Selasa, 17 September 2024

Bersyukur

 SYUKUR


Iman Santoso, Lc.


Allah Ta’ala berfirman: 


فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ 


_“Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”_ (QS An-Naml 40 ) 


Itulah nabi Sulaiman as, seorang rasul dan raja.  Mendapatkan puncak keni’matan dunia dengan ditundukkannya mahluk Allah padanya, beliau bersyukur kepada Allah. Pada sisi yang berlawanan saat Qarun mendapatkan karunia harta yang sangat banyak, dia berkata, “ Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali  dari hasil kehebatan ilmuku” (QS Al-Qashash 78). 

Dua kisah yang bertolak belakang menghasilkan akhir kesudahan yang berbeda. Nabi Sulaiman as mendapatkan karunia di dunia dan akhirat, sedangkan Qarun, harta yang diberikan Allah padanya di dunia menyebabkannya  diadzab Allah di dunia dan akhirat karena kekufurannya akan ni’mat Allah. 


Demikianlah bahwa fragmen hidup manusia tidak terlepas dari dua golongan tersebut. _Golongan pertama_, manusia yang mendapatkan ni’mat Allah dan mereka mensyukurinya dengan sepenuh hati. Dan _golongan kedua_, manusia yang mendapatkan banyak ni’mat lalu mereka kufur atas ni’mat tersebut.


Golongan pertama yaitu para nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin ( QS 4: 69-70). Golongan kedua mereka inilah para penentang kebenaran, seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, Abu Jahal dan para pengikut mereka dari masa ke masa.  Orang yang bersyukur akan mendapat tambahan ni'mat dan puncaknya, meraih puncak ni'mat di surga. Sebaliknya bagi orang yang kufur, maka akan mendapatkan adzab, puncaknya adzab di neraka. 


وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد


_Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”_ (QS Ibrahim: 7 )


Sedangkan secara kolektif kemasyarakatan, syukur akan menghasilkan kesejahteraan, kedamaian dan kufur akan menyebabkan; kesempitan, kegersangan dan kesusahan. Allah berfirman:


وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ 


_“ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan ( dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni’mat-ni’mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”_ (QS An Nahl 112)


NI’MAT ALLAH


Sejatinya ni’mat Allah itu sangat banyak dan tidak terhitung. Sungguh betapa zhalimnya manusia, bergelimangan dengan ni’mat Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya (QS 14: 34). Ni’mat yang Allah berikan kepada manusia mencakup aspek lahir (zhaahirah)  dan batin (baatinah) serta gabungan dari keduanya. Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam keni’matan itu dan mengingatkan kepada manusia agar bersyukur terhadap  ni’mat tersebut, dengan menyebutkan ayat secara  berulang-ulang sebanyak 31 kali, “ Maka ni’mat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan ?” 


Dimulai dengan ungkapan yang sangat indah, nama Allah, Dzat Yang Maha Pemurah, Ar-Rahmaan. Urutan ni’mat yang disebutkan dalam surat Ar-Rahman adalah, ni’mat Al-Qur’an; ni’mat penciptaan manusia dan ni’mat kemampuan  berbicara atau orasi, ni’mat menulis atau literasi. Selanjutnya banyak ni’mat lain disebutkan dalam surat ini,  “ Maka ni’mat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan ?”


Secara umum ni’mat yang Allah berikan kepada manusia terbagi menjadi tiga, ni’mat Pedoman Hidup _(Manhajul Hayah)_, ni’mat Sarana Kehidupan _(Wasailul Hayah)_ dan Ni’mat Kemenangan _(gabungan antara Manhajul Hayah dan Wasailul Hayah)_


_Pedoman Hidup (Manhajul Hayah)_


Ni’mat pedoman hidup  yaitu;  ni’mat Iman, ni’mat Islam dan ni’mat  al-Qur’an.  Ni’mat ini lebih besar dari seluruh harta dunia dan seisinya. Ni’mat ini mengantarkan orang-orang beriman dapat menjalani hidupnya dengan lurus, penuh kejelasan dan terang benderang. Mereka mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram. 


Al-Qur’an banyak sekali membuat perumpamaan orang yang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, diantaranya digambarkan seperti binatang secara umum dan  binatang tertentu secara khusus, seperti; anjing, keledai, kera dan babi (QS, 7: 176, 62:5, 8: 55, 5:60). Diumpamakan juga seperti orang yang berjalan dengan kepala (67: 22), buta dan tuli (5:71), jatuh dari langit dan disambar burung (22: 31) kayu yang tersandar (63:4 ) dan lainnya.  


_Sarana Hidup ( Wasailul Hayah)_


Dalam surat An-Nahl ayat 78, ada ni’mat yang lain yang harus disyukuri manusia, “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.


Cobalah renungkan ! Bagaimana jika manusia hidup di dunia dalam kondisi buta, maka dia tidak dapat melihat. Seluruh yang ada dihadapannya adalah sama. Tidak dapat melihat keindahan warna-warni dan tidak dapat melihat keindahan alam semesta. Coba sekali lagi renungkan ! Bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta dan tuli. Maka dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dan coba sekali lagi renungkan ! Jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta, tuli dan gila. Maka hidupnya dihabiskan di rumah sakit, menjadi beban yang lainnya. Demikianlah ni’mat penglihatan, pendengaran dan akal. Demikianlah ni’mat sarana kehidupan yang lain seperti bumi dengan segala isinya dll. 


_Pertolongan (An-Nashr)_


Ada satu bentuk keni’matan lagi yang akan Allah berikan kepada orang-orang beriman disebabkan mereka  komitmen dengan manhaj Allah dan berdakwah untuk menegakkan sistem Islam, yaitu  pertolongan Allah, “ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad 7).


Pertolongan Allah itu sangat banyak bentuknya, diantaranya perlindungan dan tempat menetap (al-iwaa), dukungan Allah sehingga menjadi kuat (ta’yiid), rizki yang baik-baik, kemenangan (al-fath), kekuasaan (al-istikhlaaf), pengokohan agama (tamkinud-din) dan berbagai macam bentuk pertolongan Allah yang lain (QS Al-Anfaal  26, as-Shaaf 10-13 dan An-Nuur 55). 


Segala bentuk keni’matan tersebut baik yang zhahir, bathin, maupun gabungan antara keduanya haruslah direspon dengan syukur secara optimal. 


Cara Bersyukur


Bersyukur harus memenuhi  tiga unsur, i'tiraf (pengakuan hati); lisan (memuji Allah dengan mengucapkan tahmid) dan anggota badan dengan mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangannya, atau bertaqwa. Allah berfirman: 


وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 


_Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur. (QS Ali-Imran 123)._


Tidak ada komentar:

Posting Komentar