Senin, 19 Februari 2024

jama’ah yang aqrabuhum ilallah wa ashlahuhum linnas

 Aqrabahum ilallah 

Saya akan mengawali tulisan  ini dengan cuilan dari taujih ustadz Hilmi. Beliau mengatakan:

Kemenangan perjuangan hanya akan dicapai oleh orang atau kelompok atau jama’ah yang aqrabuhum ilallah wa ashlahuhum linnas (orang/kelompok yang paling dekat kepada Allah dan yang paling nanyak berbuat baik kepada manusia). Tidak lebih dari itu. Orang yang paling dekat kepada Allah dan yang paling ashlah bagi kehidupan manusia, itulah yang akan diberikan kesempatan menang oleh Allah SWT. Yang dalam tingkat operasional, ujung tombaknya adalah ihsan

Kata beliau, begitulah rumusnys dari dulu. Tidak berubah dan tidak akan berubah.

Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Q.S. Al-Hajj: 77)

Potongan taujih ustadz Hilmi ini mengingatkan kita akan pentingnya aqrabahum ilallah yang menjadi prasyarat datangnya pertolongan Allah. Kaidah pertolongan itu memang dari dan kepada yang dekat. Bukan yang jauh.

Contoh sederhananya, bila seseorang mengalami kecelakaan kendaraan misalnya, maka yang pertama kali memberikan pertolongan adalah yang ada didekat TKP.

Dalam bahasa sehari hari, kita mengenal kosa kata, sahabat karib, teman akrab, kerabat dan korban. Itu semuanya serapan dari bahasa Arab (maaf untuk yang tidak suka Arab) yang makna umumnya adalah dekat. Maka bisa jadi orang yang disebut dengan sahabat karib, teman akrab dan kerabat adalah orang orang yang siap berkoban untuk membantu dan membela kita. Yang susah senang ada untuk kita. Yang saat kita jatuh, tidak lari meninggalkan kita.

Dengan kata lain, bila kita ingin mendapatkan pertolongan Allah maka kita harus akrab dengan Nya. Ketika kita senang kita tidak melupakan Nya. Ketika Dia meminta, kita juga siap memberikan apa yang diminta Nya.

Kepada Nya, kita tidak bisa SKSD. Sok kenal sok dekat. Seperti capres dan caleg menjelang pemilu, yang mendadak memakai sorban dan mengaku akrab dengan pesantren dan ulama padahal sholatnya saja kadang kadang. 

Aqrabahum ilallah gampang nya adalah serius melaksanakan amal yaumian dalam keseharian kita. Sehingga Amal harian tersebut  menjadi wirid, kebiasaan rutin atau habit. Yang kita merasa tidak lengkap suatu hari bila terlupa dilakukan. Ada rasa resah dan gelisah seperti punya hutang yang jatuh tempo.

Amal yaumian ini bila diibaratkan dengan kehidupan seorang atlit adalah menu latihan harian untuk menjaga kebugarannya agar senantiasa siap setiap saat. Tetapi menjelang turnamen tetap saja harus mengikuti pemusatan latihan (TC) dengan menambah porsi latihan diatas latihan harian serta mecoba strategi dan taktik. Bahkan coach Indra Syafri mengkombinasikan semua hal diatas dengan shalat lima waktu berjamaah untuk skuadnya yang muslim.

Disamping itu juga wa aslahuhum linnas, berbuat baik kepada manusia. Tersenyum, menyapa, advokasi dan memberi uang atau money politics itu adalah beberapa bentuknya aslahuhum linnas. Karena seseorang akan memilih atau mengikuti orang lain, salah satunya karena perbuatan baik yang dilakukan orang lain pada seseorang tersebut. Hal ini sesuai dengan pepatah Arab, Sayyidul qaum khadimuhum.

Itulah mengapa banyak negara lebih senang melakukan program bansos dari pada program pengentasan kemiskinan yang riil. Karena program bansos lebih mampu menciptakan citra kedermawanan. Seperti Robin Hood!

Begitupun dengan pemerintah daerah yang merasa hebat dan lebih senang mengadakan pasar murah dari pada mengatasi masalah, mengapa harga harga barang melonjak naik.

Citra khadimuhum, pelayan masyarakat, sangat dibutuhkan untuk meraup suara masyarakat menengah bawah yang jumlahnya tidak kurang dari 50%. Karena itulah aktivitas money politics sulit untu dihilangkan. Karena masyarakat kebanyakan, memiliki pola pikir yang pendek. Mereka berpikir yang penting hari ini dapat uang dan bisa makan. Masa depan mereka terbatas hari esok atau lusa. Mereka tidak berpikir tahun depan apalagi lima tahun yang akan datang. Mereka tidak berpikir uangnya dari mana, apalagi halal atau haram. Yang mereka pikirkan, warnanya.

Dengan kondisi seperti tersebut, partai dan caleg yang tidak banyak uang akan sulit untuk bersaing. Perbandingannya seperti sepenuh saku dengan sepenuh koper.

Bila secara kuantitas tidak sebanding, maka tidak akan mampu menyamai apalagi melebihi partai kaya. Tetapi bukan berarti partai kaya dan atau caleg kaya tidak bisa terkalahkan.

Kekalahan dan kelemahan, bukan kepelitan, dibidang sarana aslahuhum linnas ini, insya Allah akan Allah tutupi dengan kualitas dan kuantitas Aqrabahum ilallah. Maka jangan sampai sudah kalah disisi modalitas, tetapi tidak bersegera meningkatkan moralitas melalui aqrabahum ilallah sebagaimana diisyaratkan Allah dalam al Hajj 77 diatas.

Jangan sampai terlalu larut memikirkan cara dapat uang untuk pemenangan, yang bisa jadi mikirnya belum selesai dan uangnya belum dapat, tahu tahu pencoblosan tinggal tiga hari lagi. 

Maka kerjakanlah apa yang mampu dikerjakan dan urusan selanjutnya serahkan kepada Allah sembari meningkatkan aqrabahum ilallah. Jangan seperti cerita Si Lebay Malang, yang terlalu fokus pada yang jauh dan mengabaikan yang dekat. Tetapi yang jauh akhirnya tidak kecandak, yang dekat akhirnya juga terlewatkan.

Wallahua'lam bi shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar