Minggu, 10 April 2011

Surat kepada Ibu Megawati

  "Belajar dari anak" begitulah kata bijak. Mengapa kita harus belajar dari anak? Rupanya pada diri seorang anak, ada sikap 'keluguan - kepolosan - keterusterangan' yang semua alamiah adanya. Cobalah kita cermati surat ini! Bagaimana seorang anak bicara tentang cerita yang ia dengar dari bundanya, bagaimana dia bayangkan seorang presiden memiliki baju antipeluru, bagaimana dia khawatir ditangkap gara-gara berkirim surat kepada pejabat negara (presiden), dan juga polos dan lucunya saat mengajak Ibu Megawati jalan agar sehat dan tidak kegemukan. Marilah kita baca surat tersebut. Komentar Anda bisa dikirim via e-mail ke agusahid28@yahoo.com

    Kepada yang terhormat
    Presiden Republik Indonesia
    Megawati
    Di Istana

    Assalaamualaikum.
    Ibu Mega, apa kabar? Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini. Ibu, di kelas badanku paling tinggi. Cita-citaku juga tinggi. Aku mau jadi presiden. Tapi baik. Presiden yang pintar, bisa buat komputer sendiri. Yang tegas sekali. Bisa bicara 10 bahasa. Presiden yang dicintai orang-orang. Kalau meninggal masuk surga.
    Ibu sayang, Bunda pernah cerita tentang Umar sahabat Nabi Muhammad. Dia itu pemimpin. Umar suka jalan-jalan ke tempat yang banyak orang miskinnya. Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar. Soalnya Umar menyamar. Umar juga tidak bawa pengawal. Umar jadi tahu kalau ada orang yang kesusahan di negeri dia. Bisa cepat menolong.
    Kalau jadi presiden, aku juga mau seperti Umar. Tapi masih lama sekali. Harus sudah tua dan kalau dipilih orang. Jadi aku mengirim surat ini mau mengajak ibu menyamar.
    Malam-malam kita bisa pergi ke tempat yang banyak orang miskinnya. Pakai baju robek dan jelek. Muka dibuat kotor. Kita dengar kesusahan rakyat. Terus kita tolong.   Tapi ibu jangan bawa pengawal. Jangan bilang-bilang. Kita tidak usah pergi jauh-jauh. Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan. Mereka mengamen mengemis. Tidak ada bapak ibunya. Terus banyak orang jahat minta duit dari anak-anak kecil. Kasihan.
    Ibu Presiden, kalau mau, ibu balas surat aku ya. Jangan ketahuan pengawal nanti ibu tidak boleh pergi. Aku yang jaga supaya ibu tidak diganggu orang. Ibu jangan takut. Presiden kan punya baju tidak mempan peluru. Ada kan seperti di film? Pakai saja. Ibu juga bisa kurus kalau jalan kaki terus. Tapi tidak apa. Sehat.
    Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin di negara Indonesia. Bisa tahu sendiri tidak usah tunggu laporan karena sering ada korupsi.
    Sudah dulu ya. Ibu jangan marah ya. Kalau tidak senang aku jangan dipenjara ya. Terimakasih.

    Dari
    Abdurahman Faiz
    Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur



Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Faiz, begitu panggilannya adalah Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003. Mengucapkan puisi sejak berumur 3 tahun dan mulai menuliskannya di komputer saat berusia 5 tahun.  Dinobatkan sebagai Anak Cerdas Kreatif Indonesia oleh Yayasan Cerdas Kreatif Indonesia pimpinan Kak Seto pada tahun 2006 dan mendapatkan penghargaan PKS Award untuk kategori Anak Indonesia Berprestasi pada tahun 2007. Kumpulan puisinya sudah diterbitkan menjadi beberapa buku.