Jumat, 06 Oktober 2017

Anekdot


Anekdot - materi untuk kelas X
A. Pengertian Teks Anekdot

Pengertian teks anekdot apa ya?

Pertama pengertian anekdot secara umumnya dulu. Pengertian teks anekdot secara umum :

    Teks Anekdot adalah cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan mempunyai maksud untuk melakukan kritikan. Teks anekdot biasanya bertopik tentang layanan publik, politik, lingkungan, dan sosial.

Pernah membaca sebuah cerita singkat yang berisi tentang guyonan atau berbau humor tetapi menjurus kepada ‘kritik’? Cerita singkat tersebut ialah teks anekdot atau anekdot.

Tidak hanya berbentuk cerita, pengertian teks anekdot juga dapat berbentuk dialog singkat antara dua tokoh.



Teks anekdot sendiri tentunya selain untuk memberi humor, teks tersebut juga harus memuat amanat, pesan moral ataupun kebenaran secara umum. Nah itu pengertian teks cerita anekdot.


B. Struktur teks anekdot

Selain itu, sebuah teks dengan bentuk anekdot juga memiliki struktur yang berbeda. Fungsi dari adanya struktur teks anekdot ialah: untuk membuat teks menjadi lebih rapi dan sesuai, juga benar-benar berbentuk.

Struktur tersebut ada lima macam dan wajib dimasukan dalam sebuah teks dengan bentuk anekdot. Apa saja lima struktur itu? Ini dia:

    Abstrak

Abstrak menjadi struktur teks humor paling awal yang ada dalam sebuah teks bernama anekdot. Abstrak ditaruh di awal paragraf dengan fungsi untuk menggambarkan mengenai teks tersebut secara umum agar pembaca dapat membayangkan.

    Orientasi

Orientasi merupakan awal kejadian pada cerita atau juga bagian yang menjelaskan latar belakang mengapa peristiwa utama dalam cerita dapat terjadi.

    Krisis

Struktur teks anekdot berikutnya adalah Krisis. Krisis merupakan bagian yang menjelaskan mengenai pokok masalah utama dengan warna unik juga tidak biasa. Atau bahkan terjadi pasa penulisnya sendiri.

    Reaksi

Reaksi berhubungan besar dengan struktur krisis. Reaksi adalah bagian yang akan melengkapi berupa penyelasaian masalah menggunakna cara-cara yang juga unik dan berbeda.

    Koda

Seperti penutup, struktur teks anekdot yang terakhir ialah Koda. Koda merupakan bagian yang menutup cerita dalam teks tersebut.


C. Ciri-ciri teks anekdot

Supaya kamu dapat membedakannya dan lebih mengerti tentang pengertian teks anekdot seperti apa, coba pahami juga ciri-ciri teks anekdot di bawah ini:

    1Berupa teks yang mendekati perumpamaan

Perumpaan pada sebuah teks dengan struktur anekdot mendekati bentuk sebuah dongeng. Layaknya karangan cerita berdasarkan imajinasi dan ditambah dengan segala hal yang bersifat nyata atau benar-benar terjadi di masayarakat.

   2 Menampilkan tokoh-tokoh atau figure yang dekat dengan kehidupan sehari-hari atau juga orang penting

Biasanya pada sebuah teks anekdot terdapat tokoh atau figure yang ada dalam dunia nyata dan mudah kita temui dalam keseharian. Contohnya seperti orang-orang pemerintahan, anggota keluar, dan lainnya.

    3

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, teks yang berupa anekdot memang dibuat untuk memberi kritik dengan cara yang berbeda. Semacam guyonan yang sengaja dibuat dengan tujuan tertentu seperti menyindir. Biasanya menyindiri di sini berkaitan dengan isu sosial dalam negeri yang sudah menjadi rahasia umum.
Memiliki sifat humoris, lucu, menggelitik, dan berbau lelucon tapi menyindir



Contoh anekdot


Di suatu hari, datang tukang roti yang melalui depan rumah, kemudian teman ane si enggal memanggil dia. Tak lama, datanglah tukang roti itu mendekati kita yang sedang istrirahat santai di taman depan rumah.
Enggar : “Adanya Roti jenis apa saja bang ?”
Tukang Roti : “Bisa bermacam maca, dek.”
Enggar : “Terus bang, roti ini apa yah rasanya ?”
Tukang Roti : “Roti ini coklat dek rasanya.”
Enggar : “Kalo roti ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “roti rasa strawberry dek.”
Enggar : “kalo ini rasa apa bang ?”
Tukang Roti : “ini rasa nanas dek.”
Enggar : “Loh, terus mana rotinya bang ? sejak tadi mulu bicaranya buah-buahan terus ? memangnya abang jual apa sih, roti atau buah ? Jika kaya begini ane gak jadi jadi beli bang”
Tukang Roti : *Hening*
Dalam sekejab si tukang jual roti tersebut pingsan mendadak.



Struktur Bagian-Bagian dari Teks Anekdot berjudul Tukang Roti
:
Abstraksi : Di suatu hari, datang tukang roti yang melalui depan rumah,
Orientasi : kemudian teman ane si enggal memanggil dia
Krisis : “Loh, terus mana rotinya bang ? sejak tadi mulu bicaranya buah-buahan terus ? memangnya abang jual apa sih, roti atau buah ? Jika kaya begini ane gak jadi jadi beli bang”
 Reaksi : *Hening*
Koda : Dalam sekejab si tukang jual roti tersebut pingsan mendadak.

Rabu, 13 September 2017

Cerpen Karya Nugroho Notosusanto "Vicker Jepang"



Pengantar
Cerita pendek ini berlatar kota Jakarta tahun 1951. Ditulis oleh mantan tentara pelajar Republik Indonesia yang berpengalaman di medan pertempuran. Ada beberapa istilah yang dipengaruhi bahasa Belanda yang biasa dipakai oleh kaum pelajar saat itu. Suasana masa lalu terasa dengan menyebut sekolah dasar dengan SR atau sekolah rakyat,  (Agus Ahmad Hidayat- Guru Bahasa Indonesia,  SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara)

VICKERS JEPANG
Karya Nugroho Notosusanto

    Pada suatu malam yang kuyup dengan hujan aku pulang dari sebuah pertemuan.  Sepedaku merk "Philips" buatan Surabaya, keadaannya sudah payah benar.  Selain jalannya bergoyang-goyang karena rodanya tidak lurus, rantainya berbunyi pula, membikin lagu yang tidak nyaman.  Air hujan merayap masuk via leher baju dan merembes ke dalam via jas hujan "Swan" kwalitet Rp. 90,00 yang tidak waterproof 100%.  Dengan sebal aku menyenandungkan lagu "Tik-tik-tik bunyi hujan di atas genting ..." menirukan adikku dari SR kelas 1.
    Kota Jakart di bilangan Bungur Besar kalau malam jam 10.00 dan hujan begini, menmbulkan bayangan-bayangan yang mengecutkan hati seorang laki-laki normal.  Karena aku masuk laki-laki normal, aku berusaha mengatasi bayangan-bayangan  seram itu dengan khayalan-khayalan yang nikmat-nikmat.  Memang situasi ibu kota pada tahun 1951 belum seaman tahun 1954, dan jam malam juga masih ada pada jam 01.00.
    Di dekat emplasemen stasiun Senen, gelapnya seperti di dalam terowongan kereta api.  Suara orang berlacur tidak ada di dala gerbong-gerbong yang berserakan di atas ril,  Penjual sate Madura dan kueh putu juga semua lenyap.  Jalanan sepi seperti kuburan.
    Tiba-tiba aku kaget seperti di dlam mimpi.  Karena gerak reflex, setang setir goyang, roda-roda kendor tambah oleng dan rem depan tanpa aku rem, mengerem sendiri.  Dengan kutukan jahanam aku terdiri ke dalam comberan yang dingin.  Segala keributan itu hanya karena ada kucing menyeberangi jalan.  Seketika itu juga aku insaf, bahwa hujan agak reda.  Lain daripada itu di kejauhan ada sebuah tiang lampu kelip-kelip melegakan hati yang gelap dingin seperti suasana.  Karena hal-hal yang menyenangkan itu hatiku jadi besarr.  Dengan gemas sepeda kukayuh cepat-cepat, meskipun ratapnya tambah tak karuan.
    Tapi kegelapan seolah-olah enggan melepaskan aku.  Setiap ada simpang jalan menganga, dingin dalam hatiku bertambah sejuk.  Rumah-rumah di tepi jalan tertutup rapat-rapat dan hitam oleh ketiadaan cahaya.  Aku mengayuh terus cepat-cepat, damba akan lampu jalan.
    Aku tahu, masih ada satu jalan simpang lagi sebelum tikungan yang ada lampunya.  jalan itu sudah dekat.  Kira-kira di tempat ada tonggak hitam di tepi jalan.  ya, ada tonggak hitam.  Seesungguhnya terlalu besar untuk sebuah tonggak.  Apa tonggak betul ?  Tonggak betul ? Tonggak bergerak ?!  Orang.  Tangan kanannya ditentangkan ke samping.  Dengan sendirinya aku melambatkan laju sepeda, pedal tak kukayuh lagi.  Aku sudah dekat kepadanya.  Ia bertolak pinggang besar.
    "Stop!" katanya kemudian.  "Turun!" Aku menurut dengan patuh.  Tiba-tiba tangannya menodong ke muka, suatu gerakan yang tak berguna bagiku, karena tanpa senjata itu pun aku tak sanggup melawan dia, karena tokohnya tokoh seorang Samson.  Ia memakai jas hujan militer hijau tetapi pet yang dipakai seperti pet yang kupakai, model sport Inggris.  Sosok tubuhnya yang ditekankan menutup mata, persis bandit picisan.
    Karena aku orang normal, jantungku mempercepat degupnya dan tenggorokanku kering seperti onderdil sepeda yang tak pernah kena minyak.  Bandit picisan itu tak banyak bicara.  Ia mendekat perlahan-lahan, seperti kucing mendekatii tikus.  tangan kirinya maju, membuka kancing jas hujanku.  Tangan kanannya dengan senjata dekat ke perutku.  Ia mulai meraba-raba saku celana.  Aku begerak kegelian, karena rabaannya sembarangan.
    "Awas!" desisnya marah sambil menyodokkan laras senjatanya ke perutku, yang menyebabkan aku mengeluarkan bunyi yang tak dapat kutirukan.  Setelah aku diam kembali, ia meneruskan pekerjaannya yang melanggar undang-undang itu.  Mau tak mau mataku tertrik kepada senjata yang di benamkan ke dalam perutku.  Bukan revolver, tidk ada silindernya; pistol jadi.  Merk apa ?  Aku terus mempelajari pistol itu, tak perduli dompetku berisi Rp. 12,25 pindah ke sakunya.  Karena kami tak jauh benar dari lampu jalan itu, aku dapat melihat, bahwa senjata itu sebuah "Vickers Jepang".  Apa nama sesungguhnya, aku tak tahu, tapi di Indonesia pistol itu terkenal dengan nama itu.
    Setelah selesai menggeledah pakaiannya, ia menumpahkan perhatiannya kepada arloji tanganku.  Karena melihat badanku yang tak seberapa itu, ia tak peduli tanganku kuangkat atau tidak.  Ia menggenggam tangan kiriku untuk mencopot arlojinya; sayang bannya agak sukar membukanya kalau dengan tangan satu.  Karena itu tangan kanannya ikut maju.  Pistolnya sekali waktu membalik, dan terlihat olehku popornya tidak ada wadah pelurunya.  Kosong melompong seperti teng bensin bocor.
   Serta merta mulutku sudah mengoceh lantang dengan cemooh yang tak tersembunyi, "Wah, nodong kok pakai Vickers Jepang kosong!"
    Ia terkejut, sampai arlojiku yang sudah lepas, jatuh ke tanah.  Sebentar ia memandangku dengan tak bergerak dan berkata.  Kemudian ia mundur selangkah.
     "Apa ? Kosong ? Mau rasa, apa ?" aksennya Jawa Tengah.
     "Mau diisi satu-stu dari atas, apa ? Angel dong ngokangnya!" jawabku, juga pakai aksen Jawa Tengah.  Dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri karena sikapnya yang ragu-ragu, aku membungkuk dan memungut arlojiku.  Ia membiarkan saja.
    "Kok tahu ini Vickers Jepang?" tanyanya.  Dan aku seperti sudah pernah kenal suara itu.
    "Saya pernah pakai kok!"
    "Di mana"
    "Front MKS."
    "Hlo! Front MKS!"
    "Tahun 1947."
    "Tahun 1947!"
    "Agustus."
    "Agustus?!"
    "Pernah ke puring apa?" tanyaku.
    "Puring?! Gombong Karanganyar?!" pistolnya sudah turun samasekali.  Dan tiba-tiba aku tahu, siapa dia.
    "Seksi Bima regu 2! Siapa yang pernah menangis di belakang pohon kelapa takut ambil steling di muka waktu ada serbuan?"
    "Mas Nug!!"
    "Ya, saya ini." (bersambung)

Pahlawan, siapakah mereka?



Pahlawan

Pengantar
Siapakah pahlawan menurutmu? Apakah mereka yang berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia itulah yang disebut pahlawan? Mengapa kita kenal pahlawan kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan buruh, pahlawan pers? Atas dasar apa mereka mengelompokkan pahlawan seperti itu? Bolehkan kita mengatakan orang yang berjasa pada kita lalu kita sebut dia pahlawan?
Marilah kita baca dan pelajari cerita pendek berjudul "Pahlawan" karya Mohtar Lubis, dan puisi berjudul "Ibu" yang ditulis oleh penyair Madura D.Zawawi Imron.
Dengan membaca dua karya sastra ini, kita bisa mengetahui sikap seorang sastrawan terhadap sesuatu, sikap sastrawan terhadap situasi saat itu sebagai tanggapan atau respons yang diberikan sebagai seorang seniman.


Tujuan Pembelajaran
Dalam pembelajaran  ini Kompetensi Dasar yang diinginkan adalah:
3.7   Menilai isi dua buku fiksi (kumpulan cerita pendek ataukumpulan puisi) dan satu buku pengayaan (nonfiksi) yang dibaca .

Kegiatan pertama
Perhatikan petikan bagian terakhir cerpen "Pahlawan" karya Mohtar Lubis".

Ketika saya pergi lagi main tenis setelah kembali dari Menado, kawan-kawan minta cerita tentang Tanah Toraja. Dan kemudian ketika giliran kami menunggu, Tina dan aku baru selesai main, aku berkata padanya, bahwa aku juga pergi ke Menado, dan aku ceritakan padanya perlawatanku ke Minahasa, dan tentang cerita-cerita yang kudengar tentang pahlawan Mayor Lintang, dan seorang pahlawan wanita, Letnan Nita. Aduh, cerita tentang dia tak kalah hebanya dari cerita tentang Lintang. Srikandi Permesta yang tidak dikenal. Aku coba mencarinya di sana, tetapi tak ada yang tahu di mana Nita sekarang.
Tiba-tiba aku melihat air muka Tina berubah. Bibirnya melurus, pandangannya menjauh, dan dia sendiri dengan pikirannya. “Bapak bertemu juga dengan anak Mayor Lintang?” Suaranya agak gemetar.
“Ah, tidak, saya cari, tetapi hanya betemu dengan ayah dan ibu Mayor Lintang. Mereka kelihatan amat sayang pada anak itu. Kata mereka dia mirip sekali dengan Mayor Lintang. Saya bertemu banyak orang yang masih berbicara tentang dua pahlawan Lintang dan Nita.”
“Pahlawan?” kata Tina, dan suaranya gemetar, dan matanya berkilau mengandung api kemarahan. “Bapak tahu siapa ibu anak pahlawan Lintang itu?”
“Saya! Sayalah Nita.”  “Dan mengapa saya mengandung anak Lintang? Karena pada suatu hari dia memperkosa saya. Dan mengapa orang menganggap Nita pahlawan gagah berani, tidak takut mati? Karena ketika saya tahu saya hamil, saya mau mati, karena saya tidak rela mengandung anak itu, hasil perkosaan diri saya. Tetapi tidak ada peluru yang mau singgah ke tubuh saya. Dan kemudian ketika terjadi pertempuran hebat menghadapi pasukan pusat, dan pasukan kami diperintahkan mundur dan Lintang tinggal dengan dua regu yang melindungi gerakan mundur, saya dekat dia, dan dia tewas bukan karena tembakan lawan. Saya yang bunuh dia …!”
Dengan terkejut aku memandang padanya. Dia tidak melihat padaku, pandangannya jauh entah ke mana, baginya lapangan tenis dan kawan-kawan yang sedang main sudah tidak ada. “Saya sengaja menembaknya dengan Bren saya di bawah perutnya, menghancurkan kelaki-lakiannya yang telah memperkosa saya. Di mataku dia seorang pengkhianat, telah mengkhianati anak buanya sendiri. Dan ketika perutku membesar, aku mengundurkan diri ke sebuah desa terpencil, dan setelah bayi lahir dan aku kuat berjalan kembali, aku antarkan bayi itu pada orang tuanya. Aku tinggalkan Minahasa. Aku ganti namaku dari Nita jadi Tina.”
Dan aku ingat kemarahannya pada Aziz yang selalu hendak memaksakan kelelakiannya padanya.
“Dan kini apakah Bapak muak melihatku setelah tahu?” katanya.
Saya pegang tangannya, “Tidak Tina,” kataku, “tiada manusia dapat menjadi hakimmu. Kau harus mencari damai dalam hatimu sendiri. Kejadian dahsyat itu telah lama berlalu. Biarkan tinggal jauh di masa lampau itu. Aku bertambah sayang padamu setelah mengetahui betapa dahsyatnya pengalaman hidupmu. Aku mengerti perasaanmu. Tetapi janganlah hidup dengan kebencian dalam hati seumur hidupmu. Hidup mengandung berbagai kemungkinan, yang buruk, tetapi juga yang indah.”
“Juga bagi saya?” tanyanya dengan suara kecil.
“Apalagi bagimu, umurmu berapa, tiga puluh tahun?”
Tina mengangguk, “Nah, hidup masih menunggumu.”
Apa benar demikian, itulah yang selalu menjadi tanya bagiku, dan matanya lebih jauh, entah ke mana. Apa lagi yang dapat kukatakan padanya?

Kegiatan kedua:
Perhatikan petikan lengkap puisi "Ibu" karya D.Zawawi Imron.

Ibu
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempat kuberlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang akan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal
tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku

1966
Karya  D Zawawi  Imron
kumpulan puisi bantalku ombak selimutku angin halaman 20-21 pada judul Ibu

Rabu, 23 Agustus 2017

Belajar menilai unsur intrinsik cerpen



Unsur Intriksik Cerpen
 
Kamu tentu masih ingat, bukan, apa saja unsur intrinsik cerpen? unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam karya sastra. Ya, unsur intrinsik cerpen meliputi 1)tema, 2)tokoh atau karakter, 3)latar, 4)alur/plot dan 5)sudut pandang. Unsur cerpen tokoh, latar, tema dan alur peristiwa telah kamu pelajari pada pelajaran sebelumnya. Kali ini, kamu akan belajar tentang sudut pandang pencereritaan.
Setiap pengarang memiliki sudut pandang penceritaan yang berbeda. Ada yang menggunakan sudut pandang penceritaan orang pertama (aku atau saya); ada yang menggunakan sudut pandang penceritaan orang kedua (kamu atau kau). Namun tidak jarang orang menggunakan sudut pandang orang ketiga (ia, dia, atau nama orang).
Bacalah cerpen karya Ahmad Tohari “Mata yang enak dipandang”

  1. Bagaimana pengarang menggunakan sudut pandang pada cerpen itu?
  2. Bagaimana tokoh Mirta dan bagaimana tokoh Tarsa? Kutip teks pendukung penguat pendapatmu
  3. Latar tempatnya di mana?
  4. Bagaimana pengarang mengatur alur cerita?
  5. Buatlah sinopsis atau ringkasan cerpen itu!
  6. Cari informasi tentang penulis cerpen ini (Ahmad Tohari), lalu ceritakan informasi itu kepada teman di depan kelas, atau ditulis ulang dan ditempel pada majalah dinding kelas.

Menilai fiksi cerita pendek "Mata yang Enak Dipandang"

Lembar Kerja Siswa
Kelas XII semester 1
KD 3.7 menilai isi dua buku fiksi kumpulan cerita pendek atau kumpulan puisi dan satu buku pengayaan nonfiksi yang dibaca
KD 4.7 menyusun laporan hasil diskusi buku tentang satu topik baik secara lisan maupun tulis

Bahan cerita pendek karya Ahmad Tohari

Mata yang Enak Dipandang

Di bawah matahari pukul satu siang, Mirta berdiri di seberang jalan depan stasiun. Sosok pengemis buta itu seperti patung kelaras pisang; kering compang camping, dan gelisah. Mirta merekam lintang pukang lalu lintas dengan kedua telinganya. Dengan cara itu pula, Mirta mencoba menyelidik di mana Tarsa, penuntunnya. Namun, Mirta segera sadar bahwa Tarsa sengaja meninggalkan dirinya di tempat yang terik dan sulit itu. memanggang Mirta di atas aspal gili-gili adalah pemerasan dan kali ini untuk segelas es limun. Pagi tadi, Tarsa sengaja membimbing Mirta sedemikian rupa sehingga kaki Mirta menginjak tai anjing. Mirta boleh mendesis dan mengumpat sengit. Tapi Tarsa tertawa, bahkan mengancam akan mendorong Mirta ke dalam got kecuali Mirta mau memberi sebatang rokok. Sebelum itu, Tarsa menolak perintah Mirta agar ia berjalan agak lambat. Perintah itu baru dipenuhi setelah Mirta membelikan lontong ketan.
Mirta jengkel dan tidak ingin diperas terus menerus. Ia akan mencoba bertahan. Maka , meski kepalanya terasa diguyur pasir pijar dari langit, Mirta tidak ingin memanggil Tarsa. Berkali kali ditelannya ludah yang pekat. Ditahannya rasa pening yang menusuk ubun-ubun. Diusapnya wajah untuk mencoba meredam panas yang menjerang. Mirta betul betul tidak menyerah kepada penuntunnya. Dan matahari pukul satu siang tidak sedetik pun mau berkedip. Sinarnya jatuh lurus menembut batok kepala Mirta dan membawa seribu kunang kunang. Mirta mulai goyang. Ia mulai bergerak untuk mencari tempat yang teduh dengan kekuatan sendiri. Kaki yang bergetar itu mencoba turun dari gili-gili. Namun sebelum telapaknya menyentuh jalan, klakson-klakson serentak membentaknya. Mirta terkejut dan surut.
Kembali menjadi patung kelaras yang gelisah, Mirta berdiri goyang di atas gili-gili. Kunang kunang lebih banyak lagi masuk ke rongga matanya yang keropos. Dua kakinya bergerak lagi. Kini Mirta bukan hendak menyeberang, melainka menyusur trotoar. Mirta harus meninggalkan tempat itu kalau tidak ingin mati kering seperti dendeng. Namun, barus beberapa kali melangkah, Mirta melanggar sebuah sepeda yang diparkir melintang. Sepeda itu tumbang dan tubuh Mirta serta merta menindihnya. Suara berderak disambut sorak sorai dari seberang jalan. Dan itu suara Tarsa.
Pemilik sepeda datang hanya untuk mengurus kendaraannya. Tarsa yang sejenak tadi asyik bermain yoyo di bawah pohon kerai payung di sebarang jalan, juga datang. Tetapi, Tarsa hanya menonton ketika Mirta bersusah payah mencoba berdiri. Tangan Mirta menggapai gapai sesuatu yang mungkin bisa dijadikan pegangan. Karena tangannya gagal menangkap sesuatu maka Mirta tidak bisa tegak. Ia jongkok seperti mayat yang dikeringkan. Kepalanya terasa menjadi gasing yang berputar makin lama makin cepat. Kesadaran mulai mengawang. Meski begitu, Mirta tahu Tarsa sudah berada di dekatnya. “Panas, Kang Mirta?”
“panas sekali, bangsat?” kata Mirta dengan suara kering dan samar.
“Sekarang kamu mau membelikan aku es limun. Iya kan ?”
Mirta tak menjawab. Namun, Tarsa mengerti bahwa Mirta sudah tak tahan lagi berada lebih lama di bawah matahari. Tarsa sudah tahu bahwa Mirta menyerah. Maka tanpa tawar menawar lagi Tarsa membawa Mirta menyeberang dan berhenti dekat tukang minuman. Segelas es limun diminumnya dengan rasa penuh kemenangan. Mirta juga minum. Bukan es limun, melainkan air putih” Segelas, segelas lagi, dan segelas lagi. Selesai membayar minuman, Mirta minta diantar ke tempat yang teduh.
Dalam bayangan pohon kerai payung depan stasiun, Tarsa kembali bergembira dengan yoyonya. Namun, Mirta duduk memeluk lutut, dia seperti bekicot.  Tiga gelas air putih yang baru diminumnya muncul kembali ke permukaan kulit, menjadi keringat untuk mendinginkan badan yang terlalu lama tersengat matahari. Rasa pening turus menggigit kepalanya. Dan Mirta terhuyung ke samping karena tanah yang didudukinya terasa miring dengan terus bertambah miring. Ketika merasakan tanah semakin cepat berayun, Mirta merebahkan badan, melengkung seperti bangkai udang. Keringatnya mulai mengering karena sapuan angin. Tapi, wajahnya perlahan lahan berubah pucat. Nafasnya megap megap terdengar lirih dari mulutnya, lalu segalanya tampak tenang. Mirta terbujur diam di bawah krea payung depan stasiun. Mirta tertidur atau Mirta pingsan. Dan di dekatnya , Tarsa tetap bergembira dengan yoyo yang melesap turun naik di tangan.
Tanpa sedikit pun berkedip, matahari terus beringsut ke barat. Bayangan kerai payung bergerak ke arah sebaliknya dan lama lama wajah Mirta bertatap langsung oleh matahari. Terik yang kembali menyengat kulit muka membuat Mirta terjaga atau siuman.  Dan hal yang pertama yang dirasakan ketika Mirta mencoba duduk adalah rasa dingin yang merambah seluruh badan. Mirta menggigil dan bel stasiun berdentang nyaring. Pengumuman berkumandangan -kereta akan segera masuk. Tarsa menggulung yoyonya dan berbalik ke arah Mirta.
“Kereta datang.”, Kang. Ayo , masuk.  Nanti ketinggalan.
Tarsa tak sabar. Diraihnya tangan Mirta. Kere ini harus apa lagi kalau tidak mengemis kepada para penumpang, pikir Tarsa. Tetapi, Tarsa terkejut ketika menyentuh tangan Mirta. Panas. Tarsa juga melihat bibir Mirta sangat pucat “Kamu sakit, Kang?”
“tidak, “ jawab Mirta lirih. Tarsa ragu. Dirabanya kembali tangan Mirta.  Memang panas. Dan bibir itu memang pucat. Tarsa bertambah ragu.” Bila kamu tidak sakit ayo bangun. Kamu kere bukan, yang namanya kere harus ngemis bukan?”
“kali ini aku malas.”
“tapi uangmu sudah habis, dan kita belum makan. Kamu juga belum kasih aku upah. “. “ya,” perolehan hari ini memang sangat sedikit. “
“itu salahmu. Kikira kamu tolol tak pandai mengemuis”
“tolol?” Aku sudah puluhan tahun jadi kere.
Sudah puluhan anak jadi penuntunku, tapi baru bersamamulah aku sering tak dapat duit. Jadi, siapa yang tolol?”
“Kang, aku membawamu ke mana mana . Kamu sudah ku hadapkan para semua orang, ke semua penumpang, jadi, kalau kamu tak dapat duit, kamu sendiri yang totol kan?”
“Kamu yang punya mata. Seharusnya kamu bisa melihat orang yang biasanya mau kasih recehan. Di depan orang-orang seperti itu, kita harus lama bertahan.”
“Omong kosong. Bagaimana aku bisa mengenali orang seperti itu?”
“Betul, kan? Kamu memang tolol. Perhatikan mata mereka. Orang yang suka memberi receh punya mata lain.”
“Ah, taik kucing.”
“Sudah kubilang, aku puluhan tahun jadi pengemis. Kata teman teman yang melek, mata orang yang suka memberi memang beda.”
“tidak galak”
“Ah, betul. Itu dia. Dari tadi aku mau bilang begitu. Tarsa, kamu betul. Mata orang yang suka memberi, tidak galak. Mata orang yang suka memberi kata teman teman yang melek, enak dipandang.”
Tarsa nyengir. Ada suara gemuruh dan bunyi rem logam yang mengusir telinga. Kereta masuk.
“Akan kucari penumpang-penumpang yang matanya enak dipandang . Ayo, Kang Marta, kita jalan.”
Mira tidak sedikit pun bergerak.
“Sudah kubilang kali ini aku malas. Apa kamu lupa kereta yang baru datang? Kereta utama, bukan? Kita tidak akan bisa masuk tereta seprti itu. Ngemis lewat jendela pun payah. Tunggu saja nanti kereta kelas tiga.”
“Tapi kita belum makan, Kang?”
“Percuma mengemis di kereta api utama. Aku sudah berpengalaman. Jadi, turutilah apa yang kubilang. Tunggu saja kereta kelas tiga.”
Tarsa dia meski hatinya jengkel bukan main. Bukan hanya jengkel kepada Mirta melainkan juga kepada kata katanya yang benar belaka. Tarsa ingat memang sulit mencari orang yang matanya enak dipandang dalam kereta kelas satu. Melalui jendela ia sering melihat berpasang pasang mata di balik kaca tebal itu; mata yang dingin seperti mata bambu. Mata yang menyesal karena telah bertatap sosok kere picek dan penuntunnya,  mata yang bagi Tarsa membawa kesan dari dunia yang amat jauh.
Ada bunyi keruyuk di perut. Tarsa menelan ludah. Ia mencoba melupakan semua dengan yoyonya. Tetapi, bunyi dari perutnya makin sering terdengar. Tarsa keluar dari bayangan kerai payung, berjalan tak menentu dan berbalik lagi. Ia ingin mengajak Mirta, untung untungan mengemis kepada penumpang kereta yang baru datang. Tetapi dilihatnya Mirta sudah rebah kembali. Tubuhnya menggigil dan terasa sangat panas. Ketika Tarsa meraih tangannya, Tarsa memandangi laki-laki itu dengan perasaan campur aduk. Mungkin ia menyesal telah menjemur Mirta terlalu lama demi segelas es limun. Mungkin juga ia jengkel ketika menyadari bahwa dirinya tidak lebih dari kacung bagi kere yang kini menggelatak di tanah di depannya; sialan hidupku tergantung hanya kepada kere tua dan keropos kedua matanya itu.
Peluit lokomotif berbunyi nyaring dan kereta kelas satu berangkat. Mata mata sedingin mata bambu yang datang dari dunia sangat jauh bergerak meninggalkan stasiun. Matahari melirik tajam dari belahan langit sebelah barat. Ada pengemis buta terbujur lunglai di bawah pohon kerai payung di depan stasiun. Tarsa sungguh menyesal telah memeras habis-habisan lelaki yang meski kere dan buta, namun dialah satu-satunya orang yang tiap harinya memberinya upah. Bahkan, Tarsa benar-benar takut Mirta benar-benar sakit lalu mati.
Dalam ketakutannya, Tarsa berpikir bahwa dia lebih baik tidak lagi menyiksa Mirta. Tarsa juga berpikir bahwa sebaiknya dia ikuti saja semua kata Mirta, hanya mengemis di kereta kelas tiga. Dalam hati, Tarsa mengaku, sebagai pengemis Mirta lebih berpengalaman.
Bel di stasiun kembali berdering. Diumumkan kereta lain akan masuk. Tarsa hafal, yang akan tiba adalah kereta kelas tiga dari Surabaya. Ditolehnya Mirta yang masih tergeletak di tanah. Mulut Mirta setengah terbuka, bibirnya sangat pucat. Napasnya pendek-pendek. Ketika diraba, tubuh Mirta masih terasa sangat panas.
Kereta masuk dan remnya terasa menggores hati. Perut Tarsa berkeruyuk. Tarsa menggoyang tubuh Mirta, tetapi ragu. Maka, Tarsa hanya berbisik di telinga laki-laki buta yang tengah tergolek itu. lirih bisiknya.
“Kang Mirta, bangun. Kereta kelas tiga datang. Ayo, kita cari orang-orang yang matanya enak dipandang.”
Tak ada reaksi apa pun dari tubuh lunglai itu. Matahari makin miring ke barat, namun panasnya masih menyengat. Tarsa gagap, dan mengulang berbisik di telinga Mirta.
“Kang, kamu ingin kuantar menemui orang-orang yang matanya enak dipandang, bukan?”
Hening

Sumber: Tohari, Ahmad, 2000
Nyanyian Malam, Jakarta:Grasindo



Senin, 14 Agustus 2017

Berlatih menyusun Editorial dengan tema Pelaku Sejarah

Kearifan Lokal, mengenalkan sosok pelaku sejarah di daerah setempat

Mengenal Saleh Achmad, Pelaku Sejarah dari Lampung Utara 

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit, tetapi jangan memaksakan diri jika tidak mampu mencapainya. Bersikap jujur, apa adanya dan berbuat baik untuk orang lain.”

                                                            Oleh: J. Haryadi

Saleh achmad dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada 12 Februari 1927. Pria yang berasal dari suku Lampung Abung ini hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 5 SR (Sekolah Rakyat) atau setingkat SD (sekolah Dasar). Saat itu dirinya putus sekolah karena adanya Perang Asia Timur pada 1941 yang juga melanda Indonesia.
Ketika Jepang masuk Lampung pada 1942, Saleh Achmad adalah seorang remaja yang baru berusia 15 tahun. Kemauan belajarnya sangat tinggi, sehingga dia berniat untuk mempelajari Bahasa Jepang. Hanya dalam tempo sekitar 2 bulan, dirinya sudah mampu berkomunikasi dengan Bahasa Jepang. Hal ini bisa terjadi karena Saleh rajin mempelajarinya dengan membaca buku dan sering mempraktekkannya.

Kemampuan Saleh berbahasa Jepang berdampak positif terhadap dirinya. Dia dipanggil oleh seorang Kapten Jepang (Taicho) bernama Ohara yang kebetulan mengetahui kemampuannya untuk datang ke kantor perwira tersebut. Ternyata Saleh ditawari bekerja disana dengan gaji sebesar Rp.6 (sebagai perbandingan, harga sepeda saat itu cuma seharga Rp.1). tentu saja tawaran itu tidak disia-siakannya. Sejak saat itu Saleh bekerja di sana.
Pada 1943 Saleh Achmad pindah ke Palembang. Ketika Indonesia merdeka pada 1945, dia dan rekannya membentuk pasukan yang disebut Laskar Rakyat. Pada saat itu dirinya dipercaya menjabat sebagai Wakil Komandan. Salah satu cara agar pasukannya tetap semangat dalam berjuang, mereka sering menyanyikan lagu “Padamu negeri” ciptaan Kusbini.

Aksi heroik yang tidak pernah dilupakannya adalah ketika Saleh dan pasukan lainnya yang berjumlah sekitar 300 orang menyerbu markas tentara Jepang. Tujuannya adalah untuk meminta senjata Jepang yang saat itu sudah menyerah kepada tentara sekutu. Berkat usaha mereka, akhirnya tentara Jepang bisa dilucuti dan mereka berhasil membawa sejumlah senjata.
Saleh Achmad kemudian berminat menjadi tentara. Pada 1947 sudah terbentuk TRI (Tentara Rakyat Indonesia), tetapi saat itu Saleh belum bergabung. Kemudian pada 1948, TRI berubah nama menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pemuda Saleh Achmad yang saat itu sudah berusia 21 tahun mendaftar untuk menjadi anggota TNI. Dia lantas diterima menjadi Anggota TNI dengan pangkat Sersan karena saat itu dirinya sudah mempunyai pasukan sendiri dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang.

Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Lampung Utara selama 20 tahun ini, saat menjadi anggota TNI kondisinya sangat prihatin. Seragam TNI saat itu bukan berwarna hijau, melainkan berwarna hitam. Tentara saat itu tidak memakai sepatu, karena kondisinya memang dalam masa perjuangan.
Pada 1 Januari 1949, Belanda melakukan agresi militernya dan mereka juga masuk ke Lampung. Saat itu kondisi masih serba sulit dan pasukan pimpinan Saleh belum memiliki radio. Pasukan mereka mundur ke Metro, Lampung tengah. Tiba-tiba pasukannya diserang oleh Macan Loreng (sebutan untuk pasukan tentara Belanda yang berpakaian loreng seperti macan). Terjadilah pertempuran sengit yang tidak seimbang antara tentara Belanda yang bersenjata lengkap dengan tentara Indonesia yang persenjataannya seadanya. Dalam serangan  tersebut 11 orang anggota pasukannya tertangkap.

Kini Saleh Achmad masih menjabat sebagai Ketua DHC’45 dan memiliki 10 orang anak, yaitu:

Anak ke-1: Almarhum Zulhana, lahir 1957 dan meninggal masih bayi.
Anak ke-2: Zubaidah (1949-2009), mantan Ketua DPRD Lampung Utara.

Anak ke-3: Yusar Iskandar, lahir 1951 (Mantan Kepala Dinas LLAJR – Jakarta)

Anak ke-4: Zaubaiti, lahir 1953 (Pensiunan Pegawai R.S. Ryacudu Lampung Utara)

Anak ke-5: Agustina, lahir 1955 (Pensiunan, mantan Asisten III Pemda Lampung utara).

Anak ke-6: Safran, lahir 1957 (Kepala Suku Dinas Perumahan Pemda DKI Jakarta)

Anak ke-7: Akhmad Yani, lahir 1959 (Pegawai Kesbangpol Lampung Utara)

Anak ke-8: Hajairin, S.H., lahir 1961 (mantan anggota DPRD Lampung Utara 3 periode)

Anak ke-9: Nova, lahir 1966 (ikut suami, tinggal di Bandar Lampung)

Anak ke-10: Elly Meriana, (bekerja di PMDN Kantor Gubernur Lampung)

Merancang Editorial



Kelas XII semester 1
Kompetensi Dasar 3.5 Mengidentifikasi informasi (pendapat, alternatif solusi dan simpulan terhadap suatu isu) dalam teks editorial.


Teks 1
Bacalah  teks berikut ini, lalu amati 1) unsur apa saja yang terdapat dalam teks berita? 2) apakah berita itu menarik? Jelaskan! 3) Apakah berita itu telah basi, tidak hangat lagi? Jelaskan! 4) Berperanlah sebagai staf redaksi koran sekolah, cermati masalah yang ada pada berita, buatlah editorial atau tajuk rencana yang mengangkat masalah (antisipasi mogok massal angkutan umum) tersebut!

Selasa 15 Agustus 2017, 02:30 WIB
Aparat Siapkan Jemputan Antisipasi Mogok Massal Angkutan Umum
Cirebon - Sejak Senin (14/8/2017) siang, masyarakat Kota Cirebon digegerkan dengan isu rencana mogok massal angkutan umum sebagai bentuk penolakan keberadaan transportasi online yang beredar melalui pesan berantai.
Dalam pesan berantai tersebut disebutkan jika besok Selasa 15 Agustus seluruh angkutan akan menggelar demo pada pukul 9.00 WIB. Aksi demo tersebut akan diikuti oleh seluruh angkot mulai D1 hingga D10 termasuk taksi konvensional.
"Untuk seluruh orangtua agar dapat menjemput putra putrinya apabila jarak tempuh dari rumah ke sekolah menggunakan transportasi umum," tulis pesan berantai yang diterima detikcom.
Selain dalam bentuk pesan beredar pula selebaran dengan kop surat Organda Kota dan Kabupaten Cirebon nomor 083/ORG-CN/VIII/2017 yang ditujukan pada Kapolresta Cirebon.
Isi surat tersebut berupa rencana aksi demo yang akan dilakukan oleh pengemudi angkot D1-D10, angkutan AKDP (GG, GP, GC, GM dan GS), serta taksi konvensional dengan estimasi massa mencapai 1.000 orang.
Aksi demo akan dimulai di Kantor Organda Cirebon dengan berjalan kaki hingga ke Kantor Balai Kota dan Kantor DPRD Kota Cirebon. Nantinya dalam aksi tersebut massa akan menyampaikan keberatannya terhadap keberadaan transportasi online.
Sementara itu Kapolresta Cirebon AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar mengatakan akan melakukan langkah antisipasi sejak Selasa pagi sekitar pukul 6.00 WIB dengan menyediakan sejumlah kendaraan operasional untuk mengangkut masyarakat.
"Kita siapkan dua truk dalmas, satu bus, juga seluruh kendaraan patroli roda dua atau roda empat di tingkat Polsek dan Polres," jelas Adi dalam pesan singkat yang diterima detikcom Senin malam.
Selain itu pihaknya sudah berkoordinasi dengan Brimob, Kodim, Arhanudse, dan Lanal yang bermarkas di Cirebon untuk bersama-sama menyiapkan kendaraan operasional mengantisipasi aksi mogok massal tersebut
Seperti diketahui Dishub Kota Cirebon sejak Mei 2017 lalu telah melarang transportasi online beroperasi karena belum memiliki izin. Namun hingga kini transportasi online masih beroperasi dan semakin banyak jenisnya.
Keadaan tersebut semakin memanas sejak awal Agustus lalu karena transportasi konvensional yang telah memiliki izin resmi merasa ada persaingan tidak sehat dengan transportasi online. Bahkan belum lama ini sejumlah insiden yang melibatkan dua kubu sempat mencuat hingga viral di media massa dan media sosial
(dkp/dkp)

Teks 2
Bacalah  teks berikut ini, lalu amati 1) Apakah berita itu sangat penting? Jelaskan! 2) Pihak mana saja yang berkepentingan dengan berita ini? 3) Jika kamu sebagai dewan redaksi majalah, apakah berita semacam itu akan dimuat? Jelaskan pertimbangan yang kamu gunakan!

Senin 14 Agustus 2017, 11:07 WIB
Guru SMPK Penabur yang Kirim Chat Porno ke Siswi
Jakarta - Seorang guru bahasa Inggris di SMPK Penabur, Kelapa Gading, Jakarta Utara, ditangkap polisi karena mengirim chat porno ke siswi-siswinya. Guru itu bernama Tri Sutrisno alias A Ju, 25 tahun.

Tri adalah wali kelas IX di SMPK Penabur Kelapa Gading. Statusnya kini tersangka dan dalam penahanan Polda Metro Jaya.
Dia diduga mengirim chat porno setidaknya kepada 4 siswinya. Kepada salah seorang siswi, dia mengirim dua gambar perempuan telanjang sedang melakukan aktivitas seks. Gambar itu lalu diikuti dengan kata-kata mesum.

Salah seorang siswa sempat mengingatkan Tri soal kiriman gambar-gambar porno tersebut. Namun pria berkacamata itu tak menggubrisnya karena yakin si siswi tak akan melapor.
Entah dilaporkan ke orang tua atau tidak, akhirnya orang tua si siswi mengetahui chat mesum tersebut. Orang tua tua siswi itu kemudian melapor ke Polda Metro Jaya. Tri lalu ditangkap pada 10 Agustus lalu.

Kasus chat porno ini disikapi serius oleh pihak SMPK Penabur. Mereka ingin bekerja sama dengan orang tua murid untuk menyelesaikan kasus obrolan porno via ponsel ini. Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) Penabur juga tak akan diam saja.
"SPK Penabur Jakarta tidak menolerir tindakan apa pun yang mengancam keselamatan peserta didik dan kami telah melakukan konsolidasi untuk menangani permasalahan tersebut dan mengambil tindakan tegas secara internal," kata pejabat Humas BPK Penabur, Jakarta, Senin (14/8/2017).
(tor/imk)

Teks 3
Bacalah teks berikut ini, teks ini sengaja diberi nomor urut agar memudahkan menandai bagian-bagian teks berita.
Buatlah pertanyaan atas berita ini yang melacak apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Anda tidak perlu memberi jawaban atas pertanyaan itu.

1.       Selasa 15 Agustus 2017, 04:40 WIB
2.       Diperiksa, Novel Tolak Ungkap Jenderal yang Diduga Terlibat Serangan
3.       BBC Indonesia - detikNews

4.       Singapura -
5.       Novel Baswedan tetap menolak mengungkap siapa jenderal yang dikatakannya terlibat dalam perencanaan serangan zat asam terhadapnya.

6.       Dalam pemeriksaan resmi pertama tentang kasus serangan zat asam itu, Novel menyatakan hanya membuka nama sang jenderal kepada suatu tim gabungan pencari fakta. Hal itu disampaikan salah satu kuasa hukum Novel, Alghiffari Aqsa dari LBH Jakarta, kepada wartawan BBC Indonesia Mehulika Sitepu.
7.       "Tadi Novel juga ditanyakan mengenai daftar ancaman terhadap orang-orang KPK yang dia sampaikan di salah satu stasiun TV namun dia tidak mau menjawab atau menjabarkan daftar tersebut," kata Alghiffari.

8.       Disebutkan, tentang hal itu pun, Novel hanya akan menjawab jika sudah dibentuk tim gabungan pencari fakta. Tim gabungan pencari fakta hingga saat ini belum dibentuk karena membutuhkan mandat dari Presiden.
9.       Masalahnya, sejauh ini polisi menolak membentuk tim gabungan itu, dengan alasan tidak bersifat pro-justisia atau tidak mengikat secara hukum. Tim ini berbeda dengan tim gabungan Polri dan KPK yang dibentuk Kapolri, namun ditolak oleh Novel.

10.   Alghiffari menyatakan bahwa Novel kooperatif dalam pemeriksaan "walaupun ada beberapa hal yang tidak dipenuhi oleh kepolisian secara administrasi."

11.   Yang dimaksud dengan administrasi adalah surat keterangan dokter dan izin dari otoritas setempat. Alghiffari menambahkan bahwa mereka "masih pesimis kasus ini bisa diselesaikan oleh kepolisian makanya tim advokasi Novel dan Novel sendiri mendesak tim gabungan pencari fakta."

12.   Kekecewaan Novel

13.   Novel juga menyampaikan beberapa kekecewaan yang dialaminya selama pemeriksaan. Ia memapar kekecewaan itu dalam siaran pers kepada wartawan. Yakni:

14.   Saksi-saksi kunci dipublikasi oleh polisi yang membuat mereka sekarang merasa terancam.
15.   Penyidik sebelumnya terburu-buru membuat kesimpulan sendiri dan mempublikasikan kesimpulan tersebut, sehingga terkesan menutupi pihak-pihak tertentu.
16.   Tidak ditemukannya sidik jari pada cangkir yang digunakan untuk menyiram Novel dengan air keras.
17.   Penyidik tidak memberikan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) ke keluarga Novel, yang merupakan hak bagi pelapor.
18.   Novel pernah dikirimkan foto oleh anggota Densus 88 yang melakukan investigasi. Foto itu kemudian dikirimkan ke Kapolda dan Dirkrimum Polda Metro Jaya pada pertengahan April.
19.   Pemeriksaan berlangsung di KBRI Singapura, setelah kontroversi berkepanjangan, terkait ketidak-sediaan Novel Baswedan yang menganggap tim Polri tidak serius dalam menangani kasusnya. Novel diperiksa tim Polda Metro Jakarta Senin pagi (14/8) mulai pukul 11.00 waktu setempat (10.00 WIB) hingga pukul 17:00, seperti dikatakan istri Novel, Rina Emelda kepada wartawan BBC Indonesia Mehulika Sitepu.

20.   "Dari kediaman berangkatnya jam sembilan tapi saya dapat info dari yang dampingi di sana, baru mulai diperiksa jam 11 karena mungkin teknisnya belum siap," kata Rina.

21.   Novel didampingi oleh tim biro hukum KPK dan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) sebagai kuasa hukum. Dua pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Saut Situmorang, juga ikut menemani.

22.   Keterangan lebih jauh tentang pernyataan bahwa ada seorang jenderal polisi yang terlibat dalam perencanaan serangan zat asam terhadapnya, adalah yang paling ditunggu dari kesaksian Novel dalam pemeriksaan ini. Novel beberapa kali mengulangi pernyataan tentang jenderal polisi ini, termasuk dalam wawancara khusus dengan BBC Indonesia beberapa waktu lalu di Singapura.

23.   Namun polisi pulang dengan tangan hampa, karena Novel bersikeras hanya akan mengungkapkan hal itu kepada Tim Independen Pencari Fakta yang hingga kini belum terbentuk. Juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan bahwa Novel "tidak ada keberatan sama sekali" terhadap pemeriksaan polisi hari ini, meski sebelumnya Novel meragukan itikad kepolisian untuk mengungkap pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya.
24.   "Bahkan saat ada penyidik dari Polda yang datang ke Singapura, Novel memberikan informasi (meski) saat itu memang belum dilakukan pemeriksaan secara formal," kata Febri dalam pesan singkat.
25.   Rina menambahkan bahwa yang dipertanyakan oleh suaminya dalam pemeriksaan polisi ini adalah "prosedur yang belum pernah diurus."

26.   Yang dimaksud dengan prosedur adalah surat keterangan dokter dan izin dari otoritas setempat. Pemeriksaan Novel ini dilakukan hanya beberapa hari menjelang operasi mata artifisial yang akan dilakukan pada 17 Agustus mendatang.

27.   (dkp/dkp)