Menjaga kebersihan hati (lebih berat daripada melawan pengaruh materi)
Khairan Muhammad Arif
Saudaraku,
sesungguhnya perjuangan berat kita dalam kehidupan menuju Allah ini, adalah perjuangan meluruskan, membersihkan dan mensterilkan Hati dari tujuan dan kecenderungan pada selain Allah 'Azza wajalla. Perjuangan meluruskan Niat, memurnikan visi misi dan tujuan hanya kepada Allah dan Akhirat, jauh lebih berat ketimbang menaklukkan keinginan materialisme duniawi berupa harta tahta dan wanita.
Mengapa demikian?, karena menahan diri dan keinginan yang bersifat harta, tahta dan wanita semuanya bersifat fisik, dimana ketika godaan fisikal terpuaskan, maka biasanya keinginan materialisme itu melemah seketika, lalu biasanya melahirkan kesadaran, hijrah kemudian pertaubatan.
Lain halnya, bila syetan menghujamkan tipu daya dan godaannya pada hati dan jiwa dengan cara membisikan secara halus perasaan ghurur, ujub dan riya' bahwa; _"Engkau sudah 'Alim, sudah banyak ibadah, banyak berdakwah, banyak jasa dan seterusnya, karenanya engkau layak dipuji, disanjung dan dihormati"_, maka pada saat itu hilanglah semua pahala amal ibadahmu, sementara engkau tidak menyadarinya, bahkan mungkin engkau menikmatinya.
Hidup ini adalah ibadah, dimana kita dituntut oleh Allah agar terus ikhlas dan tidak menyekutukan-Nya dengan tujuan lain dalam ibadah dan perjuangan Allah berfirman: _"Siapa yang ingin bertemu Tuhannya, maka jangan ia mensekutukan-Nya dengan yang lain dalam ibadahnya"QS, Al-Khafi: 110
Godaan perubahan orientasi dan niat itu sangat sensitif dan halus, di jalan menuju masjid, di dalam masjid bahkan di dalam sholatpun niat dan tujuan kita bisa berubah seketika karena bisikan syetan. Anda berada dalam tugas dakwah, mengajar, berjihad dan seterusnya tidak luput dari bisikan halus syetan. Godaan pujian, penilaian dan popularitas dimata manusia sangat sulit dihindari bila tidak disadari.
Pada level ini, tidak semua semua Ulama, Da'i dan Ustadz atau kyai lolos dan lulus, banyak yang rontok dan terjerumus.
Ada hadits panjang yang sangat ditakuti oleh para ulama salaf, ringkasnya adalah "Pada hari kiamat Allah Ta'ala menanyakan sekelompok Mujahid, Ulama dan Qari', "mengapa engkau berjihad?..Aku berjihad untuk meninggikan agama-Mu, Allah berfirman: "Kamu dusta, kamu berjihad agar disebut mujahid, dan manusia telah menggelarmu mujahid, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka jahannam, demikian pula dengan para Ulama dan Qari tersebut" [HR. Muslim, Ahmad & Ibnu Majah].
Perhatikan hadits shahih di atas, bagaimana amal fisik yang hebat, berubah jihad di medan perang, dakwah dengan ilmu dan baca Al-Qur'an para hafidz hasilnya dilemparkan ke dalam neraka jahannam, karena tercemarnya tujuan dan misi yang ada dalam hati.
Oleh karena itu, hati bila tidak sering diluruskan dan didudukkan pada niat aslinya akan menghasilan amal yang sia-sia. Ibnu Qayim rahimahullah berkata: _"Seorang yang tidak sempat Qiyam Lail, karena rasa penat dan kelelahan, lalu ia sedih dan menyesal dipagi harinya, jauh lebih baik dari seorang yang melakukan Qiyamullail semalam suntuk, lalu dia bangga dengan ibadahnya di pagi harinya"_.
Berapa banyak hamba yang beribadah dan berdakwah puluhan tahun, namun hilang seluruhnya, hanya karena mereka menukarnya dengan, pujian dan penilaian manusia atas kerja dan amanah yang diberikan pada mereka, dia menilai bahwa kesholehan dan dakwah keumatan yang dilakukannya selama ini memang pantas untuk pujian manusia.
Oleh karenanya, bila kita merasa bahwa berjuang melawan godaan harta, tahta, dan wanita itu berat, maka ketahuilah itu baru fase godaan anak-anak dan remaja, mestinya godaan fase material seperti ini, tidak lagi menjadi masalah bagi para salikin dakwah dan mukminin.
Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, seorang ulama dunia kontemporer, beliau telah melahirkan ribuan ulama dunia dan karya ilmiah, suatu ketika dalam konferensi ulama dunia, beliau dipuji dan disebutkan jasanya atas dunia Islam oleh seorang peserta konfrensi, beliau lalu menyampaikan cermah kurang lebih isinya: _"Wahai saudaraku para Ulama, tolong jangan menyebut-nyebut amal dan kebaikanku, karena aku takut, semua pahala perjuanganku untuk Rabb-ku dan agamaku, tidak akan aku dapati lagi di akhirat karena kalian sudah sebutkan di dunia"_.
Mengapa banyak kaum salaf tidak sering mengomentari perbedaan pendapat dalam masalah furuiyah yang terjadi ditengah umat, diantaranya karena mencegah godaan riya dan ujub, sebab bahaya ujub dalam hati lebih berbahaya dari amal-amal yang dilakukan berdasarkan dalil yang mukhtalaf fiih.
Saudaraku para Ustadz, Da'i dan Ulama, sesungguhnya marhalah perjuangan melawan godaan materi telah lewat, karena godaan dan tantangan sesungguhnya adalah godaan yang bersifat abstrak dan bathin yaitu HATI. Seluruh upaya puncak syetan dalam menggoda dan menggelincirkan hamba adalah di HATI, makanya Allah, Rasul dan para Salaf selalu mengingatkan kita untuk mengontrol dan memenej HATI dengan baik.
Bekasi, 1 Muharram 1445H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar