Selasa, 05 Maret 2024

BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?

 BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?


Oleh: KH. Hasan 


Selamat datang bulan Ramadhan..Allahu akbar.. Allahu akbar. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Ya Allah hadirkan bulan ini kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan keislaman, serta dorongan kepada sesuatu yang Engkau cintai dan ridhai. Bulan kebaikan dan pencerahan. Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakannya. Segala puji milik Allah yang membawa pergi bulan Sya'ban dan menghadirkan bulan Ramadhan.


Pada tahun lalu seperti ini kita menyambut bulan Ramadhan. Sekarang bulan itu telah kembali lagi pada tahun ini dengan kesempatannya yang bercahaya dan kemunculannya yang bersinar terang agar kita menyambutnya lagi . Selamat datang bulan ketaatan, keberkahan, tazkiyah, ibadah dan kesucian.


Banyak waktu yang tergulung di samudra masa lalu yang luas dan mencair di dalam lipatan ombaknya seperti salju mencair diterpa sinar matahari dan menghilang tanpa kembali lagi. Demikianlah tahun-tahun itu silih berganti.


Alangkah baiknya sekiranya masing-masing kita mengevaluasi diri setiap pagi dan sore tentang waktu-waktu yang merupakan bagian dari kehidupannya: Untuk apa digunakan? Apa saja yang telah ditorehkannya? Kemana waktu-waktu itu akan membawanya?


Setiap hari, ia selalu berseru: "Wahai anak Adam, aku adalah makhluk baru yang menjadi saksi atas perbuatanmu. Manfaatkanlah aku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali hingga hari kiamat". Kita menganggap waktu sangat murah padahal sejatinya  sangat mahal. Bukankah waktu adalah kehidupan?


Mereka mengatakan: Sesungguhnya waktu adalah emas, tetapi saya melihat mereka menyia-nyiakannya. Jika emas hilang darimu pasti kamu bisa menggantinya. Tetapi jika waktu hilang, kamu tidak bisa menggantinya sekalipun kamu tebus dengan emas sepenuh bumi.


Siapakah yang menyamakan kehidupan dengan emas? Orang yang menyamakan waktu dengan emas pasti tidak menjaga haknya. Karena waktu dalam kehidupan kita adalah segalanya, sekalipun kita belum menghargainya sama sekali. 


Saya yakin jika kita benar-benar menghargai waktu-waktu kita dan mengetahui bagaimana memanfaatkannya sesuai nilainya pasti kita sudah menjadi bangsa paling maju dan paling bahagia. Apakah hal ini sudah kita dapatkan, padalah Islam telah mengatur waktu kita dengan sangat baik dan detil?


Marilah kita lihat apa yang telah kita manfaatkan dari waktu yang tersedia ini untuk kebaikan diri kita atau umat kita selama satu tahun yang lalu?


Apakah di Ramadhan yang lalu kita telah menemukan cara yang benar dalam mendidik jiwa, menjernihkan ruh, dan membersihkan akhlak; lalu kita menjaganya dan terus mempraktikkannya hingga datang Ramadhan tahun ini sehingga jiwa kita lebih bersih, ruh kita lebih jernih dan akhlak kita lebih bersih dari sebelumnya?


Apakah ada kawasan Islam di Timur selama tahun ini yang bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk menghancurkan berbagai belenggu dan membebaskan diri dari keterpurukan lalu bersemangat menggapai kemajuan dan kesempurnaan?


Adakah pemerintahan Islam atau tokoh Timur yang berhasil mewujudkan kondisi sosial yang mampu menghentikan arus kerusakan moral, ketimpangan sosial dan keresahan jiwa yang melanda semua aspek kehidupan sehingga berpengaruh sangat buruk dan besar bagi jiwa manusia?


Apakah ada yang mampu mengusir salah satu musuh Islam dari negeri Islam? Tidak ada.


Apakah hukum-hukum dan ajaran-ajaran Islam telah kembali dalam kehidupan umat sebagaimana dikehendaki Islam? Belum.


Apakah akhlak anak-anak Islam telah membaik sebagaimana diinginkan Islam? Belum.


Apakah kaum muslimin sudah melaksanakan hukum-hukum al-Quran, padahal mereka selalu mendengarkan dan memahaminya bahkan mengetahui bahwa al-Quran menjadi dasar Islam? Belum


Jadi, belum ada perkembangan baru yang menggembirakan. Sikap dan kondisi kita masih sama seperti tahun-tahun lalu. Jika keadaan ini terus berlangsung berarti hari-hari dan tahun-tahun yang kita lewati hanya menambah kemunduran. Kondisi ini sangat menyedihkan dan sangat disayangkan.


Jika kelalaian di masa lalu merupakan dosa maka di masa mendatang dosanya lebih besar. Wahai putra putri Islam, mari kita manfaatkan kesempatan Ramadhan yang baru ini untuk melakukan perubahan dan pembaruan.


Lakukan "gebrakan baru" wahai para pemuda Islam. Buanglah jiwa-jiwa yang ringkih, usang, liar, manja, lemah, tenggelam dalam angan-angan dan syahwat. Gantilah di bulan Ramadhan yang baru ini dengan jiwa-jiwa yang berani dalam membela kebenaran, menyadari kewajiban, menghargai amanah, kuat, bersemangat, cenderung kepada hal-hal yang tinggi, menjauhi hal-hal yang rendah, dan menginginkan kemuliaan yang diabadikan Allah untuknya di dalam al-Quran:


ۗ وَلِلّٰهِ  الْعِزَّةُ  وَلِرَسُوْلِهٖ  وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ  وَلٰـكِنَّ  الْمُنٰفِقِيْنَ  لَا  يَعْلَمُوْنَ


"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (QS. Al-Munafiqun: 8)


Perbaruilah jiwa kalian, bersihkanlah ruh kalian, dan lakukanlah dengan bantun shalat, ketaatan dan qiyamul-lail. Perbaruilah tobat nasuha yang membuat ridha Tuhan kalian agar Dia ridha kepada kalian. Hati-hatilah jangan sampai bulan ramadhan berlalu tetapi tidak membersihkan jiwa dan batin kalian.


Ketika ramadhan tiba, Allah menyeru hamba-hamba-Nya:

"Wahai orang yang menginginkan kejahatan berhentilah. Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah". 


Tidak elok bagi kaum muslimin jika tidak segera menyambut seruan Allah yang Maha Baik lagi Maha Penyayang.


Bulan ramadhan adalah bulan munajat dan peningkatan spiritual. Karena itu utamakan untuk berkhalwat mengevaluasi jiwamu, memenuhi panggilan kesadaranmu di keheningan malam atau siang, dengan bertanya kepada jiwamu tentang kewajibannya kepada Tuhan, agama, keluarga, umat, negara dan kerabatnya. Sejauh mana ia telah melaksanakan berbagai kewajiban tersebut. Percayalah bahwa kamu akan lebih faham tentang jiwamu di dalam khalwat rabbaniyah tersebut daripada apa yang kamu fahami dari penjelasanku, sekalipun saya tuliskan dalam banyak lembaran buku.


Percayalah bahwa ilmu yang benar hanya bersumber dari ruh, melimpah dari hati, dan memancar dari relung-relung jiwa yang bersih dan bersinar. Karena itu, jadilah hamba rabbani yang hatinya senantiasa tersambung dengan Allah; niscaya Dia akan memenuhi jiwamu dengan keceriaan dan kebahagiaan. Allah Pemberi taufiq kita semua dalam mencapai apa yang dicintai da diridhai-Nya. (ars)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar