiap langkah PKS selalu menjadi sorotan,

dan tak ingin PKS Salah langkah.


Terima kasih untuk kita yang tetap bersama PKS.

Tapi kita harus menyadari juga, PKS adalah kumpulan manusia2,

Bukan kumpulan malaikat yang selalu suci dari kesalahan,

Selama kita berinteraksi dengan manusia, siapkanlah ruang jiwa untuk menerima kesalahan jika ada yang salah, dan siapkan ruang maaf serta bersedia untuk mendengarkan penjelasan dari apa yang kita tanyakan. 


Tak mudah memutuskan setiap permasalahan bangsa yang pelik,

banyak pertimbangan2 yang dilakukan,

penjelasan yang jelas, hanyalah bersumber dari sumber penjelas,

bukan dari media yang bisa saja memutarbalikan fakta yang sebenarnya. 


Dalam mengambil keputusan2nya Majlis Syuro PKS melakukan pertimbangan berdasarkan Fiqih2 berikut :

- Fiqih nusus (yang bersumber dari Al Quran dan Hadits)

- Fiqih maslahat (pertimbangan maslahat)

- Fiqih muwazanat (memilih di antara pilihan yang tidak ideal dengan memilih pilihan yang berisiko paling ringan dan mengorbankan mafsadah atau pilihan yang berisiko lebih berat)

- Fiqih aulawiyat (Pengetahuan terhadap hukum syariat yang mesti didahulukan dari hukum lain, sesuai dengan derajatnya, dan sesuai pula dengan tuntutan kondisi)

- Fiqih ma'alat; (Pertimbangan kesan masyarakat ketika satu masalah diputuskan) 

- Fiqih tawaquat; (Pertimbangan akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil)

- Fiqih waqi' (Pertimbangan tentang kondisi kekinian dan realitas kontemporer, baik secara internal (umat Islam) maupun eksternal (umat-umat non Islam))

- fiqih Dakwah (Pertimbangan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah dakwah sebagai acuan bagi para dai dalam bertindak, sekaligus koreksi atas banyaknya fenomena penyimpangan di jalan dakwah)


Sebelum melakukan Syura setiap anggota majlis Syura diharuskan melakukan peningkatan spritual (tilawah Qur'an dengan capaian tertentu, qiamullail, shoum Sunnah, memperbanyak dzikir).


99 Orang Majelis syuro merumuskan keputusannya dengan penuh perhitungan, 

Kami sebagai Jundi (Prajurit) dengan segala keterbatasan keilmuan, hanya bisa mengikuti satu kaidah dalam berjama'ah, 

yaitu, _La Islama illa bil jama'ah wala jama'ata illa bil imarah wala imarata illa biththa'ah._ 

"Tidak sempurna Islam tanpa jama'ah. Tidak sempurna jama'ah tanpa pemimpin. Dan tidak ada artinya pemimpin tanpa ketaatan," (Umar bin Khathab ra)


Dengar dan Ta'at adalah satu nikmat dari Allah yang patut kita syukuri dan jalani,

sebagaimana titah cinta-Nya kepada kita, sebagai penuntun dalam berjama'ah.


وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَـٰقَهُ ٱلَّذِى وَاثَقَكُم بِهِۦٓ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ


Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu). (Al-Ma'idah 5 : 7)


Politik bagi PKS adalah sarana untuk berjuang, 

walaupun sementara banyak orang berpikir bahwa itu adalah tujuan.

Tugas PKS hanya menjelaskan dengan track record yang sudah ada selama ini,

maka bagi yang telah bersama PKS dan memahami cara kerja PKS, baik pemilu atau bahkan diluar pemilu pun tetap berkiprah membina masyarakat, mereka insyaAllah tetap berjuang disini, dirumah besar PKS. 


Hanya kepada Allah, kami berserah,

PKS sebagai Partai Dakwah berserah terhadap taqdir yang telah Allah tetapkan, bahwa dakwah ini adalah milik Allah, Allah saja-lah yang menjaga. 

Suatu saat nanti Allah akan membuka tabir kebenaran itu seluas-luasnya dan memenangkan Keadilan diatas kezholiman. 


_Uhibbukum fillah_


*Ahmad Najib*

Renungan memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Indonesia

 KEMERDEKAAN*  

 

Tahun ini rakyat dan bangsa Indonesia  kembali merayakan hari kemerdekaan  yang ke 79.  


Perlu diingat kembali, bahwa perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Para pahlawan Indonesia harus melalui serangkaian perang dan pertumpahan darah untuk dapat meraihnya. 


Sebelum merdeka pun Indonesia harus mengalami penjajahan dari dua bangsa berbeda yaitu Belanda dan Jepang. 


Masa sulit itu yang membuat rakyat Indonesia bersatu untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan. 


Setelah  peperangan dan derita yang terjadi di berbagai daerah akhirnya bangsa Indonesia dapat meraih udara segar kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.


Kemerdekaan hakikatnya adalah rahmat Allah kepada bangsa ini. Dalam pembukaan UUD 1945 tegas dinyatakan, 


” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya kehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan kemerdekaannya”.


Dengan kemerdekaan, bangsa Indonesia telah keluar dari belenggu penjajahan yang menzalimi. 


Sekian lama bangsa ini ditindas, diperbudak dan dijarah sumber-sumber kekayaannya. 


Berapa sudah pengorbanan telah diberikan oleh para leluhur bangsa ini jauh sebelum kemerdekaan. 


Saat-saat mana berbagai pahlawan daerah dari Aceh hingga ke Sulawesi. Dari Cut Nya Dien, Cut Mutia, Sultan Iskandar Muda, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Pattimura, RA Kartini, Dewi Sartika. 


Kemudian perjuangan secara nasional dengan para pahlawan seperti  Haji Samanhudi, HOS Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari, Ir. Sukarno, Wachid Hasyim, Muh Yamin, Haji Agus Salim, Bung Hatta, Kasman Singodimejo, dan masih banyak lagi yang  lainya. 


Kemerdekaan ini hakikatnya adalah  Allah Ta’ala telah menyelamatkan bangsa ini dari bencana yang sangat dahsyat selama sekian kurun waktu yang lama. Firman Allah Ta’ala: 


قُلِ ٱللَّهُ يُنَجِّيكُم مِّنْهَا وَمِن كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنتُمْ تُشْرِكُونَ


“Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya." (Al-An’aam:  64)

 

Kemerdekaan dari kata merdeka yang berarti bebas dari penghambaan dan eksplotasi sesama manusia akibat dijajah bangsa lain. 


Penjajahan  sering disebut dengan kolonialisme atau pengambilan harta suatu wilayah baik dengan cara paksa atau halus.  


Seperti Romawi,  meluaskan wilayahnya ke berbagai daerah dan negara lain yang kaya karena Romawi harus menghidupi gaya hedonistnya penguasa Roma. Atau negara Eropa di abad pertengahan yang hingga sampai saat ini masih 'menjajah' Afrika dan Asia. 


Di abad 18, Inggris  memiskinkan negara kaya yang memberikan kontribusi 27- 30% ekonomi dunia yang bernama India, disedot kekayaan India dalam 200 tahun dan pada saat merdeka di 1947 hanya tersisa bagi India 3% dari kekayaan dunia. 


Inggris mendapatkan hasil penjarahan terhadap India senilai 45 ribu triliun dollar. 


Begitu pula, Nusantara disedot oleh Belanda yang mana salah satunya membuat Rotterdam menjadi  wilayah perdagangan rempah dunia. 


Lalu ada Amsterdam  sebagai pusat dagang yang bernilai 20 ribu triliun dolar kekayaan Indonesia, jika dihitung sekarang atau senilai 100 kali APBN Indonesia. 


Setelah merdeka kekayaan Indonesia disedot oleh Amerika selama 40 tahun dan China selama 10 tahun terakhir ini. Kira-kira besarnya berapa  ya?


Akibat penjajahan dan kolonialisme ini jelaslah  siapa yang semakin makmur dan kaya, dan siapa yang makin miskin dan terjerembab dalam jurang penderiataan.  

 

Ada tiga dimensi kemerdekaan itu yaitu secara vertikal, horizaontal dan kolektif:


1. Secara vertikal, adalah kemerdekaan  seorang manusia yang terlahir sebagai manusia yang merdeka,  memperoleh kebebasan dalam beribadah kepada Tuhan yang diyakininya dan menjalankan ritual peribadahannya  tanpa merasa takut terintimidasi dan terancam keselamatannya. 


Dua hal inilah yang menjadi  dasar dan pondasi kemerdekaan ini.  


Syariat Islam melarang menghancurkan gereja dan rumah peribadatan agama lain tanpa alasan yang benar kecuali  mereka yang memerangi kaum muslimin dan menjadikan tempat ibadahnya  sebagai markas perang mereka. Allah berfirman: 


ﻭَﻟَﻮْﻟَﺎ ﺩَﻓْﻊُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻟَﻬُﺪِّﻣَﺖْ ﺻَﻮَﺍﻣِﻊُ ﻭَﺑِﻴَﻊٌ ﻭَﺻَﻠَﻮَﺍﺕٌ ﻭَﻣَﺴَﺎﺟِﺪُ ﻳُﺬْﻛَﺮُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ


“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (Al-Hajj :40)


Dikisahkan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra melarang pasukannya menghancurkan gereja dan tempat peribadatan non-muslim dan menuliskan surat yang isinya yang berisi larangan untuk menghancurkan gereja, biara Yahudi dan rumah peribadatan Majusi. 


Hal ini juga sejalan dengan apa yang dicontohkan Khalifah Umar bin Khattab ra tatkala menguasai masjid Aqsa di Jerusalem, Palestina. Beliau tidak menghancurkan gereja dan sinagog tetapi beliau menjamin kebebasan beragama mereka sebagai bentuk keadilan Islam.


2. Secara horizontal, adalah kemerdekaan yang ditandai dengan adanya penghargaan antar sesama manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa melihat perbedaan latar belakang, suku dan agama. 


Penghargaan dan pemuliaan ajaran Islam terhadap harkat dan martabat manusia sama sebagaimana Allah telah memuliakan keturunan anak-anak Adam. 


Dalam konteks ini ada hubungan persaudaraan yang bersifat kemanusiaan secara umum karena hidup dalam  satu bumi atau satu negeri yang sama. 


Manusia tidak bisa melepaskan diri dari ikatan interpersonal antara sesama manusia walaupun berbeda dari segi keyakinan, agama dan budaya. 


Keharusan untuk saling menghormati meskipun berbeda difirmankan  Allah Ta’ala:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُم عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ


“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujuraat: 13)


Dalam sejarahnya, kaum muslimin melakukan perluasan wilayah bukan untuk meng-aneksi satu negeri dan menguras habis isi kekayaannya. Namun untuk misi dakwah dan memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. 


Peperangan terjadi karena misi ini dihalangi dan diperangi oleh kekuatan setara militer sebuah negara. 


Ketika kaum muslimin menang mereka memberikan perlindungan kepada penduduk wilayah yang tidak mau masuk Islam dan diberlakukan dengan kemuliaan sebagai manusia. 


Banyak yang  masuk Islam  karena merasakan kebaikan dan kemuliaan akhlak para pejuang Islam. Saat pasukan Islam tidak lagi mampu  memberikan perlindungan kepada mereka  jizyahpun dikembalikan. 


Demikan pula, Islam masuk ke Nusantara ini bukanlah dengan cara kekerasan, peperangan apalagi penjajahan. 


Islam datang dan menyebar ke seluruh wilayah di bumi Indonesia ini dengan jalan damai dan akultursi budaya yang lembut melalui perdagangan, pernikahan, pendidikan, seni budaya dan pengobatan Islam tradisional. 


3. Secara kolektif,  adalah kemerdekaan yang ditandai dengan  adanya keserasian dalam aspek keadilan dan kesejahteraan secara bersama-sama. 


Atau keadaan di mana masyarakat  mencapai kesejahteraan bersama yang memungkinkan setiap individu dalam masyarakat hidup dengan layak dan bahagia. 


Dasar pijakannya adalah keadilan dalam hukum,  pemerataan ekonomi dan kesejahteraan.

 

Kemerdekaan kolektif ini realitasnya masih jauh dari kenyataan. Ibarat jauhnya panggang dari api. 


Kesejahteraan bersama yang sama-sama sejahtera belum ada. Yang ada adalah keadaan dimana segelintir  orang-orang yang sedikit menguasai sumber-sumber kekayaan dan kesejahteraan. Terjadi stratifikasi kekayaan yang amat besar. 


Di Amerika ada 50 orang kaya yang kekayaannya itu bernilai 20 ribu kali kebanyakan masyarakat umumnya. 


Sementara di negeri kita tercinta ini, Indonesia yang telah merdeka selama 79 tahun, stratifikasi kekayaannya adalah  40 orang kaya bernilai 60 ribu kali kebanyakan masyarakat.


Mengapa ini terjadi? Sebab utamanya adalah sistem politik dan kekuasaan dipegang dan dikendalikan oleh segelintir orang yang berorientasi pada mempertahankan dan meningkatkan kekayaan pribadi. Bukan untuk kesejaheraan masyarakat umum. 


Inilah oligarki yang merupakan antitesa terhadap kemerdekaan kolektf.  


Menurut Aristoteles, oligarki adalah kelompok tertentu yang menguasai dan mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang  digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial ekslusifnya. Bertujuan demi kepentingan diri sendiri dan menjadikan keadilan tidak ada nilainya.  


Dalam sistem ini penentuan kepemilikan terhadap kekuasaan ditentukan oleh seberapa besar intensitas kekayaan. Sehingga mereka yang memiliki itensitas kekayaan rendah tidak memiliki jalur masuk terhadap praktek kekuasaan. 


Di sepanjang sejarahnya, para oligark merasa bahwa kekayaan itu memberikan kekuasaan sekaligus mendatangkan ancaman.


Merasa terancam inilah yang menjadi dasar untuk melakukan berbagai upaya mempertahankan kekayaannya. 


Kelompok oligarki juga menjalankan politiknya yang disebut dengan politik oligarki  dengan membangun  kekuasaan  melalui kewenangan proxy para elit politik yang  dikuasainya. 


Oligarki sangat mahir dalam membangun aliansi  politik  dengan sistem apapun, baik itu otoratirianisme maupun demokrasi. 


Politik oligarki hanya melahirkan kesengsaraan dan penderitaan bagi kebanyakan masyarakat. 


Dalam masalah ekonomi, gap antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Monopoli,  kartel dan mafia.  


Tidak ada keadilan dan terjadi diskriminasi dalam  masalah hukum. 


Sistem ini hanya membawa mushibah bagi bangsa dan negara karena berakibat pada  ketidakadilan hukum dan mafia peradilan, tindak kejahatan yang tersembunyi atau terang-terangan, mengandalkan kedudukan, kekuasaan dan jabatan, korupsi, kolusi dan nepotisme, politik dinasti, kerusakan moral dan lingkungan,  dan lain sebagainya. 


Firman Allah Ta’ala:


وَكَانَ فِى ٱلْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ


 “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (An-Naml: 48)

 

Islam mengajarkan kepada umatnya agar kesejahteraan dan kekayaan itu diputar tidak hanya pada segelintir orang-orang yang kaya saja. Namun juga harus dirasakan oleh orang kebanyakan masyarakat keseluruhannya. 


Allah Ta’ala berfirman: 


مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ


 “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)


Kesenjangan sosial yang terjadi dimana kekayaan dan kesejahteraan dikuasai oleh segelintir orang saja, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam penderitaan karena diterpa oleh kemiskinan yang seakan tiada batas,  membuat satu komunitas masyarakat menjadi tidak sehat. 


Akan  muncul kecemburuan dan kebencian sosial, rawan kejahatan, meningkatnya perilaku kriminal, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan aparat penegak hukum. 


Ketika rasa putus asa sudah menjadi perasaan kolektif satu masyarakat, maka akan mudah terjadi anarki dan kerusuhan sosial. 


Kondisi ini tentu saja tidak diinginkan oleh siapapun juga. 


Karena itulah Islam mendorong untuk melakukan distribusi kekayaan dan sumber-sumber kesejahteran dengan keadilan dan pemerataan, hal mana ini sesungguhnya sudah tertuang dalam sila yang kelima dari Pancasila:


 “Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

 

Ke depannya, kita berharap kondisi bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi  di masa yang akan datang. Dimana keadilan  dan kesejahteraan dapat terealisir secara nyata dan dini'mati oleh segenap rakyat. 


Munculnya pemimpin yang mempunyai perhatian dan empati kepada rakyat dan masyarakatnya. Memimpin dengan penuh kepedulian, kasih sayang dan  perhatian hingga tercipta kebahagiaan bersama. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur adalah sesuatu yang konkrit bukan khayalan semata. Insya Allah. 

Kemerdekaan; tinjauan beberapa dalil al Quran

 KEMERDEKAAN


Kemerdekaan itu :

1. Hak Setiap Manusia

2. Nikmat dari Allah SWT

3. Patut di Syukuri

4. Berkah & Rahmat dari Allah SWT

5. Pertolongan dari Allah SWT


Tokoh-tokoh pemimpin bangsa Indonesia telah berjuang baik tenaga maupun nyawa untuk menyelamatkan rakyat & bangsa Indonesia dari para Penjajah dan semuanya ini adalah atas Pertolongan dari Allah SWT


Kisah Raja Fir'aun menyiksa Bani Israel, dan sampai meninggalkan negara mesir dan Allah SWT telah menyelamatkan Bani Israel dari kekejaman Fir'aun dg mengutus Nabi Musa as.


Kemudian Bani Israel menjadi penguasa dari Timur sampai Barat dan berubah menjadi Syirik, Kafir, Munafik dll, kemudian Allah SWT pergantikan penguasaannya (Baitul Maqdis) kepada umat Islam 


Agama Islam membenci Perbudakan, ribuan tahun terjadi perbudakan diseluruh jasirah Arab, secara perlahan-lahan Agama Islam membebaskan & menghapuskan Perbudakan ini


*Jika Melanggar Sumpah, maka sebagai Muslimin, harus :*

1. Memberikan Makan 10 orang miskin

2. Memberikan Pakaian 10 orang miskin

3. Membebaskan Budak


*Nikmat yg sangat Agung & Besar adalah :*

1. Nikmat AMAN

2. Sehat Badannya

3. Mempunyai Makan & Minuman yg cukup

4. Keluar dari rasa Takut (ini lebih dari makan & minuman)

5. Tentram, Tenang & Damai dalam Hidupnya

6. Tidak ada Rasa Takut kecuali kepada Allah SWT

Jika Nikmat-Nikmat tsb *TIDAK di-SYUKURI* maka akan *HILANG* sehingga kita tidak bisa Menikmatinya lagi


*QS Al-Imran : 151*

"Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka ialah neraka. Dan (itulah) seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang zalim."


*Menysukuri Kenikmatan Kemerdekaan itu :*

1. Harus Tepat & Benar

2. Mencintai Negara, Bangsa & Tanah Airnya (sebagai Tabiat yg Baik)

3. Bebas dari Hawa Nafsu (kecondongan Jiwa Kita kepada Nafsu, hal ini menjadi Faktor Penghalang yg paling besar utk bisa Masuk Surga-NYA Allah SWT)

4. Lepas dari ke-SYIRIKAN (sumber Ketakutan & Kemunafikan)

5. Tunduk & Patuh kepada Allah SWT (Perintah & Larang2an-NYA)

6. Tidak meng-Hambakan kepada Makhluk tapi HANYA kepada Allah SWT (inilah Makna/Arti dari Kemerdekaan itu)


*QS Al-Hadid : 20*

"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."

Berkaca pada sejarah Perbudakan di Amerika

 BUDAK RUMAHAN DAN BUDAK LADANG! 

 

Oleh: Adham Syarqawi


Pada masa perbudakan di Amerika dahulu kala, budak terbagi menjadi dua kelompok:


Budak rumahan dan budak ladang!

Budak ladang diperlakukan seperti binatang. Hanya menjadi makhluk yang membajak, menabur, dan memanen tanaman, tanpa hak apa pun, tanpa rasa hormat, tanpa hari libur, dan tanpa pengobatan!


Mereka bahkan dicambuk pada keteledoran pertama. Tuannya mungkin akan memotong salah satu jari mereka, karena hasil panen tidak sebanyak yang diharapkannya!


Adapun budak rumahan, mereka menganggap diri mereka anggota kelas budak mewah! Mereka memakan sisa makanan majikannya, mengenakan pakaian usang, melayani di rumah, dan memandang budak ladang mempunyai status lebih rendah daripada mereka!


Setiap kali para budak ladang berkumpul untuk membebaskan diri, para budak rumahan menyampaikan berita mereka kepada majikan mereka, sehingga dengan cepat menjatuhkan hukuman paling keras kepada mereka!

 

Jika Anda merenungkan hal di atas, Anda akan melihat fakta berikut:


1. Yang pertama melawan revolusi para budak bukanlah para majikan, melainkan para budak yang menganggap bahwa hak istimewa mereka bergantung pada kelangsungan hidup para majikan!


2. Beberapa budak menganggap mereka tidak terikat, hanya karena tali yang mengikat mereka lebih panjang dari tali yang digunakan untuk mengikat orang lain!


3. Jika seseorang lama berada dalam perbudakan, maka

dia menganggap perbudakan baik-baik saja, puas dengannya, dan menganggap setiap orang yang menuntut kebebasan sebagai pengkhianat!


4. Sebagian orang membenci mereka yang mencoba untuk bebas merdeka, karena jauh di lubuk hati mereka tidak mampu untuk bebas merdeka. Mereka terbiasa bergantung, sedangkan kebebasan menghilangkan ketergantungan ini. Siapa yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam belenggu maka fitrahnya rusak dalam menyikapi kebebasan. Karena itu mereka tidak memihak tuan karena dia tuan. Tidak pula menentang budak karena mereka budak. Hanya saja mereka takut tanggung jawab!

 

Kemudian, jika Anda merenungkan situasi kita saat ini, Anda akan menemukan bahwa kita hidup dalam dua perbudakan; budak ladang dan budak rumahan!


Jika Anda melamar pekerjaan dan mengeluh tentang pengangguran,

bukan tuan yang merespons Anda, tetapi budak rumahan!  Mereka menuduhmu membenci negaramu.


Jika Anda menuntut keadilan sosial, mereka akan menuduh Anda melakukan penghasutan!


Jika Anda bertanya kepada seorang narapidana mengapa dia dipenjara, mereka akan menuduh Anda mendapat dukungan dari luar negeri!


Jika kalian bertanya kepada para budak yang memakai sorban: Mengapa kalian mencela setiap orang yang berbuat zalim, meskipun mereka berada di Kutub Utara, dan menutup mata terhadap orang zalim yang salah satu dari kalian berada sangat dekat dengannya, maka Anda berarti orang luar!


Jika kalian bertanya kepada mereka, bukankah mengingkari penumpahan darah umat Islam lebih baik daripada mengingkari pemendekan pakaian? Mereka menuduhmu antek!


Mereka akan menganggap penguasa sebagai Tuhan yang mereka sembah selain Allah, bahkan jika Anda mengkritik sebuah kalimat dalam pidato presiden, mereka akan bangkit serempak melawan Anda, seolah-olah Anda merobohkan Masjid Al-Aqsa!


Anda tidak berhak bertanya siapa yang menginginkan kemenangan atau mati syahid, bagaimana salah satu dari keduanya akan datang jika Anda tidak berperang?!


Bagaimana orang yang meletakkan senjatanya sejak lama akan menang?!


Persamaan kemenangan atau kekalahan mengharuskan Anda berperang! Selama Anda telah meletakkan senjata, Anda benar-benar keluar dari persamaan!


Bagaimana mungkin seseorang akan mati syahid, menurut syariah, padahal dia membubarkan kelompok perlawanan, mengejar mereka, dan menangkap mereka, karena sang revolusioner tua sudah terbangun dari tidurnya di suatu siang dan malam dan mendapati dirinya sebagai pegawai bagi penjajahnya?!


Bagaimana Anda akan melawan secara damai pasukan yang mengebom Anda dengan pesawat? Kemana arah perdamaian selain hidup di bawah karpet pendudukan?!


Meskipun semua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang logis dan mendasar, Anda tidak perlu bertanya. Mereka akan muncul di hadapan Anda sama seperti orang-orang Jahiliyah dahulu seraya berkata: Siapakah orang yang mencela tuhan-tuhan kami ini?! 


Sebabnya karena Anda telah menyinggung inti perbudakan mereka!


Pencuri membenci orang jujur ​​karena mengingatkan kekurangannya.


Pelaku dosa membenci orang yang taat karena hal itu menempatkannya dalam konflik dengan dirinya sendiri, sehingga membuatnya merasa kecil!


Setiap orang merdeka yang memberontak di belahan dunia mana pun pasti ditentang oleh semua budak rumahan! Sebagian mereka hanya tahu bagaimana menjadi budak yang patuh dan tunduk! 

Hormat bendera. Bermasalahkah?

 Masalah penghormatan kepada bendera para ulama berselisih pendapat, sebagaimana rincian sbb:


Pertama, pihak yang melarang*


Mereka menganggap ini adalah bid'ah, _tasyabbuh bil kuffar_ (menyerupai orang kafir). Pendapat ini dianut oleh para ulama Arab Saudi di Lajnah Daimah-nya.


Berikut ini fatwanya:


لا تجوز تحية العلم، بل هي بدعة محدثة، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: « من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد »  رواه البخاري ومسلم


_Tidak boleh menghormati bendera, bahkan itu adalah bid’ah, dan nabi ﷺ telah bersabda: “Barang siapa yang mengada-ada hal yang baru dalam urusan kami ini maka itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)._ (Fatwa No. 5963)


Dalam fatwa yang lain, _Al Lajnah Ad Daimah_ menganggap penghormatan bendera adalah _tasyabbuh bil kuffar_ (menyerupai orang kafir). Berikut ini fawanya:


لا يجوز تحية العلم، ويجب الحكم بشريعة الإسلام والتحاكم إليها، ولا يجوز للمسلم أن يحيي الزعماء أو الرؤساء تحية الأعاجم، لما ورد من النهي عن التشبه بهم، ولما في ذلك من الغلو في تعظيمهم.


_Tidak boleh penghormatan kepada bendera, dan wajib berhukum dengan syaria Islam dan menerapkan hukum kepadanya, dan tidak boleh bagi seornag muslim menghornati para pemimpin dgn cara penghormatan orang ‘ajam (non Arab), sebab adanya larangan untuk menyerupai mereka, dan juga didalamnya ada bentuk melampaui batas dalam menghormati mereka._ (fatwa No. 6894)


Atau fatwa lainnya yang lebih lengkap:


لا يجوز للمسلم القيام إعظاماً لأي علم وطني ، أو سلام وطني ، بل هو من البدع المنكرة التي لم تكن في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولا في عهد خلفائه الراشدين رضي الله عنهم ، وهي منافية لكمال التوحيد الواجب ، وإخلاص التعظيم لله وحده ، وذريعة إلى الشرك ، وفيها مشابهة للكفار ، وتقليد لهم في عادتهم القبيحة ، ومجاراة لهم في غلوهم في رؤسائهم ومراسيمهم ، وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن مشابهتهم أو التشبه بهم .


_Seorang muslim tidak boleh berdiri untuk menghormati bendera atau salam kebangsaan. Itu adalah bid’ah yg  munkar yang tidak ada pada masa Nabi.ﷺ  masa Khalifah yang empat. Itu dapat menghilangkan kesempurnaan tauhid yang wajib dan kemurnian  dalam menganggungkan Allah satu-satunya, memunculkan syirik dan menyerupai orang kafir serta meniru mereka dalam tradisinya yang jelek dan berlebihan dalam menghormati penguasa. Padahal Rasulullah sudah melarang meniru dan menyerupai orang kafir_.(Fatwa no. 2123)


Sdgkan, Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani _Rahimahullah_ mengatakan:


هذه -لا شك- من التقاليد الأوروبية الكافرة، وقد نهينا عن تقليدهم بمناهي عامة وخاصة، ولا يجوز لأي دولة مسلمة حقاً أن تتبنى شيئاً من تقاليد الكفار


_Hal ini - tidak ragu lagi-  termasuk bentuk taklid kepada budaya Eropa yang kafir. Kita telah dilarang mengikuti mereka baik dengan larangan umum dan khusus, maka tidak dibolehkan bagi negera muslim mana pun untuk meniru orang-orang kafir_. (Al Ajwibah Al Albaniyah 'alal As'ilah Al Kuwaitiyah,   Hal. 1-2)


*📌 Kedua. Pihak yang membolehkan*


Mereka mengkritik pihak pertama. Menurut golongan ini, penghormatan bendera bukanlah masalah ibadah, dan tidak pantas dikatakan bid'ah. Ini adalah masalah adat duniawi yang hukum asalnya adalah mubah. Serta bukan pula penyerupaan kepada orang kafir, sebab menghormati simbol negara tidaklah terlarang secara syariat. 


Mufti Mesir, Syaikh  Syauqi Ibrahim Abdul Karim 'Allam _Hafizhahullah_ mengatakan:


لا مانع شرعًا من تحية العلم والوقوف للسلام الوطني؛ فكِلاهُما تعبير عن الحب لرمز الوطن وعلامته وشعاره


_Tidak terlarang secara syariat penghormatan bendera dan berdiri untuk salam kenegaraaan. Keduanya merupakan ungkapan rasa cinta kepada simbol tanah air dan syiar-syiarnya ..._


Beliau juga berkata:


ولا يمكن القول بأن هذا من التعظيم المحرم؛ لأن التعظيم الممنوع هو ما كان على وجه عبادة المعظَّم، كما لا يمكن القول بأنه من التشبه بغير المسلمين المنهي عنه شرعًا؛ فالتشبه إنما يحرم فيما يتعلق بعقائدهم وخصوصياتهم الدينية إذا قصد المسلمُ بها التشبه.


_Tidak mungkin ini dikatakan sebagai penghormatan yang diharamkan, sebab penghormatan yang dilarang itu adalah pengagungan dlm konteks ibadah, sebagaimana tidak mungkin juga disebut menyerupai non muslim yang telah dilarang oleh syariat, sebab tasyabbuh (penyerupaan) itu diharamkan dalam hal kaitannya dengan aqidah mereka, ciri khusus mereka yang duniawi, jika seorang muslim melakukannya memang bermaksud untuk menyerupai._ (Lihat: http://www.dar-alifta.org/AR/ViewFatwa.aspx?ID=11069)


Begitu pula fatwa dr _Lajnah Al Fatwa Darul Ifta Al Mishriyah,_ mereka mengoreksi pihak yang mengatakan bahwa ta'zhim (pengagungan, pemuliaan) hanya hak Allah semata, dan menganggapnya ini pendapat yang batil ..


Penghormatan bendera sudah ada di masa Nabi ﷺ  dan  para Sahabatnya. Dalam perang Mu'tah Nabi ﷺ mengangkat Ja'far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah, sebagai pemimpin pasukan dan pemegang bendera. Di masa itu tegaknya bendera merupakan tanda kejayaan dan kemenangan sebuah pasukan perang, oleh karena itu mereka sangat menjaganya  .. zaman ini cara penghormatan tidak sama karena sudah berubahnya zaman.


Di akhir fatwa, tertulis:


فإن تحية العلم المعهودة أو الوقوف للسلام الوطني أمران جائزان لا كراهة فيهما ولا حرمة كما شغَّب به مَن لا علمَ له، فإذا كان ذلك في المحافل العامة التي يُعَدُّ فيها القيام بذلك علامة على الاحترام وتركه مشعرًا بترك الاحترام: فإن الوقوف يتأكَّد؛ فيتعيَّن فعلُه حينئذٍ؛ دفعًا لأسباب النفرة والشقاق، واستعمالا لحسن الأدب ومكارم الأخلاق.


_Penghormatan bendera dan salam kenegaraan adalah dua hal yang dibolehkan, tidak makruh dan tidak pula haram, sebagaimana pandangan picik orang yang tidak memiliki ilmu._


_Jika hal itu dilakukan dalam proses umum yang dianggap bahwa berdiri adalah bagian dr penghormatan dan  meninggalkannya bernilai tidak hormat, maka berdiri saat itu ditekankan. Sebagai pencegah dari sebab munculnya perpecahan, dan dalam rangka memakai adab yang baik dan akhlak yang mulia._ (Selesai)


Syaikh 'Athiyah  Saqr Rahimahullah mengatakan:


فتحية العلم بالنشيد أو الإشارة باليد في وضع معين إشعار بالولاء للوطن والالتفاف حول قيادته والحرص على حمايته، وذلك لا يدخل فى مفهوم العبادة له، فليس فيها صلاة ولا ذكر حتى يقال : إنها بدعة أو تقرب إلى غير الله


_Menghormati bendera dengan lagu atau isyarat tangan, dalam situasi khusus itu menunjukkan loyalitas pada tanah air, bersatu di bawah kepemimpinannya, dan komitmen untuk mendukungnya. Sikap ini bukan termasuk dalam pengertian menyembah  kepada bendera itu. Penghormatan bendera bukanlah shalat atau dzikir sampai-sampai ada yang bilang: "itu bid’ah atau ibadah pada selain Allah."_


Nah, pendapat kedua ini dianut oleh mayoritas umat Islam dan ulamanya saat ini.. sebab memang masalah hormat bendera bukan ibadah, bukan pula tasyabbuh bil kuffar, dan secara umum ada dasar dalam sejarah Islam. 


Hanya saja, jika ini dikaitkan dgn upacara bendera, maka mesti diperhatikan: jangan sampai ikhtilat, jangan pula tata cara doa  meniru orang kafir dgn diiringi musik dan bernyanyi (mengheningkan cipta), tidak boleh memunculkan rasa Nasionalisme sempit seraya mendeskreditkan bendera tauhid.

Kamis, 15 Agustus 2024

Mencintai Negeri Tempat Tinggal

Cinta Tanah Air 


(judul asli tulisan: Mencintai Tanah Air Itu Syar'i)


Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu bercerita:


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَ دَرَجَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا

قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ زَادَ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ جُدُرَاتِ تَابَعَهُ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ


_"Rasulullah ﷺ  bila pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah, *Beliau mempercepat jalan unta Beliau dan bila menunggang hewan lain Beliau memacunya".*_


Abu 'Abdullah Al Bukhariy berkata: Al Harits bin 'Umair dari Humaid: _"Beliau memacunya karena kecintaannya (kepada Madinah)."_


Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Humaid dari Anas berkata,  _"…. Beliau melihat dinding-dinding kota Madinah …."_  Hadits ini diikuti pula oleh Al Harits bin 'Umair. *(HR. Bukhari no. 1802)*


Salah satu pelajaran dari hadits di atas, seperti yang dikatakan Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah adalah sebagai berikut:


وَفِي الْحَدِيث دَلَالَة عَلَى فَضْل الْمَدِينَة ، وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبّ الْوَطَن وَالْحَنِين إِلَيْهِ


_Dalam hadits ini terdapat petunjuk tentang keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya CINTA TANAH AIR dan KERINDUAN kepadanya._ *(Fathul Bari, 6/6)*


Ada pun hadits _Hubbul Wathan Minal Iman_ (cinta tanah air sebagian dari iman), bukanlah hujjah (dalil) dalam hal ini, sebab para imam hadits menyatakan itu sebagai hadits palsu dan tidak ada dasarnya, seperti  As Suyuthi,  As Sakhawi,  Al 'Ajluni, Ash Shaghani, dll.


Sementara hadits _Shahih Bukhari_ di atas sudah cukup menjadi hujjah, bahwa mencintai tanah air adalah hal yang syar'i dan manusiawi.


Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata:


ﻟﻤﺎ ﺧﻠﻖ ﺁﺩﻡ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼﻡ ﺃﺳﻜﻦ ﻫﻮ ﻭﺯﻭﺟﺘﻪ اﻟﺠﻨﺔ، ﺛﻢ ﺃﻫﺒﻄﺎ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻭﻋﺪا ﺑﺎﻟﺮﺟﻮﻉ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﻭﺻﺎﻟﺢ ﺫﺭﻳﺘﻬﻤﺎ، ﻓﺎﻟﻤﺆﻣﻦ ﺃﺑﺪا ﻳﺤﻦ ﺇﻟﻰ ﻭﻃﻨﻪ اﻷﻭﻝ، ﻭﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ


_Ketika Adam 'Alaihissalam diciptakan, dia dan istrinya tinggal di surga, lalu mereka turun ke dunia dan dijanjikan kembali lagi ke surga, dan memperbaiki keturunan mereka. Maka seorang mukmin selamanya akan rindu dengan tanah airnya yang pertama, dan cinta tanah air sebagian dari iman._ (Jaami' al 'Ulum wal Hikam, 2/379)


dikutip dan ditulils ulang oleh agus ahmad hidayat

Istiqamah dalam dakwah

 Shalat berjamaah; Dakwah berjamaah; Istiqamah pada keduanya


Istiqamah itu artinya berdiri dengan tegak dan lurus.  Berdiri  bertumpu pada kaki, tidak duduk atau berbaring. Juga harus tegak agar tidak bungkuk dan lurus agar tidak bengkok.


Dalam Al-Quran, di hari yang agung (yaumun 'azhimun) manusia akan berdiri menghadap Allah Rabbul alamin dalam keadaan berdiri di atas kedua kakinya:


أَلَا يَظُنُّ أُوْلَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبۡعُوثُونَ لِيَوۡمٍ عَظِيمٍ يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ


“Tidakkah mereka mengira (bahwa) sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar (Kiamat),  (yaitu) hari (ketika) manusia bangkit (berdiri) menghadap Tuhan seluruh alam?’ (QS. Al-Muthaffifin: 4-6)


Dalam shalat berjamaah ada  kamat. Berasal dari bahasa Arab iqomah. Mengalami akulturasi ke-Indonesia-an  sehingga menjadi kamat atau ikamat. 


Kamat adalah seruan kepada jamaah untuk segera berdiri menunaikan shalat. Lantunannya lebih cepat  dan  monoton. Seruan  ditujukan untuk mereka yang sudah hadir di dalam masjid. 


Seruan ntuk mereka yang masih di luar masjid disebut adzan. Lantunannya lebih panjang dan variatif  karena dimaksudkan agar orang-orang segera mendatangi masjid.


Setelah kamat dikumandangkan,  jamaah pun berdiri. 


Imam  mengatur  jamaah agar  barisannya rapat dan rapih,  supaya jamaah berdiri tegak  lurus. 


Shalat dengan shaf yang seperti ini enak dipandang dan lebih khusyu’. Mengapa? Karena tiada celah untuk  syetan masuk mengganggu.  


Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW Bersabda:


‌رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ.


“Rapatkan shaf kalian, tempelkan shaf kalian, berdekatlah kalian (antara shaf pertama dan kedua itu berdekatan), dan sejajarkan dengan leher kalian, Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan, masuk dari celah celah shaf, seolah olah anak kambing hitam yang kecil.”  (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban)


Jamaah  yang berdiri namun tidak tegak lurus dan rapat itu sama saja  dengan membukakan pintu bagi musuh dan mempersilakan kepadanya untuk melancarkan serangannya. 


Akibatnya kekhusyu’an shalat terganggu. Kadang terjadi seseorang yang shalat namun lupa  jumlah rakaat yang telah dikerjakannya. 


Hal ini juga bisa terjadi pada imam yang memimpin shalat. 


Khusyu’ adalah ruhnya sholat. Syetan tidak mampu menghalangi seseorang yang sudah berdiri shalat, namun ia mampu menghancurkan ruhnya.  


Karena itulah Allah tidak memuji semua orang yang sholat, akan tetapi hanya memuji mereka yang khusyuk dalam sholatnya:


قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ


“Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2)


Fokus, konsistensi dan kesadaran penuh dalam shalat itu menentukan kualitas dan ganjarannya. Tidak ada yang sempurna miah bil miah. Pasti ada kekurangan. 


Dari ‘Ammar bin Yasir ra , ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: 


إنَّ الرَّجلَ لينصَرِفُ وما كُتِبَ لَهُ إلَّا عُشرُ صلاتِهِ تُسعُها ثُمنُها سُبعُها سُدسُها خُمسُها رُبعُها ثُلثُها نِصفُها


“Ada yang selesai dari shalatnya, tetapi ia hanya mendapatkan sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan separuhnya.” (HR. Abu Daud,  An-Nasai, Ahmad dan Ath-Thahawi).


Namun demikian, shalat berjamaah tetap mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan shalat sendirian. 


Shalat berjamah lebih utama dan bernilai 27 kali kelipatannya. Selain  itu juga lebih  terjaga ketimbang sendirian.  


Ilustrasi seperti di atas tidak jauh berbeda ketika bicara tentang dakwah dalam konteks berjamaah. 


Para ma’mum (kader) nya juga dituntut untuk istiqamah, berdiri tegak lurus. Jangan bengkok, apalagi bikin shalat berjamaah dalam satu masjid yang sama. 


Hal yang umumnya sering terjadi disaat seorang sedang melaksanan shalat adalah masuknya obyek duniawi ke dalam pikirannya. 


Sebabnya, karena serangan syetan atau memang dirinya adalah termasuk mereka yang disebut sebagai pecinta dunia (muhibbud dunya). 


Hal ini juga dapat terjadi dalam barisan dakwah berjamaah.  Karena itulah yang harus diperhatikan adalah menjaga konsistensi dalam niat dan motivasi.


Janganlah ketika peluang dunia menjadi terbuka, akhirnya menjadi orang yang lupa. 


Kalo dalam shalat berjamaah, makmum yang tidak rapih dalam shaf, tidak berdiri tegak lurus dan rapat bersama dengan yang makmum lainnya, maka  sesungguhnya ia telah membuka celah bagi syetan untuk masuk dan menggangu. 


Dalam dakwah berjamaah juga demikian halnya. Orang yang berubah niat dan motivasinya karena semata mengejar dunia dan kesenangannya, sesungguhnya ia telah menjadikan jalan dakwahnya sebagai jalan yang bengkok. Firman Allah Ta’ala:   

 

  ٱلَّذِینَ یَسۡتَحِبُّونَ ٱلۡحَیَوٰةَ ٱلدُّنۡیَا عَلَى ٱلۡـَٔاخِرَةِ وَیَصُدُّونَ عَن سَبِیلِ ٱللَّهِ وَیَبۡغُونَهَا عِوَجًاۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ فِی ضَلَـٰلِۭ بَعِیدࣲ }


“(Yaitu orang-orang) kedudukannya sebagai sifat (yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalang-halangi) manusia (dari jalan Allah) yaitu agama Islam (dan menginginkan supaya ia) jalan Allah tersebut (bengkok) tidak lurus. (Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh) yakni sesat dari jalan yang hak dan benar. (QS.  Ibrahim: 3)

Dalam shalat yang membuyarkan kekhusyu’an adalah masuknya obyek-obyek duniawi ke dalamnya. 

Demikian pula  dengan dakwah berjamaah. Tujuan dunia itu dapat merobek kesatuan dakwah berjamaah.

diketik ulang oleh agus ahmad hidayat

Selasa, 13 Agustus 2024

Tidak Ragu dengan Langkah PKS - Agustus 2024

 Nasihat untuk diri dan saudaraku anggota PKS

-catatan: dokumen agus ahmad hidayat- dari tulisan IronMan-Malawi

Agak lama saya tidak menulis lagi tentang PKS, Alhamdulillah bisa menyapa saudara saudara saya anggota PKS melalui tulisan kali ini.


Ada anggota UPA yang bertanya melalui WA ke saya "Ustad, bagaimana sikap kita jika seandainya PKS tidak jadi mencalonkan Pak ARB sebagai Gubernur Jakarta?" Pertanyaan yang saat ini sedang viral di media sosial dan di tengah masyarakat Indonesia. Saya katakan "Ya ndak papa, keputusan politik itu bagian dari strategi dan cara dalam berdakwah pada lingkup pemerintahan dan negara. Dan itu perkara yang mutaghayyirat (perkara yang boleh berubah seiring dengan tuntutan dakwah). Bukan perkara yang Tsawabit (perkara yang tidak boleh berubah dalam dakwah). Karenanya lebih jauh terkait dengan dinamika politik saat ini, khususnya terkait Pilkada Jakarta, saya menyampaikan nasihat kepada antum semua para anggota PKS, khususnya adalah anggota UPA yang saya bina dan saya bimbing.


*Pertama,* Tujuan akhir kita melakukan amal dakwah termasuk dalam aspek politik ini adalah untuk mendapatkan keridha an dan kasih sayang Alloh SWT bukan yang lain. Jangan sampai tujuan itu hilang dan berganti dengan kemurkaan Alloh SWT karena prasangka prasangka buruk kita kepada qiyadah dan saudara saudara kita yang lain. Karena ketidak tauan kita atas apa yang sedang terjadi dan sedang dilakukan oleh para qiyadah kita untuk membesarkan kontribusi dakwah kita pada bangsa dan negara ini, yang dengan ringan lisan dan mulut ini berkata mengikuti nafsu dan amarah kita "ternyata PKS sama saja dan seterusnya". Saya katakan jangan. *Biasa saja.*


*Kedua,* kita sudah masuk dalam rumah yang tepat. Kita mendapatkan banyak kebaikan, keberkahan dan kemuliaan dalam hidup kita bersama dengan jamaah ini, bersama Partai ini melalui halaqoh halaqohnya, pembinaan pembinaannya bukan hanya untuk diri kita tapi juga untuk keluarga kita. Kita perlahan menjadi pribadi pribadi muslim yang semakin baik, aqidah, ibadah, akhlak, nasionalisme, profesionalisme dana kepedulian kita akan sesama terpupuk bersama Partai ini. Alloh SWT memberikan banyak sekali nikmat melalui wasilah Partai ini. Apa iya kita akan dikalahkan dengan bisikan syaiton dan hawa nafsu kita kemudian akan kita tinggalkan keberkahan ini. Hanya gegara keputusan politik yang mutaghayyirat itu. *Biasa saja.*


*Ketiga,* jika kita memahami bahwa bergabung sebagai anggota PKS ini sebagai sebuah cara kita menjadi pejuang kebaikan, maka perjuangan itu menuntut disiplin diri, menuntut ketaatan kepada pimpinan baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Dalam kondisi senang ataupun terpaksa. Dan ini adalag kenikmatan yang lain. Percayalah keputusan qiyadah qiyadah kita yang tentunya lebih baik dalam ruhiyah, aqidah, ibadah mereka, secara berjamaah insya Alloh akan lebih baik dibandingkan dengan keputusan diri kita yang solat tahajud juga masih jarang jarang, tilawah alquran juga masih malas malasan. Inilah keberkahan berjamaah, yang ketaatan itu akan menjadi ujiam dalam keberkahaan didalamnya. Karenanya terhadap keputusan qiyadah dalam aspek tatacara dakwah politik apapun, *biasa saja.*


*Keempat,* Kalau menurut pendapat pribadi saya, pribadi ya. Dan ya mestinya sah sah saja to menyampaikan pandangan pribadi terkait dengan situasi politik saat ini khususnya hubungan antara PKS dan Pak ARB. Bisa jadi memang Pak ARB tidak menghendaki bergabung ke PKS karena takut di cap sebagai Politikus dengan identitas ke Islaman yang kental. Atau bisa jadi memang ada sebuah konspirasi besar agar jangan sampai PKS menjadi Wakil Gubernur Jakarta. Jangan sampai PKS mendapat kesempatan memimpin Jakarta atau Indonesia. Saya pribadi dalam aspek keputusan politik para pemimpin PKS ini baru akan mempertanyakan benar atau salahnya keputusan politik itu adalah ketika PKS itu sudah meniliki kursi lebih dari 20 persen dan kemudian keputusan politiknya "aneh". Baru akan saya tanyakan "bener pora ini keputusan pimpinan PKS". Tapi kalau suara saja belum ada 10 persen, sumberdana dan sumberdaya media juga ndak ada, tantangan dan tekanan politiknya kita tidak pernah tau diatas sana, maka berhusnudzon terhadap keputusan pemimpin jamaah ini insya Alloh tetap menjadi pilihan terbaik bagi kita. *Biasa saja.*


*Kelima,* Perkara yang kita bahas ini kan perkara "seandainya" to, belum terjadi. Bisa jadi suatu saat PJS dan Pak ARB akan bekerja sama dalam pemilu, pilpres atau pilkada karena Pak ARB bergabung dengan PKS atau Partai yang lain sehingga koalisinya akan menjadi lebih dari 20 persen. Bisa jadi kan, kalaupun tidak di tahun 2024 bisa jadi di tahun 2029 dan seterusnya. Namanya juga keputusan politik. Kita berhusnudzon saja keputusan PKS dan Pak ARB adalah yang terbaik nantinya untuk bangsa dan negara ini. *Biasa saja.*


"Terus apa yang harus kita lakukan Ustad?" Kita teruskan kebiasaan kita untuk berjuang bersama PKS ini karena satu satunya cara perjuangan dalam aspek politik di Indonesia saat ini yang paling efektif bagi kita selaku warga negara adalah melalui partai politik. Dan insya Alloh ini amal solih. Kita maksimalkan perjuangan kita untuk kebaikan bangsa dan negara kita.


Kepada saudara saudara saya yang kurang atau tidak sependapat dengan tulisan saya, saya sampaikan mari kita kedepa kan husnudzon di hati hati kita, di pikiran pikiran kita dan dalam amal amal kita. Apapun ketetapan Alloh SWT nantinya terkait dengan PKS dan Pak ARB insya Alloh sama sama untuk kebaikan Bangsa dan Negara kita. 


Semoga Alloh SWT senantiasa mengampuni kita dan memberikan keberkahan dalam setiap amal kita.


Saya mencintai antum semua karena Alloh SWT


Melawi, Kalbar,12 agustus 2024,ironman-pks