Akhlak Luhur Ulama Salaf Terhadap Khilafiyah Fiqih dan Furu'*
Ini adalah teladan bagi kita semua, apalagi yang mengaku sedang meniti jalan salaf. Tidak kita temukan sikap keras, mau menang sendiri, apalagi sampai menuduh sesat kepada yang berbeda paham fiqih dengannya.
1.Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu*
Tertulis dalam _As Silsilah Ash Shahihah:_
فروى أبو داود ( 1 / 307 ) أن عثمان رضي الله عنه صلى بمنى أربعا ، فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه : صليت مع النبي صلى الله
عليه وسلم ركعتين ، و مع أبي بكر ركعتين ، و مع عمر ركعتين ، و مع عثمان صدرا من إمارته ثم أتمها ، ثم تفرقت بكم الطرق فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين متقبلتين ، ثم إن ابن مسعود صلى أربعا ! فقيل له : عبت على عثمان ثم صليت أربعا ؟ ! قال : الخلاف شر . و سنده صحيح . و روى أحمد ( 5 / 155 ) نحو هذا عن
أبي ذر رضي الله عنهم أجمعين .
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (1/307), bahwasanya Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘Anhu shalat di Mina 4 rakaat.
Maka sahabat nabi, yaitu Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu mengingkarinya seraya berkata: _“Aku dulu shalat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakr, ‘Umar dan di awal pemerintahan ‘Utsman sebanyak 2 rakaat, dan setelah itu ‘Utsman shalat 4 rakaat. Kemudian terjadilah perbedaan diantara kalian, dan harapanku dari 4 rakaat shalat itu yang diterima adalah yang 2 rakaat darinya.”_
Namun ketika di Mina, Abdullah bin Mas’ud justru juga shalat 4 rakaat. Maka dikatakanlah kepada beliau:
_“Engkau dulu telah mengingkari ‘Utsman atas shalatnya yang 4 rakaat, kemudian engkau shalat 4 rakaat pula?!”_
Abdullah bin Mas’ud menjawab: _“Perselisihan itu jelek.”_
Sanadnya shahih. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ahmad (5/155) seperti riwayat di atas dari shahabat Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhum Ajma’in.
(As Silsilah Ash Shahihah, 1/389)
2.Imam Al Qasim bin Muhammad Rahimahullah*
Beliau adalah salah satu tujuh fuqaha Madinah di zaman tabi'in, dan merupakan cucu dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu.
Beliau ditanya oleh seseorang:
سألت القاسم بن محمد عن القراءة خلف الإمام فيما لم يجهر فيه, فقال: إن قرأت فلك في رجال من أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أسوة، وإذا لم تقرأ فلك في رجال من أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أسوة.
_Aku bertanya kepada Al Qasim bin Muhammad tentang membaca (Al Fatihah) dibelakang imam yang dia tidak mengeraskan bacaannya._
Beliau menjawab: _"Jika kamu membaca maka kamu memiliki contoh dari para sahabat nabi, dan jika kamu tidak membaca maka kamu juga memiliki contoh dari para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam."_
(Imam Ibnu Abdil Bar, Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlih, 2/161)
*3⃣ Imam Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah*
إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه.
_“Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.”_
(Imam Abu Nu’aim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)
Tentang merutin Qunut Subuh, Imam At Tirmidzi berkata:
قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِنْ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ فَحَسَنٌ وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ فَحَسَنٌ
_“Berkata Sufyan Ats Tsauri: “Jika berqunut pada shalat shubuh, maka itu bagus, dan jika tidak berqunut itu juga bagus.”_
(Lihat Sunan At Tirmidzi, keterangan hadits No. 401)
*4⃣ Imam Yahya bin Sa'id Al Qaththan Rahimahullah*
Beliau berkata:
ما برح أولو الفتوى يفتون فيحل هذا ويحرم هذا فلا يرى المحرم أن المحل هلك لتحليله ولا يرى المحل أن المحرم هلك لتحريمه.
_Para ahli fatwa sering berbeda fatwanya, yang satu menghalalkan yang ini dan yang lain mengharamkannya. Tapi, mufti yang mengharamkan tidaklah menganggap yang menghalalkan itu binasa karena penghalalannya itu. Mufti yang menghalalkan pun tidak menganggap yang mengharamkan telah binasa karena fatwa pengharamannya itu._
(Imam Ibnu Abdil Bar, Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlih, 2/161)
*5⃣ Imam Asy Syafi'i Rahimahullah*
Imam Asy Syafi'i (juga Imam Malik) berpendapat sunnahnya Qunut Subuh. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal yang memandang tidak ada Qunut Subuh.
Diceritakan dalam _Al Mausu’ah_ sebagai berikut:
الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ تَرَكَ الْقُنُوتَ فِي الصُّبْحِ لَمَّا صَلَّى مَعَ جَمَاعَةٍ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ فِي مَسْجِدِهِمْ بِضَوَاحِي بَغْدَادَ . فَقَال الْحَنَفِيَّةُ : فَعَل ذَلِكَ أَدَبًا مَعَ الإِْمَامِ ، وَقَال الشَّافِعِيَّةُ بَل تَغَيَّرَ اجْتِهَادُهُ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ .
Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu meninggalkan qunut dalam subuh ketika Beliau shalat bersama jamaah bersama kalangan Hanafiyah (pengikut Abu Hanifah) di Masjid mereka, pinggiran kota Baghdad. Berkata Hanafiyah: _“Itu merupakan adab bersama imam.”_
Berkata Asy Syafi’iyyah (pengikut Asy Syafi’i): _“Bahkan beliau telah merubah ijtihadnya pada waktu itu.”_
(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/302. Wizarah Al Awqaf Asy Syu’un Al Islamiyah)
*6⃣ Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah*
Beliau mengomentari orang yang shalat dua rakaat setelah Ashar:
لا نفعله ولا نعيب فاعله
_Kami tidak melakukannya tapi kami tidak juga menilai aib orang yang melakukannya._
(Al Mughni, 2/87, Syarhul Kabir, 1/802)
Tentang Qunut Subuh, diceritakan tentang Imam Ahmad Rahimahullah :
فقد كان الإمام أحمدُ رحمه الله يرى أنَّ القُنُوتَ في صلاة الفجر بِدْعة، ويقول: إذا كنت خَلْفَ إمام يقنت فتابعه على قُنُوتِهِ، وأمِّنْ على دُعائه، كُلُّ ذلك مِن أجل اتِّحاد الكلمة، واتِّفاق القلوب، وعدم كراهة بعضنا لبعض.
Imam Ahmad Rahimahullah berpendapat bahwa qunut dalam shalat fajar (subuh) adalah bid’ah.
Dia mengatakan: _“Jika Anda shalat di belakang imam yang berqunut, maka ikutilah qunutnya itu, dan aminkan doanya, semua ini untuk menyatukan kalimat, melekatkan hati, dan menghilangkan kebencian antara satu dengan yang lainnya.”_
(Syarhul Mumti’, 4/25. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Sebenarnya masih banyak lagi. Tapi, contoh-contoh sudah cukup mewakili betapa luas, luwes, dan lapang dada para imam generasi awal terhadap perbedaan pendapat di antara mereka.
Mampukah kita meneladaninya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar