Senin, 19 Februari 2024

Bicaralah! Jangan Diam

 Jangan Diam, Bicaralah

Ada pepatah mengatakan, Bila kerbau dipegang (orang) tali kekangnya, bila manusia dipegang mulutnya (omongannya).

Banyak sekali pepatah yang berkaitan dengan masalah mulut, perkataan, lidah atau lisan dan juga janji. Ada orang yang kalau bicara sering mikirnya belakangan, sehingga yang dikatakan salah atau tidak tepat. Apa yang ditanyakan, jawabnya tidak nyambung sama sekali. Kepada orang seperti ini pepatah mengatakan, mulutmu harimaumu. Artinya, seseorang akan (bisa) jatuh bukan karena orang lain, tetapi karena kata katanya sendiri yang kurang dipikirkan lebih dulu. 

Ini bukan masalah asam sulfat ya, tapi masalah asam dan garam kehidupan.

Ada juga pepatah, memang lidah tak bertulang.  Kalau ini biasanya dikaitkan dengan orang yang mudah berjanji tapi kenyataannya kosong. Seperti janji meroket tapi nyungsep.

Oleh karena itu jauh-jauh hari nabi Muhammad Saw bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).

Tetapi bukan berarti seseorang tidak perlu pandai bicara, apalagi kalau dia mau jadi pemimpin. Dia wajib bisa bicara secara baik dan benar, berdasarkan data dan informatif. Karena seorang pemimpin harus memberikan informasi yang benar dan menenangkan masyarakat, karenanya harus bicara dengan benar, ada datanya dan jelas bisa difahami. Apalagi pemimpin juga harus membuat keputusan pada akhirnya.

Betapa pentingnya seorang pemimpin itu pandai berbicara, maka Allah mengilhamkan kepada ibu dan kakeknya Muhammad Saw dan Halimah Sa'diyah untuk membesar beliau di perkampungan Bani Sa'idah yang bahasa Arab nya terkenal terjaga dengan baik dan benar. Karena beliau kelak akan menjadi nabi dan pemimpin manusia, maka harus pandai berkata-kata dengan baik dan benar. Tahu kapan menggunakan diksi atau kata dan kalimat yang tepat dan sesuai.

Sebaliknya, Allah tidak berkenan bila nabi mengikuti sesuatu yang yang kurang bermanfaat. Dalam kitab Sirah Nabawiyah, dijelaskan suatu saat ketika remaja, Muhammad Saw dipaksa oleh teman temannya untuk nonton hiburan nyanyi dan joget jogetan, tetapi kemudian Allah membuat beliau mengantuk dan tidur sebelum sampai ditempat joget jogetan. Dan bangun pada pagi harinya setelah hiburan itu selesai. Sepertinya Allah menjaganya dari ikut berdendang dan joget gemoy.

Pandai berbicara itu penting bagi pemimpin. Karena dengan berbicara yang baik dan benar bisa  menjelaskan kepada masyarakat secara persuasif tentang program yang akan dilaksanakan. Pembicaraan yang baik akan membuat masyarakat merasa  di-wongke. Dimanusiakan, dilibatkan sebagai subyek pembangunan. Bukan hanya obyek yang kapan saja bisa digusur dan dikorbankan.

Betapa pentingnya berbicara, maka Allah dalam Al Quran mengajarkan doa:

Robbisrohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii. 

“Ya Tuhaku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,” (Thaha, 25-28).

Sebagaimana pentingnya berbicara, diam juga penting. Tetapi semuanya ada waktu dan tempatnya. Seorang pemimpin tidak boleh menghindar saat ditanya sesuatu oleh rakyatnya. Pemimpin harus bisa menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya agar masyarakat merasa tenang dan senang bila kelak akan dipimpinnya.

Pemimpin juga tidak boleh milih milih mimbar atau tempat 

Bila pemimpin bisa bicara dan diam pada waktu yang benar, rakyatpun merasa ter-ayomi dan ter-ayemi.

Semoga debat capres nanti, kita bisa melihat bagaimana ide, gagasan dan program dibicarakan. Diperdebatkan dengan argumen yang rasional dan beretika. Bukan janji manis yang bakal membuat kecewa. Seperti kata Waljinah:

ojo sok gampang janji wong manis

yen ta amung lamis

becik aluwung prasaja nimas ora agawe cuwa....

Semoga rakyat bisa mengambil pelajaran, agar tidak salah memilih yang akhirnya berakibat hidup susah seperti kata pepatah: "Beranak tiada berbidan".

Yang artinya, Mendapat kesusahan (kecelakaan dan sebagainya) karena salahnya sendiri. Salah milih, tanpa mikir...

Wallahua'lam bi shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar