Selasa, 05 Maret 2024

Doa Rabithah

 لَّلهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِىِّ الْأُمِّىِّ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِمًا عَدَدَمَا أَحَدَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ وَأَخْصَاهُ كِتَابُكَ وَارْضَ الَّلهُمَّ عَنْ سَدَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنْ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ


Ya Allah berikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad; hamba-Mu, nabi-Mu, dan Rasul-Mu; Nabi yang ummi. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah para pemimpin kami, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan



 قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ


Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.



 تُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِۖ وَتُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّۖ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ


Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).



 اَللّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ، قَدِ اجْتَمَعَتْ عَلَى مَحَبَّتِكَ وَالْتَقَتْ عَلَى طَاعَتِكَ، وَتَوَحَّدَتْ عَلَى دَعْوَتِكَ وَتَعَاهَدَتْ عَلَى نُصْرَةِ شَرِيْعَتِكَ فَوَثِّقِ اللَّهُمَّ رَابِطَتَهَا، وَأَدِمْ وُدَّهَا، وَاهْدِهَا سُبُلَهَا وَامْلَأَهَا بِنُوْرِكَ الَّذِيْ لاَ يَخْبُوْا وَاشْرَحْ صُدُوْرَهَا بِفَيْضِ الْإِيْمَانِ بِكَ، وَجَمِيْلِ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ وَاَحْيِهَا بِمَعْرِفَتِكَ، وَأَمِتْهَا عَلَى الشَّهَادَةِ فِي سَبِيْلِكَ إِنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ. اَللَّهُمَّ أَمِيْنَ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ


Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahawa hati-hati ini, telah berhimpun di atas dasar kecintaan terhadapmu, bertemu di atas ketaatan kepada-Mu dan bersatu bagi memikul beban dakwah-Mu, hati-hati ini telah mengikat persetiaan untuk menolong meninggikan syariat-Mu. Oleh itu, Ya Allah, Engkau perkukuhkan ikatannya dan Engkau kekalkan kemesraan hati-hati ini, tunjukilah hati-hati ini akan jalan yang sebenar, serta penuhkanlah (piala) hati-hati ini dengan cahaya Rabbani-Mu yang tidak kunjung redup, lapangkanlah hati-hati dengan limpahan keimanan serta keindahan tawakkal kepada-Mu, hidup suburkanlah hati-hati ini dengan makrifat (pengenalan yang sebenarnya) tentang-Mu. (Jika Engkau takdirkan kami mati) maka matikanlah hati-hati ini sebagai para syuhada dalam perjuangan agama-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah perkenankanlah doa kami. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan kepada semua sahabatnya.


BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?

 BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN?


Oleh: KH. Hasan 


Selamat datang bulan Ramadhan..Allahu akbar.. Allahu akbar. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Ya Allah hadirkan bulan ini kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan keislaman, serta dorongan kepada sesuatu yang Engkau cintai dan ridhai. Bulan kebaikan dan pencerahan. Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakannya. Segala puji milik Allah yang membawa pergi bulan Sya'ban dan menghadirkan bulan Ramadhan.


Pada tahun lalu seperti ini kita menyambut bulan Ramadhan. Sekarang bulan itu telah kembali lagi pada tahun ini dengan kesempatannya yang bercahaya dan kemunculannya yang bersinar terang agar kita menyambutnya lagi . Selamat datang bulan ketaatan, keberkahan, tazkiyah, ibadah dan kesucian.


Banyak waktu yang tergulung di samudra masa lalu yang luas dan mencair di dalam lipatan ombaknya seperti salju mencair diterpa sinar matahari dan menghilang tanpa kembali lagi. Demikianlah tahun-tahun itu silih berganti.


Alangkah baiknya sekiranya masing-masing kita mengevaluasi diri setiap pagi dan sore tentang waktu-waktu yang merupakan bagian dari kehidupannya: Untuk apa digunakan? Apa saja yang telah ditorehkannya? Kemana waktu-waktu itu akan membawanya?


Setiap hari, ia selalu berseru: "Wahai anak Adam, aku adalah makhluk baru yang menjadi saksi atas perbuatanmu. Manfaatkanlah aku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali hingga hari kiamat". Kita menganggap waktu sangat murah padahal sejatinya  sangat mahal. Bukankah waktu adalah kehidupan?


Mereka mengatakan: Sesungguhnya waktu adalah emas, tetapi saya melihat mereka menyia-nyiakannya. Jika emas hilang darimu pasti kamu bisa menggantinya. Tetapi jika waktu hilang, kamu tidak bisa menggantinya sekalipun kamu tebus dengan emas sepenuh bumi.


Siapakah yang menyamakan kehidupan dengan emas? Orang yang menyamakan waktu dengan emas pasti tidak menjaga haknya. Karena waktu dalam kehidupan kita adalah segalanya, sekalipun kita belum menghargainya sama sekali. 


Saya yakin jika kita benar-benar menghargai waktu-waktu kita dan mengetahui bagaimana memanfaatkannya sesuai nilainya pasti kita sudah menjadi bangsa paling maju dan paling bahagia. Apakah hal ini sudah kita dapatkan, padalah Islam telah mengatur waktu kita dengan sangat baik dan detil?


Marilah kita lihat apa yang telah kita manfaatkan dari waktu yang tersedia ini untuk kebaikan diri kita atau umat kita selama satu tahun yang lalu?


Apakah di Ramadhan yang lalu kita telah menemukan cara yang benar dalam mendidik jiwa, menjernihkan ruh, dan membersihkan akhlak; lalu kita menjaganya dan terus mempraktikkannya hingga datang Ramadhan tahun ini sehingga jiwa kita lebih bersih, ruh kita lebih jernih dan akhlak kita lebih bersih dari sebelumnya?


Apakah ada kawasan Islam di Timur selama tahun ini yang bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk menghancurkan berbagai belenggu dan membebaskan diri dari keterpurukan lalu bersemangat menggapai kemajuan dan kesempurnaan?


Adakah pemerintahan Islam atau tokoh Timur yang berhasil mewujudkan kondisi sosial yang mampu menghentikan arus kerusakan moral, ketimpangan sosial dan keresahan jiwa yang melanda semua aspek kehidupan sehingga berpengaruh sangat buruk dan besar bagi jiwa manusia?


Apakah ada yang mampu mengusir salah satu musuh Islam dari negeri Islam? Tidak ada.


Apakah hukum-hukum dan ajaran-ajaran Islam telah kembali dalam kehidupan umat sebagaimana dikehendaki Islam? Belum.


Apakah akhlak anak-anak Islam telah membaik sebagaimana diinginkan Islam? Belum.


Apakah kaum muslimin sudah melaksanakan hukum-hukum al-Quran, padahal mereka selalu mendengarkan dan memahaminya bahkan mengetahui bahwa al-Quran menjadi dasar Islam? Belum


Jadi, belum ada perkembangan baru yang menggembirakan. Sikap dan kondisi kita masih sama seperti tahun-tahun lalu. Jika keadaan ini terus berlangsung berarti hari-hari dan tahun-tahun yang kita lewati hanya menambah kemunduran. Kondisi ini sangat menyedihkan dan sangat disayangkan.


Jika kelalaian di masa lalu merupakan dosa maka di masa mendatang dosanya lebih besar. Wahai putra putri Islam, mari kita manfaatkan kesempatan Ramadhan yang baru ini untuk melakukan perubahan dan pembaruan.


Lakukan "gebrakan baru" wahai para pemuda Islam. Buanglah jiwa-jiwa yang ringkih, usang, liar, manja, lemah, tenggelam dalam angan-angan dan syahwat. Gantilah di bulan Ramadhan yang baru ini dengan jiwa-jiwa yang berani dalam membela kebenaran, menyadari kewajiban, menghargai amanah, kuat, bersemangat, cenderung kepada hal-hal yang tinggi, menjauhi hal-hal yang rendah, dan menginginkan kemuliaan yang diabadikan Allah untuknya di dalam al-Quran:


ۗ وَلِلّٰهِ  الْعِزَّةُ  وَلِرَسُوْلِهٖ  وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ  وَلٰـكِنَّ  الْمُنٰفِقِيْنَ  لَا  يَعْلَمُوْنَ


"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (QS. Al-Munafiqun: 8)


Perbaruilah jiwa kalian, bersihkanlah ruh kalian, dan lakukanlah dengan bantun shalat, ketaatan dan qiyamul-lail. Perbaruilah tobat nasuha yang membuat ridha Tuhan kalian agar Dia ridha kepada kalian. Hati-hatilah jangan sampai bulan ramadhan berlalu tetapi tidak membersihkan jiwa dan batin kalian.


Ketika ramadhan tiba, Allah menyeru hamba-hamba-Nya:

"Wahai orang yang menginginkan kejahatan berhentilah. Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah". 


Tidak elok bagi kaum muslimin jika tidak segera menyambut seruan Allah yang Maha Baik lagi Maha Penyayang.


Bulan ramadhan adalah bulan munajat dan peningkatan spiritual. Karena itu utamakan untuk berkhalwat mengevaluasi jiwamu, memenuhi panggilan kesadaranmu di keheningan malam atau siang, dengan bertanya kepada jiwamu tentang kewajibannya kepada Tuhan, agama, keluarga, umat, negara dan kerabatnya. Sejauh mana ia telah melaksanakan berbagai kewajiban tersebut. Percayalah bahwa kamu akan lebih faham tentang jiwamu di dalam khalwat rabbaniyah tersebut daripada apa yang kamu fahami dari penjelasanku, sekalipun saya tuliskan dalam banyak lembaran buku.


Percayalah bahwa ilmu yang benar hanya bersumber dari ruh, melimpah dari hati, dan memancar dari relung-relung jiwa yang bersih dan bersinar. Karena itu, jadilah hamba rabbani yang hatinya senantiasa tersambung dengan Allah; niscaya Dia akan memenuhi jiwamu dengan keceriaan dan kebahagiaan. Allah Pemberi taufiq kita semua dalam mencapai apa yang dicintai da diridhai-Nya. (ars)

MADRASAH PUASA DAN PEMBINAAN JIWA

MADRASAH PUASA DAN PEMBINAAN JIWA


Oleh: Syaikh Mustafa al-Maraghi*



Hari ini kaum muslimin menyambut datangnya bulan ramadhan. Di bulan ini Allah mewajibkan puasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat terdahulu. 


Di bulan ini Allah mulai menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. Ramadan datang setiap tahun membawa berbagai kenangan terbaik dan terindah, kenangan generasi awal Islam yang dengannya Allah menyempurnakan nikmat, meridhainya sebagai agama bagi dunia, menamakannya sebagai petunjuk dan pembeda, menjadikannya sebagai tanda-tanda yang jelas, meletakkan di dalamnya dasar-dasar sistem yang tetap dan tidak berubah bagi manusia, menjadikannya sebagai timbangan amal, pilar kebenaran, undang-undang keluarga, nutrisi ruh, kelezatan akal, kesenangan jiwa, obat hati, terapi jiwa yang liar, dan tiang penegak akhlak manusia.


Di bulan ini ada dua nikmat: Nikmat al-Quran dan nikmat puasa. Nikmat ilmu, cahaya serta hidayah dan nikmat sarana untuk menerima limpahan ini. Dengan berpuasa jiwa terlatih, merasa mantap kepada kebenaran, tergerak untuk menerimanya, dan terjauhkan dari berbagai kenistaan fisik dan gejolak syahwat yang beragam seperti kebencian, kedengkian, dendam, kecenderungan untuk memuaskan nafsu makan, minum dan lainnya. Dengan berpuasa jiwa juga meningkat menuju ketinggian spiritual, siap menerima limpahan karunia Ilahi dan memahami berbagai makna, pelajaran dan nasehat yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran.


Puasa sebagaimana diketahui adalah menahan berbagai syahwat fisik dan bersabar menghadapi hal-hal yang tidak disukai. Karena itu puasa membantu menguatkan kemauan, membiasakan menanggung beban berat dan gangguan, dan melatih jiwa untuk tidak merasa berat dalam meninggalkan atau menyalahi kebiasaan. Ia bisa menerima makanan pagi di waktu sore dan makanan sore di waktu pagi. Juga bisa bersabar menahan haus dan lapar di siang hari. Dengan demikian ia terbiasa menghadapi berbagai benturan dan kejutan yang tidak diperkirakan.  


Puasa merupakan sarana terbesar dalam membentuk kemampuan bersabar atau berbagai kemampuan akhlak. Tidak ada yang mampu berjuang dalam kehidupan kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu menghadapi hari-hari sulit dan tidak menentu kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang berhasil mencapai berbagai ilmu kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu menemukan rahasia eksistensi dengan melakukan penelitian dan berfikir mendalam kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang bisa menjadi dermawan dengan harta dan jiwanya kecuali orang yang bersabar. Tidak ada yang mampu beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sebenarnya kecuali orang yang bersabar. 


Karena itu dikatakan: Kesabaran adalah separuh keimanan. Kata sabar disebutkan di dalam al-Quran dan dipesankan lebih dari 70 kali. Berikut ini sebagian ayat al-Quran tentang kesabaran:


  ۗ اِنَّمَا  يُوَفَّى  الصّٰبِرُوْنَ  اَجْرَهُمْ  بِغَيْرِ  حِسَا بٍ


"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)


وَ  جَعَلْنَا  مِنْهُمْ  اَئِمَّةً  يَّهْدُوْنَ  بِاَ مْرِنَا  لَمَّا  صَبَرُوْا  ۗ وَكَا نُوْا  بِاٰ يٰتِنَا  يُوْقِنُوْنَ


"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)


  ۗ وَتَمَّتْ  كَلِمَتُ  رَبِّكَ  الْحُسْنٰى  عَلٰى  بَنِيْۤ  اِسْرَآءِيْلَ  ۙ بِمَا  صَبَرُوْا  ۗ 


"Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.." (QS. Al-A'raf: 137)


  ۗ وَاِ نْ  تَصْبِرُوْا  وَتَتَّقُوْا  فَاِ نَّ  ذٰلِكَ  مِنْ  عَزْمِ  الْاُ مُوْرِ


"Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." (QS. Ali 'Imran: 186)


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوا  اصْبِرُوْا  وَصَا بِرُوْا  وَرَا بِطُوْا  ۗ وَا تَّقُوا  اللّٰهَ  لَعَلَّكُمْ  تُفْلِحُوْنَ


"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali 'Imran: 200)


Di dalam puasa terdapat manfaat yang sangat besar tersebut. Disamping mengingatkan keadaan orang-orang miskin dan tidak mampu agar kita merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang lapar dan dahaga lalu perasaan ini mendorong kita untuk berempati dan membantu mereka.


Nabi saw menjadi orang paling dermawan di bulan Ramadan, saat bertemu Jibril setiap malam Ramadhan. Bahkan lebih dermawan dari angin yang berhembus.


Puasa juga mengingatkan nikmat. Karena terus-menerus menikmati sesuatu bisa membuat lupa akan sumber nikmat dan melupakan besarnya nikmat yang sedang dirasakan. Jika nikmat itu terputus, baru menyadari besarnya nikmat yang ada. Lapar mengingatkan nikmat makanan dan haus mengingatlan nikmat air. Mengingat nikmat saja belum bisa menggantikan kewajiban mensyukurinya tetapi harus ditindaklanjuti dengan melakukan berbagai ketaatan dan menjauhi semua larangan Allah. Allah mengisyaratkan hal ini di dalam firman-Nya:


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  كُتِبَ  عَلَيْکُمُ  الصِّيَا مُ  کَمَا  كُتِبَ  عَلَى  الَّذِيْنَ  مِنْ  قَبْلِکُمْ  لَعَلَّكُمْ  تَتَّقُوْنَ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)


Apa yang kami sebutkan di atas menjelaskan kenapa puasa menjadi salah satu rukum Islam yang lima dan Allah menambah kemuliaan puasa dengan menisbatkan kepada-Nya. Disebutkan dalam hadis mulia:


كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي


"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Kecuali puasa, karena puasa itu bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.' (Muslim 1945)


Puasa merupakan ibadah rahasia, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Hakikat puasa tercapai bila terbebas dari riya', tidak dirusak oleh hal-hal yang biasa merusak ibadah-ibadah lainnya seperti ibadah fisik dan harta. Ibadah puasa ini murni karena Allah, tidak berlangsung dengan pemantauan makhluk. Allah-lah yang memberinya balasan dan mengetahui ukuran pahalanya dan pelipatgandaan kebaikan-kebaikannya. Karena puasa merupakan bentuk kesabaran maka pahalanya tanpa batas:


  ۗ اِنَّمَا  يُوَفَّى  الصّٰبِرُوْنَ  اَجْرَهُمْ  بِغَيْرِ  حِسَا بٍ


"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)


Orang yang melakukan ibadah selain puasa bisa jadi mendapat balasan dari makhluk tetapi orang yang melakukan ibadah puasa hanya mendapat balasan dari Allah. 


Diantara hak ibadah ini, agar sempurna dan diterima di sisi Allah, harus disempurnakan dengan menahan berbagai anggota badan dari melakukan berbagai dosa, dengan menundukkan pandangan, menjaga lisan dari perkataan sia-sia, kedustaan, bergunjing, adu domba, perbuatan keji, permusuhan dan perdebatan; menahan pendengaran dari hal-hal yang makruh; dan tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang halal. Sabda Nabi saw:


مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ


"Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya." (Bukhari 1770)


Yakni Allah tidak menerima puasanya karena menjadi amalan jasad tanpa ruh, tidak memberikan pengaruh yang baik kepadanya sehingga dia hanya meninggalkan makanan dan minuman saja. Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minuman karena Allah ingin agar hamba-Nya bertakwa dan mendapatkan pengaruh yang baik dari ibadah-ibadah yang dilakukan. Firman Allah yang semakna dengan hal ini:


لَنْ  يَّنَا لَ  اللّٰهَ  لُحُـوْمُهَا  وَلَا  دِمَآ ؤُهَا  وَلٰـكِنْ  يَّنَا لُهُ  التَّقْوٰى  مِنْكُمْ  ۗ 


"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.." (QS. Al-Hajj: 37)


Takwa menjadi tujuan puasa sebagaimana firman Allah:


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  كُتِبَ  عَلَيْکُمُ  الصِّيَا مُ  کَمَا  كُتِبَ  عَلَى  الَّذِيْنَ  مِنْ  قَبْلِکُمْ  لَعَلَّكُمْ  تَتَّقُوْنَ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)


* Syaikh (Rektor) Universitas al-Azhar, Kairo, 1928 M  - 1945 M. (ars)