Selasa, 05 Maret 2024

Doa Rabithah

 لَّلهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِىِّ الْأُمِّىِّ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِمًا عَدَدَمَا أَحَدَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ وَأَخْصَاهُ كِتَابُكَ وَارْضَ الَّلهُمَّ عَنْ سَدَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنْ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ


Ya Allah berikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad; hamba-Mu, nabi-Mu, dan Rasul-Mu; Nabi yang ummi. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah para pemimpin kami, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan



 قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ


Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.



 تُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِۖ وَتُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّۖ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ


Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).



 اَللّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ، قَدِ اجْتَمَعَتْ عَلَى مَحَبَّتِكَ وَالْتَقَتْ عَلَى طَاعَتِكَ، وَتَوَحَّدَتْ عَلَى دَعْوَتِكَ وَتَعَاهَدَتْ عَلَى نُصْرَةِ شَرِيْعَتِكَ فَوَثِّقِ اللَّهُمَّ رَابِطَتَهَا، وَأَدِمْ وُدَّهَا، وَاهْدِهَا سُبُلَهَا وَامْلَأَهَا بِنُوْرِكَ الَّذِيْ لاَ يَخْبُوْا وَاشْرَحْ صُدُوْرَهَا بِفَيْضِ الْإِيْمَانِ بِكَ، وَجَمِيْلِ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ وَاَحْيِهَا بِمَعْرِفَتِكَ، وَأَمِتْهَا عَلَى الشَّهَادَةِ فِي سَبِيْلِكَ إِنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ. اَللَّهُمَّ أَمِيْنَ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ


Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahawa hati-hati ini, telah berhimpun di atas dasar kecintaan terhadapmu, bertemu di atas ketaatan kepada-Mu dan bersatu bagi memikul beban dakwah-Mu, hati-hati ini telah mengikat persetiaan untuk menolong meninggikan syariat-Mu. Oleh itu, Ya Allah, Engkau perkukuhkan ikatannya dan Engkau kekalkan kemesraan hati-hati ini, tunjukilah hati-hati ini akan jalan yang sebenar, serta penuhkanlah (piala) hati-hati ini dengan cahaya Rabbani-Mu yang tidak kunjung redup, lapangkanlah hati-hati dengan limpahan keimanan serta keindahan tawakkal kepada-Mu, hidup suburkanlah hati-hati ini dengan makrifat (pengenalan yang sebenarnya) tentang-Mu. (Jika Engkau takdirkan kami mati) maka matikanlah hati-hati ini sebagai para syuhada dalam perjuangan agama-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah perkenankanlah doa kami. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan kepada semua sahabatnya.


BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?

 BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?


Oleh: KH. Hasan 


Selamat datang bulan Ramadhan..Allahu akbar.. Allahu akbar. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Ya Allah hadirkan bulan ini kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan keislaman, serta dorongan kepada sesuatu yang Engkau cintai dan ridhai. Bulan kebaikan dan pencerahan. Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakannya. Segala puji milik Allah yang membawa pergi bulan Sya'ban dan menghadirkan bulan Ramadhan.


Pada tahun lalu seperti ini kita menyambut bulan Ramadhan. Sekarang bulan itu telah kembali lagi pada tahun ini dengan kesempatannya yang bercahaya dan kemunculannya yang bersinar terang agar kita menyambutnya lagi . Selamat datang bulan ketaatan, keberkahan, tazkiyah, ibadah dan kesucian.


Banyak waktu yang tergulung di samudra masa lalu yang luas dan mencair di dalam lipatan ombaknya seperti salju mencair diterpa sinar matahari dan menghilang tanpa kembali lagi. Demikianlah tahun-tahun itu silih berganti.


Alangkah baiknya sekiranya masing-masing kita mengevaluasi diri setiap pagi dan sore tentang waktu-waktu yang merupakan bagian dari kehidupannya: Untuk apa digunakan? Apa saja yang telah ditorehkannya? Kemana waktu-waktu itu akan membawanya?


Setiap hari, ia selalu berseru: "Wahai anak Adam, aku adalah makhluk baru yang menjadi saksi atas perbuatanmu. Manfaatkanlah aku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali hingga hari kiamat". Kita menganggap waktu sangat murah padahal sejatinya  sangat mahal. Bukankah waktu adalah kehidupan?


Mereka mengatakan: Sesungguhnya waktu adalah emas, tetapi saya melihat mereka menyia-nyiakannya. Jika emas hilang darimu pasti kamu bisa menggantinya. Tetapi jika waktu hilang, kamu tidak bisa menggantinya sekalipun kamu tebus dengan emas sepenuh bumi.


Siapakah yang menyamakan kehidupan dengan emas? Orang yang menyamakan waktu dengan emas pasti tidak menjaga haknya. Karena waktu dalam kehidupan kita adalah segalanya, sekalipun kita belum menghargainya sama sekali. 


Saya yakin jika kita benar-benar menghargai waktu-waktu kita dan mengetahui bagaimana memanfaatkannya sesuai nilainya pasti kita sudah menjadi bangsa paling maju dan paling bahagia. Apakah hal ini sudah kita dapatkan, padalah Islam telah mengatur waktu kita dengan sangat baik dan detil?


Marilah kita lihat apa yang telah kita manfaatkan dari waktu yang tersedia ini untuk kebaikan diri kita atau umat kita selama satu tahun yang lalu?


Apakah di Ramadhan yang lalu kita telah menemukan cara yang benar dalam mendidik jiwa, menjernihkan ruh, dan membersihkan akhlak; lalu kita menjaganya dan terus mempraktikkannya hingga datang Ramadhan tahun ini sehingga jiwa kita lebih bersih, ruh kita lebih jernih dan akhlak kita lebih bersih dari sebelumnya?


Apakah ada kawasan Islam di Timur selama tahun ini yang bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk menghancurkan berbagai belenggu dan membebaskan diri dari keterpurukan lalu bersemangat menggapai kemajuan dan kesempurnaan?


Adakah pemerintahan Islam atau tokoh Timur yang berhasil mewujudkan kondisi sosial yang mampu menghentikan arus kerusakan moral, ketimpangan sosial dan keresahan jiwa yang melanda semua aspek kehidupan sehingga berpengaruh sangat buruk dan besar bagi jiwa manusia?


Apakah ada yang mampu mengusir salah satu musuh Islam dari negeri Islam? Tidak ada.


Apakah hukum-hukum dan ajaran-ajaran Islam telah kembali dalam kehidupan umat sebagaimana dikehendaki Islam? Belum.


Apakah akhlak anak-anak Islam telah membaik sebagaimana diinginkan Islam? Belum.


Apakah kaum muslimin sudah melaksanakan hukum-hukum al-Quran, padahal mereka selalu mendengarkan dan memahaminya bahkan mengetahui bahwa al-Quran menjadi dasar Islam? Belum


Jadi, belum ada perkembangan baru yang menggembirakan. Sikap dan kondisi kita masih sama seperti tahun-tahun lalu. Jika keadaan ini terus berlangsung berarti hari-hari dan tahun-tahun yang kita lewati hanya menambah kemunduran. Kondisi ini sangat menyedihkan dan sangat disayangkan.


Jika kelalaian di masa lalu merupakan dosa maka di masa mendatang dosanya lebih besar. Wahai putra putri Islam, mari kita manfaatkan kesempatan Ramadhan yang baru ini untuk melakukan perubahan dan pembaruan.


Lakukan "gebrakan baru" wahai para pemuda Islam. Buanglah jiwa-jiwa yang ringkih, usang, liar, manja, lemah, tenggelam dalam angan-angan dan syahwat. Gantilah di bulan Ramadhan yang baru ini dengan jiwa-jiwa yang berani dalam membela kebenaran, menyadari kewajiban, menghargai amanah, kuat, bersemangat, cenderung kepada hal-hal yang tinggi, menjauhi hal-hal yang rendah, dan menginginkan kemuliaan yang diabadikan Allah untuknya di dalam al-Quran:


ۗ وَلِلّٰهِ  الْعِزَّةُ  وَلِرَسُوْلِهٖ  وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ  وَلٰـكِنَّ  الْمُنٰفِقِيْنَ  لَا  يَعْلَمُوْنَ


"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (QS. Al-Munafiqun: 8)


Perbaruilah jiwa kalian, bersihkanlah ruh kalian, dan lakukanlah dengan bantun shalat, ketaatan dan qiyamul-lail. Perbaruilah tobat nasuha yang membuat ridha Tuhan kalian agar Dia ridha kepada kalian. Hati-hatilah jangan sampai bulan ramadhan berlalu tetapi tidak membersihkan jiwa dan batin kalian.


Ketika ramadhan tiba, Allah menyeru hamba-hamba-Nya:

"Wahai orang yang menginginkan kejahatan berhentilah. Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah". 


Tidak elok bagi kaum muslimin jika tidak segera menyambut seruan Allah yang Maha Baik lagi Maha Penyayang.


Bulan ramadhan adalah bulan munajat dan peningkatan spiritual. Karena itu utamakan untuk berkhalwat mengevaluasi jiwamu, memenuhi panggilan kesadaranmu di keheningan malam atau siang, dengan bertanya kepada jiwamu tentang kewajibannya kepada Tuhan, agama, keluarga, umat, negara dan kerabatnya. Sejauh mana ia telah melaksanakan berbagai kewajiban tersebut. Percayalah bahwa kamu akan lebih faham tentang jiwamu di dalam khalwat rabbaniyah tersebut daripada apa yang kamu fahami dari penjelasanku, sekalipun saya tuliskan dalam banyak lembaran buku.


Percayalah bahwa ilmu yang benar hanya bersumber dari ruh, melimpah dari hati, dan memancar dari relung-relung jiwa yang bersih dan bersinar. Karena itu, jadilah hamba rabbani yang hatinya senantiasa tersambung dengan Allah; niscaya Dia akan memenuhi jiwamu dengan keceriaan dan kebahagiaan. Allah Pemberi taufiq kita semua dalam mencapai apa yang dicintai da diridhai-Nya. (ars)

MADRASAH PUASA DAN PEMBINAAN JIWA

MADRASAH PUASA DAN PEMBINAAN JIWA


Oleh: Syaikh Mustafa al-Maraghi*



Hari ini kaum muslimin menyambut datangnya bulan ramadhan. Di bulan ini Allah mewajibkan puasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat terdahulu. 


Di bulan ini Allah mulai menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. Ramadan datang setiap tahun membawa berbagai kenangan terbaik dan terindah, kenangan generasi awal Islam yang dengannya Allah menyempurnakan nikmat, meridhainya sebagai agama bagi dunia, menamakannya sebagai petunjuk dan pembeda, menjadikannya sebagai tanda-tanda yang jelas, meletakkan di dalamnya dasar-dasar sistem yang tetap dan tidak berubah bagi manusia, menjadikannya sebagai timbangan amal, pilar kebenaran, undang-undang keluarga, nutrisi ruh, kelezatan akal, kesenangan jiwa, obat hati, terapi jiwa yang liar, dan tiang penegak akhlak manusia.


Di bulan ini ada dua nikmat: Nikmat al-Quran dan nikmat puasa. Nikmat ilmu, cahaya serta hidayah dan nikmat sarana untuk menerima limpahan ini. Dengan berpuasa jiwa terlatih, merasa mantap kepada kebenaran, tergerak untuk menerimanya, dan terjauhkan dari berbagai kenistaan fisik dan gejolak syahwat yang beragam seperti kebencian, kedengkian, dendam, kecenderungan untuk memuaskan nafsu makan, minum dan lainnya. Dengan berpuasa jiwa juga meningkat menuju ketinggian spiritual, siap menerima limpahan karunia Ilahi dan memahami berbagai makna, pelajaran dan nasehat yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran.


Puasa sebagaimana diketahui adalah menahan berbagai syahwat fisik dan bersabar menghadapi hal-hal yang tidak disukai. Karena itu puasa membantu menguatkan kemauan, membiasakan menanggung beban berat dan gangguan, dan melatih jiwa untuk tidak merasa berat dalam meninggalkan atau menyalahi kebiasaan. Ia bisa menerima makanan pagi di waktu sore dan makanan sore di waktu pagi. Juga bisa bersabar menahan haus dan lapar di siang hari. Dengan demikian ia terbiasa menghadapi berbagai benturan dan kejutan yang tidak diperkirakan.  


Puasa merupakan sarana terbesar dalam membentuk kemampuan bersabar atau berbagai kemampuan akhlak. Tidak ada yang mampu berjuang dalam kehidupan kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu menghadapi hari-hari sulit dan tidak menentu kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang berhasil mencapai berbagai ilmu kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu menemukan rahasia eksistensi dengan melakukan penelitian dan berfikir mendalam kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang bisa menjadi dermawan dengan harta dan jiwanya kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sebenarnya kecuali orang yang bersabar. 


Karena itu dikatakan: Kesabaran adalah separuh keimanan. Kata sabar disebutkan di dalam al-Quran dan dipesankan lebih dari 70 kali. Berikut ini sebagian ayat al-Quran tentang kesabaran:


  ۗ اِنَّمَا  يُوَفَّى  الصّٰبِرُوْنَ  اَجْرَهُمْ  بِغَيْرِ  حِسَا بٍ


"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)


وَ  جَعَلْنَا  مِنْهُمْ  اَئِمَّةً  يَّهْدُوْنَ  بِاَ مْرِنَا  لَمَّا  صَبَرُوْا  ۗ وَكَا نُوْا  بِاٰ يٰتِنَا  يُوْقِنُوْنَ


"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)


  ۗ وَتَمَّتْ  كَلِمَتُ  رَبِّكَ  الْحُسْنٰى  عَلٰى  بَنِيْۤ  اِسْرَآءِيْلَ  ۙ بِمَا  صَبَرُوْا  ۗ 


"Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.." (QS. Al-A'raf: 137)


  ۗ وَاِ نْ  تَصْبِرُوْا  وَتَتَّقُوْا  فَاِ نَّ  ذٰلِكَ  مِنْ  عَزْمِ  الْاُ مُوْرِ


"Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." (QS. Ali 'Imran: 186)


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوا  اصْبِرُوْا  وَصَا بِرُوْا  وَرَا بِطُوْا  ۗ وَا تَّقُوا  اللّٰهَ  لَعَلَّكُمْ  تُفْلِحُوْنَ


"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali 'Imran: 200)


Di dalam puasa terdapat manfaat yang sangat besar tersebut. Disamping mengingatkan keadaan orang-orang miskin dan tidak mampu agar kita merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang lapar dan dahaga lalu perasaan ini mendorong kita untuk berempati dan membantu mereka.


Nabi saw menjadi orang paling dermawan di bulan Ramadan, saat bertemu Jibril setiap malam Ramadhan. Bahkan lebih dermawan dari angin yang berhembus.


Puasa juga mengingatkan nikmat. Karena terus-menerus menikmati sesuatu bisa membuat lupa akan sumber nikmat dan melupakan besarnya nikmat yang sedang dirasakan. Jika nikmat itu terputus, baru menyadari besarnya nikmat yang ada. Lapar mengingatkan nikmat makanan dan haus mengingatlan nikmat air. Mengingat nikmat saja belum bisa menggantikan kewajiban mensyukurinya tetapi harus ditindaklanjuti dengan melakukan berbagai ketaatan dan menjauhi semua larangan Allah. Allah mengisyaratkan hal ini di dalam firman-Nya:


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  كُتِبَ  عَلَيْکُمُ  الصِّيَا مُ  کَمَا  كُتِبَ  عَلَى  الَّذِيْنَ  مِنْ  قَبْلِکُمْ  لَعَلَّكُمْ  تَتَّقُوْنَ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)


Apa yang kami sebutkan di atas menjelaskan kenapa puasa menjadi salah satu rukum Islam yang lima dan Allah menambah kemuliaan puasa dengan menisbatkan kepada-Nya. Disebutkan dalam hadis mulia:


كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي


"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Kecuali puasa, karena puasa itu bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.' (Muslim 1945)


Puasa merupakan ibadah rahasia, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Hakikat puasa tercapai bila terbebas dari riya', tidak dirusak oleh hal-hal yang biasa merusak ibadah-ibadah lainnya seperti ibadah fisik dan harta. Ibadah puasa ini murni karena Allah, tidak berlangsung dengan pemantauan makhluk. Allah-lah yang memberinya balasan dan mengetahui ukuran pahalanya dan pelipatgandaan kebaikan-kebaikannya. Karena puasa merupakan bentuk kesabaran maka pahalanya tanpa batas:


  ۗ اِنَّمَا  يُوَفَّى  الصّٰبِرُوْنَ  اَجْرَهُمْ  بِغَيْرِ  حِسَا بٍ


"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)


Orang yang melakukan ibadah selain puasa bisa jadi mendapat balasan dari makhluk tetapi orang yang melakukan ibadah puasa hanya mendapat balasan dari Allah. 


Diantara hak ibadah ini, agar sempurna dan diterima di sisi Allah, harus disempurnakan dengan menahan berbagai anggota badan dari melakukan berbagai dosa, dengan menundukkan pandangan, menjaga lisan dari perkataan sia-sia, kedustaan, bergunjing, adu domba, perbuatan keji, permusuhan dan perdebatan; menahan pendengaran dari hal-hal yang makruh; dan tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang halal. Sabda Nabi saw:


مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ


"Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya." (Bukhari 1770)


Yakni Allah tidak menerima puasanya karena menjadi amalan jasad tanpa ruh, tidak memberikan pengaruh yang baik kepadanya sehingga dia hanya meninggalkan makanan dan minuman saja. Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minuman karena Allah ingin agar hamba-Nya bertakwa dan mendapatkan pengaruh yang baik dari ibadah-ibadah yang dilakukan. Firman Allah yang semakna dengan hal ini:


لَنْ  يَّنَا لَ  اللّٰهَ  لُحُـوْمُهَا  وَلَا  دِمَآ ؤُهَا  وَلٰـكِنْ  يَّنَا لُهُ  التَّقْوٰى  مِنْكُمْ  ۗ 


"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.." (QS. Al-Hajj: 37)


Takwa menjadi tujuan puasa sebagaimana firman Allah:


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  كُتِبَ  عَلَيْکُمُ  الصِّيَا مُ  کَمَا  كُتِبَ  عَلَى  الَّذِيْنَ  مِنْ  قَبْلِکُمْ  لَعَلَّكُمْ  تَتَّقُوْنَ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)


* Syaikh (Rektor) Universitas al-Azhar, Kairo, 1928 M  - 1945 M. (ars)

Rabu, 28 Februari 2024

Waspada terhadap Jebakan


Belajar dari Bunda Zainab al Ghazali

Pengantar

Zainab al Ghazali  adalah wanita yang tinggal di Mesir. Dia aktivis dakwah, yang menjelaskan keagungan Islam berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw. Tahun 1936 M (1357H) dibentuk organisasi wanita muslimat yang berkiprah dalam dakwah ilallah, beliau aktif di dalamnya.  Pada tahun- tahun itu banyak organisasi dakwah yang peduli terhadap perkembangan kenegaraan di negeri Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdul Naser. Pengaruh sekuler, atheism pun berpeluang merusak pemerintahan Mesir. Mereka yang peduli menjaga kemurnian dakwah giat untuk membentengi kerusakan ini, turun kemasyarakat; memberitahu, menyadarkan, dan mengajak untuk kembali ke jalan Allah dan Rasul. Rupanya sikap ini direspon oleh pemerintahan Mesir kala itu sebagai tindakan yang membahayakan negara. Maka orang-orang ini - walaupun warga negara Mesir- dianggap musuh, ditangkap dan dipenjarakan. Penangkapan dilakukan dengan dalih yang dibuat-buat, alasan yang dituduhkan diantaranya - "membunuh presiden Gamal Abdul Naser". Para lelaki yang ditangkap pemerintah Mesir dan dipenjarakannya, meninggalkan keluarganya untuk beberapa hari, beberapa bulan, atau untuk wakktu yang tidak tentu. Anak mereka, isteri mereka "terlantar" kesulitan makan dan lemah dalam  kehidupan sosial. Maka Bunda Zainab al Ghazali tampil memberikan perhatian kepada keluarga - yang ayah atau bagian keluarganya- dipenjarakan oleh pemerintah Mesir.  Melalui organisasi "wanita muslimat" yang didirikannya, beliau melaksanakan 'kepeduliannya' itu. Rupanya aktivitas ini dibaca oleh pemerintah, dan kemudian melakukan pengamatan, pendekatan, pembujukan, bahkan intimidasi kepada Bunda Zainab al-Ghazali.

Perjuangan beliau patut dicontoh, bagaimana kesabaran, kekokohan, ketelitian, kecerdasaan berargumentasi, kepiawaian menyampaikan gagasan melalui media tulis dan lisan sehingga bisa diterima (disegani) oleh semua pihak - termasuk oleh orang yang menentangnya.

Allah swt memanjangkan umur Bunda Zainab al-Ghazali yang bersejarah dalam dakwah ini dan ada hikmah di dalamnya, berhikmah - bisa (berkesempatan) memberikan nasihat  kepada wanita Indonesia yang berkunjung ke sana yakni Ibu Yoyoh Yusroh – Semoga Allah memulyakan dan mengampuni kedua sosok ini- 

A.Bagian awal buku yang ditulis Bunda Zainab al Ghazali

Pada kata pengantar buku beliau menyatakan, saya tidak ingin menulis kisah yang saya alami dalam perjalanan dakwah ini. Bukan karena kisah pilu, kesedihan, kepedihan, kengerikan yang menakutkan sebagai manusia. Namun jika tidak saya kisahkan, maka generasi yang akan datang akan lemah, mudah goyah, dan mudah putus asa. Beliau menulis sebagai berikut: "Semula saya agak ragu menyusun buku ini. Namun karena dorongan anak dan sahabat seperjuangan saya dalam ide dan dakwah, maka saya merasa berkewajiban untuk dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Agaknya memang perlu dicatat  saat- saat dakwah Islam dihadang oleh kekuatan kafir dan batil, baik di Timur maupun di Barat, yang berusaha keras untuk menumpas kebenaran.(halaman7).

B.Landasan Qur’ani

surat Al An'am 153

Dan -yang kami perintahkan ini- adalah jalanKu yang lurus. Maka ikutilah Dia. dan janganlah kamu mengikuti jalan jalan - yang lain. Karena jalan-jalan itu menceri-beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

surat at Taubah 111

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.

C.Kisah-kisah beberapa petikan

Kisah1 dibenci Abden Naser - sang presiden

Tahun 1964 bulan Februari: dalam perjalanan pulang ke rumah  mobil yang ditumpangi Bunda Zainab al Ghazali ditabrak oleh mobil lain. Hingga beliau dirawat di rumah sakit, sopirnya dalam keadaan koma. Beliau dirawat dan dipindahkan di rumah sakit karena tulang kakinya patah dan harus dioperasi.

Peristiwa kecelakaan ini- beberapa saat kemudian baru diketahui bahwa ini upaya pembunuhan terhadap beliau. Termuat pada halaman 12 " ...Saya memperoleh keterangan bahwa apa yang terjadi pada diri saya itu sebenarnya  telah direncanakan oleh  intel Gamal Abden Naser untuk membunuh saya "

 Kisah 2 Abden Naser tidak suka nama Zainab disebut

Saat beliau di rawat di rumah sakit, ada beberapa pemuda yang ingin menemui beliau. Ternyata tamu itu-dicegah menemuinya. Bunda Zainab protes, kenapa dilarang, dia kan hanya minta tanda tangan surat organisasi yang dipimpinnya. Suami dan dokter pun menyembunyikan informasi luar, agar dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Mungkin maksudnya agar tidak menambah beban pikirannya. Namun akhirnya beliau mengetahui, bahwa pemuda itu datang membawa "surat pembubaran organisasi" yang dipimpin Bunda Zainab.  Hingga beliau menyikapi bahwa tidak ada hak pemerintah membubarkan organisasi wanita muslimat.

Kutipan halaman 13: Berkas surat yang ada di tangan sekretaris itu yang akhirnya diserahkan juga ke tangan saya, tidak lain adalah surat keputusan tentang pembubaran jamaah muslimat. "Tentu hal ini bagi hajjah merupakan suatu pukulan berat”. seketika saya menjawab, “Alhamdulillah, namun pemerintah tidak punya hak untuk membubarkan jamaah, karena itu merupakan jamaah Islami. “Namun Abden Naser tetap pada keputusannya.” “ Secara pribadi ia membenci anda, hajjah.” “ Ia tidak suka mendengar nama anda disebut orang. “ “Kalau ada orang yang menyebut nama anda di hadapanya, ia marah marah dan menghentikan pertemuan.”  "Syukurlah kalau ia takut pada saya dan membenci saya. Saya pun membencinya karena Allah. Kejahatannya itu tidak  akan mengurangi kegigihan kami dalam berdakwah. Kami pasti menang dengan perkenan-Nya. Kami pun sedia mati syahid demi dakwah kami.

kisah 3 permintaan menandatangi surat pernyataan

Tamu yang hadir menemui beliau saat perawatan beragam. Ada yang datang dan bercerita bahwa ada hal yang bahaya dan mendesak. Tidak sekedar pembubaran organisasi yang dipimpin Bunda Zainab. Namun - kata tamu - pemerintah punya rekaman pidato dan arsip tulisan di media yang disampaikan Bunda Zainab.  Setelah lama berbincang, tamu itu permisi sambil berbisik, "Bunda tidak perlu resah, jika Bunda mau menandatangani surat yang saya bawa ini."

Surat apa yang disodorkan?  Halaman 13-Setelah saya minta surat itu untuk diperlihatkan kepada saya, ternyata isinya adalah naskah pernyataan penggabungan organisasi Jamaah Muslimat ke dalam Persatuan Front Sosialis.

“Demi Allah,” saya berkomentar, “hal ini tidak mungkin. Allah akan melumpuhkan tangan saya kalau sampai saya tandatangani pernyataan yang tidak bertanggung jawab ini.” “ Ini akan berarti saya telah mengakui pemerintah tirani Gamal Abden Naser yang telah membunuh Abdul Qadir Audah dan rekan-rekannya. Sesungguhnya, orang yang telah membantai kaum muslimin adalah musuh Allah dan musuh kaum Muslimin. Biarlah dia bubarkan Jamaah Muslimat, karena buat kita ini jalan yang paling terhormat.”

Lalu - tamu itu mencium kepala saya sambil bertanya, “Apakah ibu yakin saya ini anak ibu?”  “Mengapa tidak?”  “Kalau demikian biarkanlah hal itu berlalu.” “ya, saya akan biarkan hal itu berlalu. dan saya pun tidak akan menandatangani surat itu. Surat itu menandakan kesetiaan kepada tirani. Mustahil untuk saya lakukan.”  “.. dan Allah akan perbuat apa yang dikehendakiNya untuk hamba-hambaNya.”

Tidak lama setelah peristiwa itu saya keluar dari rumah sakit, dan masih harus berobat jalan.

kisah 4 menerima telepon tes uji kesetiaan kepada pemerintah

Sekretaris organisasi yang dipimpinnya, tiap hari berkunjung kerumah untuk menyampaikan surat surat. Satu diantara surat yang diterimanya, via Pos, isinya kartu anggota Fron kesatuan sosialis. Padahal - beliau menolak untuk jadi anggota organisasi ini. 

Pada suatu hari, beliau menerima telepon, setelah ucapan salam dan berbicara sekedarnya, lalu suara dari seberang  mengajak untuk hadir menyambut kedatangan presiden Abden Naser. Kalaupun Bunda Zainab memerlukan kendaraan, akan disediakan.

Beberapa hari berikutnya, menerima telepon yang menanyakan mengapa tidak hadir pada acara penjemputan presiden Abden Naser,  halaman 15: Dua tiga hari kemudian datang pula telpon dari Kantor Front Persatuan Sosialis Arab. Yang bicara seorang wanita, menanyakan alasan ketidakhadiran kami di Lapangan Terbang. Bunda Zainab menyampaikan alasan ketidakhadirannya, dengan argumentasinya, responnya, 

“Omongan apa ini, ibu Zainab?” “ Nampaknya ibu tidak suka bekerjasama dengan kami.”  “kalau begitu ibu tidak berpartisipasi dengan kami.”

Maka pembicaraan pun terputuslah. Saya tetap tidak memenuhi undangannya itu.

Seminggu setelah pembicaraan telepon, sekretaris memperlihatkan surat tanggal 15 September 1964 Keputusan Departemen Nomor 132 tanggal 6 september tentang Pembubaran Jamaah Muslimat. Halaman 17: Sebenarnya Jamaah Muslimat dibentuk pada tahun 1357H=1936M adalah untuk menyebarkan dakwa Islam dan berjuang untuk mewujudkan suatu umat Islam yang mampu mengembalikan keagungan dan kedaulatan Islam. Semua itu dilaksanakan semata-mata karena Allah dan senantiasa demi Allah. Karena itu tidak hak bagi pemerintahan sekuler untuk bertindak sebagai wali Umat Islam.

Tulisan itu untuk mengambil hikmah, ditulis ulang dengan susunan yang berbeda dari buku aslinya.

D.Refleksi

Cukup sabarkah kita di jalan dakwah, masih bertahankah dijalan dakwah, bagaimana berhadapan dengan bujuk rayu, intimidasi, ancaman pembunuhan, sensitifkah dengan nasib-derita saudara sesama dalam dakwah, bagaimana upaya menjaga keikhlasan dalam amal-amal kita.

Ditulis ulang – kotabumi-lampung utara – 29 Februari 2024 – agus ahmad hidayat


Senin, 19 Februari 2024

Instrospeksi Akhir Tahun

 Instrospeksi Akhir Tahun 

Hari ini kita ada di penghujung tahun 2023, dalam hitungan jam kita akan memasuki tahun baru, tahun 2024.

Apa yang harus kita lakukan saat kita memasuki pergantian masa atau waktu?

Baik pergantian hari, bula, tahun atau bahkan pergantian periode kepemimpinan.

Dalam hal ini Umar bin Khatab mengatakan: “Hasibu anfusakum qabla antuhasabu”,  artinya 

hitunglah dirimu sebelum kelak kamu diperhitungkan.

Dihitung oleh siapa?

Boleh jadi akan dihitung oleh orang lain atau oleh Allah nanti di yaumil hisab.

Ini artinya agar kita, dalam setiap pergantian waktu dan periode, melakukan evaluasi dan instrospeksi.

Apa yang di instrospeksi dan di evalusi?

Yang utama adalah instrospeksi sejauh mana kita masih berada di jalan fitrah, di jalan yang telah Allah tetapkan sejak Allah menciptakan manusia dan alam sekitarnya.

Sesungguhnya, ketika Allah menciptakan kita (manusia) dan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan kita, maka Allah juga membuat aturan atau petunjuk penggunaannya, dengan maksud agar manusia tidak tersesat dan melampaui batas. Sebagaimana nabi berwasiat saat haji wada, bahwa selama kita mengikuti kitabullah dan Sunnah nabi, maka kita tidak akan tersesat selama lamanya.

Karenanya tidak akan mungkin ada pertentangan atau ketidak sesuaian antara petunjuk Allah yang berupa agama Islam dengan kebutuhan atau hajat hidup manusia dan fungsi alam semesta untuk manusia.

Allah berfirman: 

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّینِ حَنِیفࣰاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِی فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَیۡهَاۚ لَا تَبۡدِیلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا یَعۡلَمُونَ }

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (Islam). (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar Rum: 30)

Fitrah artinya adalah, kondisi awal penciptaan. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw bersabda: 

Kullu mauludin yuladu alal-fithrati, fa-abawahu yuhawwidaanihi aw yunasshiraanihi aw yumajjisaanihi.

"Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhari)

Jadi ketika kita merayakan hari raya idul Fitri sesungguhnya kita  sedang bersyukur karena setelah berpuasa selama sebulan Ramadhan dan melakukan berbagai amal shaleh, kita kembali kepada fitrah, kembali kepada sebagaimana kita diciptakan atau dilahirkan. Yaitu kondisi tanpa dosa, karena Allah telah menghapus dosa dosa kita saat kita berpuasa dan beramal shaleh di bulan Ramadhan.

Jadi, ketika kemudia seorang anak berubah menjadi beragama selain Islam, itu karena orang tuanya atau lingkungannya yang menjadi penyebabnya. Atau tetap beragama Islam tetapi mblenyon dan meninggalkan apa yang diajarkan Islam, itu artinya sama dengan meninggalkan fitrah. Menyimpang dari petunjuk Allah. Naik karena kebodohannya maupun kesombongannya.

Karena kesombongannya, manusia sering membuat aturan dan standar sendiri dengan berdasarkan kesenangan hawa nafsunya dan memandang apa yang sudah Allah ciptakan, tidak up to date. Sudah ketinggalan jaman.

Maka saat kita beralih dari aturan Allah dengan aturan yang kita buat sendiri, maka sesungguhnya saat itulah kita sedang menukar nikmat Allah dengan kesesatan, karena kesombongan kita. Sombong karena kita merasa kita lebih tahu kondisi saat ini daripada Allah Sang Maha Pencipta.

Sebagaimana firman Allah:

{ ذَ ٰ⁠لِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ یَكُ مُغَیِّرࣰا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیمࣱ }

"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (Al Anfal: 53)

Menjelang akhir tahun ini, kita perlu instrospeksi dan evaluasi, apakah kita masih ada dijalan Allah ataukah kita sudah menyimpang dari jalan yang benar, yang Allah tetapkan. Sehingga karena penyimpangan yang kita lakukan, kita mengalami kesulitan dan kesusahan.

Kita sendirilah yang tahu, apakah hidup kita sekarang ini terasa lebih baik atau lebih berat dibanding tahun tahun sebelumnya. Lebih damai atau lebih kemrungsung.

Apakah daya beli kita misalnya, semakin meningkat atau menurun? Kalau kemampuan kita membeli semakin menurun boleh jadi hidup kita semakin susah.

Bila kita sekarang merasa semakin susah, maka berarti ada sesuatu yang salah dalam apa yang kita lakukan. Oleh karena itu kita harus melakukan perubahan agar hidup kita menjadi lebih baik.

Karena Allah berfirman dalam Ar Ra'du: 11: 

"...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” 

Kalau kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, maka kita harus melakukan perubahan.

Jangan kita ngotot melanjutkan kesalahan kesalahan kita dimasa lalu yang telah terbukti menyengsarakan.

Semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita akal sehat sehingga kita mampu melakukan evaluasi dan instrospeksi dan akhirnya secara memilih untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik pada tahun 2024.

Wallahua'lam bi shawab

ANAK-ANAK YANG MATI RASA

 ANAK-ANAK YANG MATI RASA

M.Fauzil Adhim


Kelak akan tiba masanya, seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, orangtua berpayah-payah mendidik anak, tetapi anaknya memperlakukan emaknya seperti tuan memperlakukan budaknya. Dan aku takut peristiwa itu akan terjadi di masa ini, masa ketika anak-anak tak mengenal pekerjaan rumah-tangga, dan pesantren maupun sekolah-sekolah berasrama lainnya tak lagi menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan.


Anak-anak itu belajar, tetapi hanya mengisi otaknya dari pengetahuan yang dapat diperoleh dari text book dan google. Sementara tangannya bersih tak pernah mencuci maupun melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya, sehingga empati itu mati sebelum berkembang. Tak tergerak hatinya bahkan di saat melihat emaknya kesulitan bernafas seumpama orang hampir mati disebabkan ketuaan atau sakitnya kambuh, tetapi anak tak bergeming membantunya. Apalagi berupaya melakukan yang lebih dari itu.


Aku termangu mengingat nasehat Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengenai tanda-tanda hari kiamat, salah satunya dari hadis panjang yang kali ini kita nukil ringkasnya:

.

سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الْمَرْأَةُ رَبَّتَهَا

.

_Aku akan memberitahukan kepadamu tanda-tandanya; jika seorang (sahaya) wanita melahirkan tuannya.” (Muttafaqun ‘Alaih)_

.

.

Ibunya bukanlah seorang budak. Bukan. Ibunya orang merdeka. Tetapi anak-anak itu tak tersentuh hatinya untuk cepat tanggap membantu ibunya. Padahal membantu saat diminta adalah takaran minimal bakti kepada orangtua. Takaran di atas itu, tanpa diminta pun ia sudah tergerak membantu. Dan di atasnya lagi masih bertingkat-tingkat kebaikan maupun kepekaan seorang anak tentang kebaikan apa yang sepatutnya ia perbuat terhadap kedua orangtuanya.


Ada yang perlu kita renungi. Ada airmata yang perlu mengalir, menadahkan tangan mendo’akan anak-anak dan keturunan kita, menangisi dosa-dosa, berusaha memperbaiki diri dan tetap tidak meninggalkan nasehat bagi anak kita karena ini adalah haknya. Nasehat. Ia adalah kewajiban kita untuk memberikannya meskipun mereka tak memintanya. Kitalah yang harus tahu kapan saat tepat memberikan nasehat sebab semakin memerlukan nasehat, justru kerapkali semakin merasa tak memerlukan nasehat.


Hari ini, betapa banyak anak yang di sekolah berasrama tak diajari mengurusi kehidupan pribadinya karena makanan siap saji setiap waktu makan, hanya perlu berbaris untuk mengambilnya. Sedangkan pakaian pun tak perlu ia menyempatkan waktu mengatur jadwal agar bersih saat mau digunakan, karena sudah ada laundry, sementara tugas sekolah tetap tertunaikan. Tidak terbengkalai. Maka di saat mereka pulang, kita perlu melatih tangan dan juga hatinya agar tanggap. Bukan menyerahkan begitu saja kepada pembantu. Tampaknya ini hanya urusan pekerjaan rumah-tangga yang sepele, tetapi di dalamnya ada kecakapan mengelola diri, mengatur waktu dan lebih penting lagi adalah empati.


Apakah tidak boleh kita menggembirakan mereka dengan sajian istimewa saat mereka pulang dari pesantren? Boleh. Sangat boleh. Tetapi hendaklah kita tidak merampas kesempatan mereka untuk belajar mengenal pekerjaan rumah-tangga, menghidupkan empati dan mengasah kepekaannya membantu orangtua. Liburan adalah saat tepat belajar kehidupan. Bukan saat untuk libur menjadi orang baik sehingga seluruh kebaikan yang telah biasa mereka jalani di sekolah, sirna saat liburan tiba. Mereka seperti raja untuk sementara, sebelum kembali ke penjara suci.


Diam-diam saya teringat, konon di sebuah sekolah bernama Eton College, semacam Muallimin di Inggris tempat anaknya raja maupun anak orang sangat kaya bersekolah, para siswa diharuskan mencuci dan menyeterika bajunya sendiri. Bukan bayar laundry. Ini bukan karena orangtua mereka fakir miskin. Bukan. Tetapi karena dalam urusan sederhana itu ada kebaikan yang sangat besar bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang, termasuk dalam hal kepemimpinan. Mereka menjadi lebih peka tentang apa yang seharusnya dilakukan saat menjadi pemimpin perusahaan, termasuk dalam mengelola waktu.


Apa yang dilakukan di Eton College sebenarnya bukan barang baru, tetapi saya merasa perlu menghadirkan kisah ini selintas hanya untuk menggambarkan betapa anak-anak memerlukan latihan untuk mengasah kepekaannya, menghidupkan empatinya dan meringankan langkahnya membantu orangtua. Mereka sangat perlu memiliki semua itu karena dua alasan. Pertama, ketiganya (kepekaan, empati dan kemauan untuk meringankan langkah) sangat mereka perlukan dalam menjalani kehidupan bersama orang lain, baik ketika berumah-tangga maupun berdakwah dan mengurusi ummat. Artinya, minimal semua itu mereka perlukan untuk meraih kehidupan rumah-tangga yang baik, tidak terkecuali dalam mendidik anak. Kedua, ketiganya mereka perlukan untuk dapat berbuat kebajikan bagi kedua orangtua (birrul walidain) dengan sebaik-baiknya. Dan birrul walidain merupakan salah satu kunci kebaikan yang dengan itu anak dapat berharap meraih ridha dan surga-Nya Allah ‘Azza wa Jalla.


Jadi, urusan terpentingnya bukan karena kita kewalahan lalu perlu bantuan mereka. Bukan. Bukan pula karena kita repot sehingga memerlukan kesediaan mereka untuk meringankan tugas-tugas kita. Tetapi hal terpenting dari melibatkan anak membantu pekerjaan di rumah dan tanggap terhadap orangtua justru untuk keselamatan dan kebaikan anak kita di masa-masa yang akan datang. Kejamlah orangtua yang tak melatih anaknya untuk berbakti kepadanya hanya karena merasa orangtua tak perlu menuntut anak membantunya. Ingatlah, kita latih, dorong dan suruh mereka agar cepat tanggap dan ringan membantu bukanlah terutama untuk meringankan beban orangtua, tetapi justru agar anak-anak kita memperoleh kemuliaan dan kebaikan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dengan birrul walidain. Sekurang-kurangnya tidak menyebabkan mereka terjatuh pada perbuatan mendurhakai orangtua. Dan ini merupakan serendah-rendah ukuran.


Ada yang perlu kita khawatiri jika lalai menyiapkan mereka. Pertama, anak-anak merasa berbuat kebajikan kepada kedua orangtua, termasuk membantu pekerjaan di rumah, bukan sebagai tugasnya. Mereka tak membangkang, tetapi lalai terhadap apa yang sepatutnya mereka kerjakan. Ini merupakan akibat paling ringan. Kedua, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang durhaka kepada orangtua. Dan karena kedurhakaan itu bersebab kelalaian orangtua dalam mendidik, maka di Yaumil Qiyamah mereka menjatuhkan orangtua di mahkamah Allah ‘Azza wa Jalla sehingga justru orang yang merasakan azab akhirat. Ketiga, sebagaimana disebut dalam hadis di atas, anak-anak berkembang menjadi pribadi yang memperbudak orangtua, bahkan setelah mereka mempunyai anak. Na’udzubiLlahi min dzaalik.


Ada yang perlu kita renungkan tentang bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Saatnya kita kembali kepada tuntunan agama ini, bertaqwa kepada-Nya dalam urusan mendidik anak dan berusaha menggali tentang apa saja yang harus kita bekalkan kepada mereka.


Semoga itu bukanlah anak-anak kita. Aamiin. 

Bicaralah! Jangan Diam

 Jangan Diam, Bicaralah

Ada pepatah mengatakan, Bila kerbau dipegang (orang) tali kekangnya, bila manusia dipegang mulutnya (omongannya).

Banyak sekali pepatah yang berkaitan dengan masalah mulut, perkataan, lidah atau lisan dan juga janji. Ada orang yang kalau bicara sering mikirnya belakangan, sehingga yang dikatakan salah atau tidak tepat. Apa yang ditanyakan, jawabnya tidak nyambung sama sekali. Kepada orang seperti ini pepatah mengatakan, mulutmu harimaumu. Artinya, seseorang akan (bisa) jatuh bukan karena orang lain, tetapi karena kata katanya sendiri yang kurang dipikirkan lebih dulu. 

Ini bukan masalah asam sulfat ya, tapi masalah asam dan garam kehidupan.

Ada juga pepatah, memang lidah tak bertulang.  Kalau ini biasanya dikaitkan dengan orang yang mudah berjanji tapi kenyataannya kosong. Seperti janji meroket tapi nyungsep.

Oleh karena itu jauh-jauh hari nabi Muhammad Saw bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).

Tetapi bukan berarti seseorang tidak perlu pandai bicara, apalagi kalau dia mau jadi pemimpin. Dia wajib bisa bicara secara baik dan benar, berdasarkan data dan informatif. Karena seorang pemimpin harus memberikan informasi yang benar dan menenangkan masyarakat, karenanya harus bicara dengan benar, ada datanya dan jelas bisa difahami. Apalagi pemimpin juga harus membuat keputusan pada akhirnya.

Betapa pentingnya seorang pemimpin itu pandai berbicara, maka Allah mengilhamkan kepada ibu dan kakeknya Muhammad Saw dan Halimah Sa'diyah untuk membesar beliau di perkampungan Bani Sa'idah yang bahasa Arab nya terkenal terjaga dengan baik dan benar. Karena beliau kelak akan menjadi nabi dan pemimpin manusia, maka harus pandai berkata-kata dengan baik dan benar. Tahu kapan menggunakan diksi atau kata dan kalimat yang tepat dan sesuai.

Sebaliknya, Allah tidak berkenan bila nabi mengikuti sesuatu yang yang kurang bermanfaat. Dalam kitab Sirah Nabawiyah, dijelaskan suatu saat ketika remaja, Muhammad Saw dipaksa oleh teman temannya untuk nonton hiburan nyanyi dan joget jogetan, tetapi kemudian Allah membuat beliau mengantuk dan tidur sebelum sampai ditempat joget jogetan. Dan bangun pada pagi harinya setelah hiburan itu selesai. Sepertinya Allah menjaganya dari ikut berdendang dan joget gemoy.

Pandai berbicara itu penting bagi pemimpin. Karena dengan berbicara yang baik dan benar bisa  menjelaskan kepada masyarakat secara persuasif tentang program yang akan dilaksanakan. Pembicaraan yang baik akan membuat masyarakat merasa  di-wongke. Dimanusiakan, dilibatkan sebagai subyek pembangunan. Bukan hanya obyek yang kapan saja bisa digusur dan dikorbankan.

Betapa pentingnya berbicara, maka Allah dalam Al Quran mengajarkan doa:

Robbisrohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii. 

“Ya Tuhaku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,” (Thaha, 25-28).

Sebagaimana pentingnya berbicara, diam juga penting. Tetapi semuanya ada waktu dan tempatnya. Seorang pemimpin tidak boleh menghindar saat ditanya sesuatu oleh rakyatnya. Pemimpin harus bisa menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya agar masyarakat merasa tenang dan senang bila kelak akan dipimpinnya.

Pemimpin juga tidak boleh milih milih mimbar atau tempat 

Bila pemimpin bisa bicara dan diam pada waktu yang benar, rakyatpun merasa ter-ayomi dan ter-ayemi.

Semoga debat capres nanti, kita bisa melihat bagaimana ide, gagasan dan program dibicarakan. Diperdebatkan dengan argumen yang rasional dan beretika. Bukan janji manis yang bakal membuat kecewa. Seperti kata Waljinah:

ojo sok gampang janji wong manis

yen ta amung lamis

becik aluwung prasaja nimas ora agawe cuwa....

Semoga rakyat bisa mengambil pelajaran, agar tidak salah memilih yang akhirnya berakibat hidup susah seperti kata pepatah: "Beranak tiada berbidan".

Yang artinya, Mendapat kesusahan (kecelakaan dan sebagainya) karena salahnya sendiri. Salah milih, tanpa mikir...

Wallahua'lam bi shawab