Kamis, 26 September 2024

Terlarang, berhubungan dengan jin

 Tidak boleh berhubungan dengan Jin


Sebagaimana malaikat, kita tidak dapat mengetahui informasi tentang jin serta alam ghaib lainnya kecuali melalui khabar shadiq (riwayat & informasi yang shahih) dari Rasulullah saw baik melalui Al-Quran maupun Hadits beliau yang shahih. Alasan nya adalah karena kita tidak dapat berhubungan secara fisik dengan alam ghaib dengan hubungan yang melahirkan informasi yang meyakinkan atau pasti.

Manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk melakukan muamalah (pergaulan) dengan sesama manusia, karena tujuan hubungan sosial adalah untuk melahirkan ketenangan hati, kerja sama yang baik, saling percaya, saling menyayangi dan saling memberi. Semua itu dapat berlangsung dan terwujud dengan baik, karena seorang manusia dapat mendengarkan pembicaraan saudaranya, dapat melihat sosok tubuhnya, berjabatan tangan dengannya, melihatnya gembira sehingga dapat merasakan kegembiraan nya, dan melihatnya bersedih sehingga bisa merasakan kesedihannya.

Allah swt mengetahui fitrah manusia yang cenderung dan merasa tenteram bila bergaul dengan sesama manusia, oleh karena itu, Dia tidak pernah menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan dengan makhluk ghaib yang asing bagi manusia. Bahkan Allah swt tidak memerintahkan kita untuk berkomunikasi dengan malaikat sekalipun, padahal semua malaikat adalah makhluk Allah yang taat kepada-Nya. Para nabi dan rasul alahimussalam pun hanya berhubungan dengan malaikat karena perintah Allah swt dalam rangka menerima wahyu, dan amat berat bagi mereka jika malaikat menampakkan wujudnya yang asli di hadapan mereka. Oleh karena itu tidak jarang para malaikat menemui Rasulullah saw dalam wujud manusia sempurna agar lebih mudah bagi Rasulullah saw untuk menerima wahyu.

Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman:

Makna “dari jenismu sendiri’ adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan.

Beberapa Informasi tentang  Jin dari Al-Quran & Hadits

a.  Jin diciptakan dari api dan diciptakan sebelum manusia

Perbedaan asal penciptaan ini menyebabkan manusia tidak dapat berhubungan dengan jin, sebagaimana manusia tidak bisa berhubungan dengan malaikat kecuali jika jin atau malaikat menghendakinya. Apabila manusia meminta jin agar bersedia berhubungan dengannya, maka pasti jin tersebut akan mengajukan syarat-syarat tertentu yang berpotensi menyesatkan manusia dari jalan Allah swt.

b.  Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan

Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada kaum laki-laki nya (rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti ada kaum perempuannya (karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang biak.

c. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin

Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan mereka secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun terjadi hubungan, maka kita berada pada posisi yang lemah, karena kita tidak dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita.

d. Bahwa di antara bangsa jin ada yang beriman dan ada pula yang kafir, karena mereka diberikan iradah (kehendak) dan hak memilih seperti manusia.

Meskipun ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib, maka tidak mungkin muncul ketenteraman hati dan kepercayaan penuh bagi kita terhadap keislaman mereka, apakah benar jin yang mengaku muslim jujur dengan pengakuannya atau dusta?! Kalau benar, apakah mereka muslim yang baik atau bukan?! Bahkan kita harus waspada dengan tipu daya mereka.

Berhubungan dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya besar bagi pelakunya. Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:

وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. رواه مسلم

Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)

Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6).

Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk kampung dari bangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka.

Tujuan seorang muslim melakukan hubungan sosial adalah dalam rangka beribadah kepada Allah swt dan berusaha meningkatkannya atau untuk menghindarkan dirinya dari segala hal yang dapat merusak ibadahnya kepada Allah. Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut. Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah swt.

Bagaimana berhubungan dengan jin yang mengaku muslim? Kita tetap tidak dapat memastikan kebenaran pengakuannya karena kita tidak dapat melihat apalagi menyelidiki nya. Bila jin tersebut muslim sekalipun, bukan menjadi jaminan bahwa ia adalah jin muslim yang baik dan taat kepada Allah.

Di samping itu, tidak ada manusia yang dapat menundukkan jin sepenuhnya (taat sepenuhnya tanpa syarat) selain Nabi Sulaiman as dengan doanya:

Sulaiman berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. (Shad (38): 35).

Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billah.








Selasa, 17 September 2024

Bersyukur

 SYUKUR


Iman Santoso, Lc.


Allah Ta’ala berfirman: 


فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ 


_“Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”_ (QS An-Naml 40 ) 


Itulah nabi Sulaiman as, seorang rasul dan raja.  Mendapatkan puncak keni’matan dunia dengan ditundukkannya mahluk Allah padanya, beliau bersyukur kepada Allah. Pada sisi yang berlawanan saat Qarun mendapatkan karunia harta yang sangat banyak, dia berkata, “ Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali  dari hasil kehebatan ilmuku” (QS Al-Qashash 78). 

Dua kisah yang bertolak belakang menghasilkan akhir kesudahan yang berbeda. Nabi Sulaiman as mendapatkan karunia di dunia dan akhirat, sedangkan Qarun, harta yang diberikan Allah padanya di dunia menyebabkannya  diadzab Allah di dunia dan akhirat karena kekufurannya akan ni’mat Allah. 


Demikianlah bahwa fragmen hidup manusia tidak terlepas dari dua golongan tersebut. _Golongan pertama_, manusia yang mendapatkan ni’mat Allah dan mereka mensyukurinya dengan sepenuh hati. Dan _golongan kedua_, manusia yang mendapatkan banyak ni’mat lalu mereka kufur atas ni’mat tersebut.


Golongan pertama yaitu para nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin ( QS 4: 69-70). Golongan kedua mereka inilah para penentang kebenaran, seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, Abu Jahal dan para pengikut mereka dari masa ke masa.  Orang yang bersyukur akan mendapat tambahan ni'mat dan puncaknya, meraih puncak ni'mat di surga. Sebaliknya bagi orang yang kufur, maka akan mendapatkan adzab, puncaknya adzab di neraka. 


وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد


_Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”_ (QS Ibrahim: 7 )


Sedangkan secara kolektif kemasyarakatan, syukur akan menghasilkan kesejahteraan, kedamaian dan kufur akan menyebabkan; kesempitan, kegersangan dan kesusahan. Allah berfirman:


وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ 


_“ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan ( dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni’mat-ni’mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”_ (QS An Nahl 112)


NI’MAT ALLAH


Sejatinya ni’mat Allah itu sangat banyak dan tidak terhitung. Sungguh betapa zhalimnya manusia, bergelimangan dengan ni’mat Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya (QS 14: 34). Ni’mat yang Allah berikan kepada manusia mencakup aspek lahir (zhaahirah)  dan batin (baatinah) serta gabungan dari keduanya. Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam keni’matan itu dan mengingatkan kepada manusia agar bersyukur terhadap  ni’mat tersebut, dengan menyebutkan ayat secara  berulang-ulang sebanyak 31 kali, “ Maka ni’mat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan ?” 


Dimulai dengan ungkapan yang sangat indah, nama Allah, Dzat Yang Maha Pemurah, Ar-Rahmaan. Urutan ni’mat yang disebutkan dalam surat Ar-Rahman adalah, ni’mat Al-Qur’an; ni’mat penciptaan manusia dan ni’mat kemampuan  berbicara atau orasi, ni’mat menulis atau literasi. Selanjutnya banyak ni’mat lain disebutkan dalam surat ini,  “ Maka ni’mat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan ?”


Secara umum ni’mat yang Allah berikan kepada manusia terbagi menjadi tiga, ni’mat Pedoman Hidup _(Manhajul Hayah)_, ni’mat Sarana Kehidupan _(Wasailul Hayah)_ dan Ni’mat Kemenangan _(gabungan antara Manhajul Hayah dan Wasailul Hayah)_


_Pedoman Hidup (Manhajul Hayah)_


Ni’mat pedoman hidup  yaitu;  ni’mat Iman, ni’mat Islam dan ni’mat  al-Qur’an.  Ni’mat ini lebih besar dari seluruh harta dunia dan seisinya. Ni’mat ini mengantarkan orang-orang beriman dapat menjalani hidupnya dengan lurus, penuh kejelasan dan terang benderang. Mereka mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram. 


Al-Qur’an banyak sekali membuat perumpamaan orang yang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, diantaranya digambarkan seperti binatang secara umum dan  binatang tertentu secara khusus, seperti; anjing, keledai, kera dan babi (QS, 7: 176, 62:5, 8: 55, 5:60). Diumpamakan juga seperti orang yang berjalan dengan kepala (67: 22), buta dan tuli (5:71), jatuh dari langit dan disambar burung (22: 31) kayu yang tersandar (63:4 ) dan lainnya.  


_Sarana Hidup ( Wasailul Hayah)_


Dalam surat An-Nahl ayat 78, ada ni’mat yang lain yang harus disyukuri manusia, “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.


Cobalah renungkan ! Bagaimana jika manusia hidup di dunia dalam kondisi buta, maka dia tidak dapat melihat. Seluruh yang ada dihadapannya adalah sama. Tidak dapat melihat keindahan warna-warni dan tidak dapat melihat keindahan alam semesta. Coba sekali lagi renungkan ! Bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta dan tuli. Maka dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dan coba sekali lagi renungkan ! Jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta, tuli dan gila. Maka hidupnya dihabiskan di rumah sakit, menjadi beban yang lainnya. Demikianlah ni’mat penglihatan, pendengaran dan akal. Demikianlah ni’mat sarana kehidupan yang lain seperti bumi dengan segala isinya dll. 


_Pertolongan (An-Nashr)_


Ada satu bentuk keni’matan lagi yang akan Allah berikan kepada orang-orang beriman disebabkan mereka  komitmen dengan manhaj Allah dan berdakwah untuk menegakkan sistem Islam, yaitu  pertolongan Allah, “ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad 7).


Pertolongan Allah itu sangat banyak bentuknya, diantaranya perlindungan dan tempat menetap (al-iwaa), dukungan Allah sehingga menjadi kuat (ta’yiid), rizki yang baik-baik, kemenangan (al-fath), kekuasaan (al-istikhlaaf), pengokohan agama (tamkinud-din) dan berbagai macam bentuk pertolongan Allah yang lain (QS Al-Anfaal  26, as-Shaaf 10-13 dan An-Nuur 55). 


Segala bentuk keni’matan tersebut baik yang zhahir, bathin, maupun gabungan antara keduanya haruslah direspon dengan syukur secara optimal. 


Cara Bersyukur


Bersyukur harus memenuhi  tiga unsur, i'tiraf (pengakuan hati); lisan (memuji Allah dengan mengucapkan tahmid) dan anggota badan dengan mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangannya, atau bertaqwa. Allah berfirman: 


وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 


_Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur. (QS Ali-Imran 123)._


Jumat, 13 September 2024

Ada Lima kewajiban muslim

 

Mendengar, satu di antara kewajibam muslim

Iman Santoso, Lc.

وعن الْحَارِثَ الْأَشْعَرِيَّ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أنه قال: «آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ الله أَمَرَنِي بِهِنَّ: السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ، وَالْجِهَادُ، وَالْهِجْرَةُ وَالْجَمَاعَةُ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيدَ شِبْرٍ؛ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَّا أَنْ يَرْجِعَ، وَمَنْ ادَّعَى دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ، فَإِنَّهُ مِنْ جُثَا جَهَنَّمَ»، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ الله وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ؟، قَالَ: «وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ؛ فَادْعُوا بِدَعْوَى الله الَّذِي سَمَّاكُمْ الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ الله»، رواه أحمد، والترمذي، وقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Dari Al-Harits Al-Asyari ra dari Nabi saw bersabda, "Saya perintahkan pada kalian dengan lima hal, dimana Allah memerintahkanku dengannya; mendengar, taat, jihad, hijrah dan jamaah. Sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah satu jengkal, maka telah melepaskan ikatan Islam di lehernya, kecuali ia kembali. Siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka dia bagian dari bangkai jahannam. Berkata seseorang, "Ya Rasulullah saw, walaupun ia sholat dan puasa ? Rasul saw bersabda," Walaupun ia sholat dan puasa, maka serulah dengan seruan Allah yang telah menamakan dirimu muslimin mukminin hamba-hamba Allah" (HR Ahmad dan At-Tirmidzi dan berkata, hadits ini hasan shahih).

Hadits Rasul saw ini merupakan petunjuk, panduan dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Pada saat Rasul saw masih hidup hadits ini pelaksanaannya sangat jelas, demikian juga saat  pemerintahan Islam di masa Khulafur Rasyidin, bahkan di masa Bani Umayyah sampai  khilafah Turki Utsmani.  

Namun, setelah khilafah Turki Utsmani jatuh,  umat Islam terpecah ke dalam berbagai negara bangsa, mayoritasnya negara sekuler, maka umat Islam kehilangan kekuatan, kepemimpinan dan jamaah yang menyatukan mereka. Bahkan, Palestina, tanah waqaf Islam, juga jatuh ke tangan penjajah, sampai sekarang. 

Sehingga  5 kewajiban ini sangat penting untuk dilaksanakan setiap muslim, yaitu; mendengar, taat, jihad, hijrah dan jamaah. Hadits riwayat Ahmad menyebutkan urutannya, jamaah dahulu, baru mendengar, taat, hijrah dan jihad. 

1. Mendengar (As-Sam'u)

Maksudnya adalah menerima, disebutkan dalam kitab 'Aridhotul Ahwadzi, yang dimaksud mendengar disini bukan menangkap secara fisik, tetapi al-qabul atau menerima,  termasuk menerima arahan  pimpinan Islam yang bukan maksiat. Inilah dasar dari agama dan prinsip dalam kebaikan.

2. Taat 

Langkah kedua adalah taat, yang merupakan buah dari sikap menerima. Lawan taat adalah maksiat atau menyimpang yang mencakup semua dosa, besar dan kecil serta berbagai macam kesalahan. 

Berkata Al-Mubarokfuri dalam syarh At-Tirmidzi, mendengar (menerima) dan taat kepada pemimpin pada sesuatu yang bukan kemaksiatan. 

Mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya bersifat mutlaq adapun mendengar dan taat pada ulul amri dari orang beriman dan  pemimpin Islam bersifat muqoyyad atau terbatas pada sesuatu  yang bukan maksiat. 

3. Jihad. 

 Jihad adalah mengerahkan segala potensi untuk menegakkan kalimat Allah.  Jihad fisabilillah  dilakukan dengan segala bentuknya, baik dengan harta maupun jiwa. Dalam banyak ayat dan hadits jihad, khususnya perang dilakukan atas perintah pemimpin dan tidak dapat dilakukan sendiri. 

4. Hijrah. 

Hijrah secara umum terbagi dua, hijrah makaniyah (tempat) dan hijrah ma'nawiyah (nilai). Hijrah nilai adalah kewajiban bagi setiap muslim, kapan saja dan dimana saja. Rasulullah saw bersabda:

 «المهاجر من هجر ما نهى الله عنه»؛ 
"Muhajir adalah orang yang hijrah (meninggalkan) dari apa yang dilarang Allah" (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan hijrah tempat, seperti hijrah dari negeri kafir ke negeri muslim, atau negeri zhalim ke negeri adil dilakukan sesuai arahan pemimpin Islam, sebagaimana Rasul saw memerintahkan sahabatnya berhijrah ke Habasyah, hijrah berikutnya  ke Madinah. 
 
5. Jamaah. 

Abu Ishak As-Syatibi dalam kitabnya Al-I'tisham menyebutkan makna jamaah ada 5, yaitu: 
1. As-Sawadul Azham (mayoritas umat Islam) 
2. Jamaah para ulama mujtahidun. 
3. Khusus para sahabat Nabi saw. 
4. Jamaah ahlul Islam. 
5. Jamaatul muslimin. 

Jika kita melihat realitas sekarang, maka 5 kewajiban ini saling terkait, ketika Rasulullah saw hidup, maka yang dimaksud mendengar, taat, hijrah, jihad dan  jamaah, semua terkait Rasul saw. Mendengar dan taat pada Rasul saw, hijrah dan jihad bersama Rasul saw dan sesuai dengan perintahnya.  Begitu juga jamaah berarti jamaah Rasul saw. 

Demikian juga setelah Rasul saw wafat dan pemimpin Islam berpindah ke Khulafaur Rasyidin selanjutnya para pemimpin Islam  dari Bani Umayyah sampai Turki Utsmani, maka mereka adalah representasi jamaatul muslimin dan kelima kewajiban di atas dapat dilaksanakan dengan baik. 

Setelah Turki Utsmani jatuh sampai sekarang, maka kelima kewajiban tersebut seolah kehilangan legalitas dan otoritasnya. Sehingga kewajiban utama yang mendesak bagi umat Islam yaitu bahwa mereka harus berjamaah atau mengikuti jamaah atau bergabung dalam jamaah, dimana disitu ada pemimpinnya, umat Islam  mendengar dan taat, hijrah dan bergabung ke dalam jamaah tersebut. Dan jihad fi sabilillah dapat ditegakkan melalui jamaah tersebut. 

Demikianlah bahwa hadits di atas menekankan pentingnya berjamaah, dan tidak keluar dari jamaah, bahkan siapa yang keluar dari jamaah seperti telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya. Hadits juga mengingatkan bagi setiap muslim untuk tidak menyeru dengan seruan Jahiliyah, seperti asobiyah, kebanggan terhadap aturan, prilaku dan tardisi yang bertentangan dengan Islam. 

Kehidupan Istri Rasulullah dan pernik kehidupan berkeluarga

 Melihat Keluarga Rasulullah

Siti Khadijah merupakan istri yang paling dicintai Nabi Muhammad. Bahkan, selama 25 tahun pernikahan mereka, Rasulullah tidak

pernah menikah dengan perempuan lain. Nabi Muhammad baru menikah lagi setelah Siti Khadijah meninggal pada hari kesebelas Ramadan tahun ke-10 kenabian, atau sekitar tahun 619 Masehi di Mekah sebelum hijrah.


Kemudian Rasulullah Saw menikah dengan Saudah ra dan setelah itu menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq. Aisyah merupakan satu-satunya istri Nabi Muhammad yang masih gadis, sementara yang lain berstatus janda. Dalam sebuah riwayat, Aisyah

pernah mengungkapkan bahwa alasan pernikahannya dengan Nabi Muhammad berawal dari mimpi nabi Muhammad  didatangi Jibril yang membawa secarik kain sutra dengan gambar Aisyah. Mimpi tersebut datang sebanyak tiga kali berturut-turut, yang menjadi salah satu alasan Nabi memutuskan untuk menikahi Aisyah. Rasulullah Saw bersabda:

"Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, 'Ini adalah istrimu'. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, 'Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti akan menjadikannya nyata'."(HR. Bukhari dan Muslim)


Aisyah hidup bersama Nabi Muhammad SAW kurang lebih sembilan tahun—hingga Nabi wafat. Mereka mengarungi bahtera rumah

tangga dengan penuh keridhaan dan kasih sayang.  Aisyah memiliki kedudukan dan keistimewaan tersendiri di hati Nabi. Ia juga

begitu dicintai Nabi sehingga sebagian sahabat menyebutnya dengan ‘kekasih Rasulullah’. 

Pada suatu kesempatan,  Aisyah pernah bertanya perihal bagaimana cinta Nabikepadanya. Beliau menjawab, cintanya kepada Aisyah itu seperti 'simpul tali' yang tidak pernah berubah. Atas hal itu, Nabi Muhammad meminta kepada para sahabatnya agar juga mencintai Aisyah dan tidak menyakitinya. 


Aisyah dan Nabi Muhammad kerap kali bermanja-manjaan, baik melalui ucapan maupun tindakan.  Nabi seringkali memanggil Aisyah dengan panggilan sayang seperti Humaira—isim tasghir, bentuk kata yang

bermakna sesuatu yang mungil untuk memanjakan dan menunjukkan kecintaan.

Humairah berasal dari kata hamra yang berarti putih kemerah-merahan. Nabi terkadang juga menyapa Aisyah dengan ‘Aisy’, dengan gaya bahasa tarkhim—membuang huruf terakhir untuk menunjukkan kemanjaan dan kesayangan. Ketika istrinya tersebut marah, Nabi mencubit hidungnya dan memanggilnya dengan Uways (panggilan kecil Aisyah).("Kemesraan Nabi Bersama Istri; Adib al- Kamdani, 2007),


Dalam suatu hadits riwayat Bukhari, Muslim,dan Ibnu Hibban, Sayyidah Aisyah mengaku pernah mandi junub bersama dengan Nabi.

Jadi tangan mereka bergantian mengambil air dari satu bejana. Nabi juga pernah mencium Aisyah padahal keduanya tengah berpuasa di

siang hari bulan Ramadhan.  Aisyah juga sering diajak Nabi Muhammad bermain-main. Teman-temannya didatangkan ke rumah untuk

bermain bersama. Digendong Nabi di atas punggungnya ketika  menonton pentas tari yang dimainkan Bani Arfadah pada hari raya.


Meski demikian, kehidupan rumah tangga Aisyah dan Nabi Muhammad juga mengalami gelombang persoalan. Tidak romantis terus-

terusan dan berjalan tanpa masalah. Karena cemburu, hoaks, hingga persoalan ekonomi menjadi bumbu rumah tangga mereka berdua. 


Rumah tangga nabi Saw dan Aisyah pernah bergejolak saat kaum munafik dan para bazer melontarkan tuduhan palsu, haditsul ifki,

tentang Aisyah dan sahabat Shafwan sekembalinya dari perang bani Musthalik.

Tuduhan hoax ini sempat viral di Madinah yang kemudian menyebabkan Rasulullah Saw gelisah dan memulangkan Aisyah kerumah orangtuanya. Bukan karena beliau Saw tidak percaya dengan kesucian Aisyah, tetapi karena kuatnya berita gosip. Berita yang digosok

tambah sip. Sampai kemudian Allah membantahnya melalui wahyu dalam surat An Nur: 11-20 tentang bersihnya Aisyah serta pentingnya  tabayun dan tidak mudah terprovokasi oleh berita dari orang orang

munafik yang KTP muslim tapi sesungguhnya membenci Islam.


Sebagai "kekasih kesayangan nabi", Aisyah menegaskan bahwa dirinya tidak pernah cemburu dengan istri-istri Nabi yang lainnya,

kecuali  Khadijah, cinta pertama dan istri pertama beliau Saw yang sudah wafat.

Kalaupun ada, kadang Aisyah cemburu kepada Zainab binti Jahsy, istri dan sekaligus sepupu nabi.  Zainab dinikahi karena perintah Allah dalam Al Ahzab ayat 37.  Menurut Aisyah, Zainab adalah istri nabi yang kecantikannya setara dengannya.


Di sisi lain,  Aisyah menjadi pusat kecemburuan istri-istri Nabi yang lainnya. Bagaimana tidak,para sahabat sering kali memberi Nabi hadiahketika beliau berada di rumah Aisyah.

Sementara ketika di rumah istrinya yang lain,tidak. Atas hal itu, Ummu Salamah—yang mewakili ummul mukminin lainnya—mengadu

kepada Nabi. Ia minta kepada Nabi agar memerintahkan orang-orang tidak hanya memberi hadiah ketika beliau berada di rumah

Aisyah saja, tetapi juga ketika di rumah istrinya yang lain. Menaggapi itu nabi Saw bersabda:"Hai Ummu Salamah, janganlah engkau sakiti aku dalam urusan Aisyah. Sebab, demi Allah,

tidak ada wahyu yang turun kepadaku saat akuberada dalam selimut seorang istri di antara kalian kecuali dia." 


Suatu riwayat menyebutkan bahwa nabi pernah bermunajat kepada Allah perihal istri istrinya:

Ya Allah sesungguhnya apa yang aku miliki telah aku berikan secara adil, tetapi masalah hati, ia adalah milik Mu...


Maksudnya adalah kepada para istrinya, Rasulullah Saw telah membagi secara adil tentang waktu kunjungan, perhatian, perlindungan dan nafkah. Tapi rasa cinta yang lebih besar kepada Aisyah adalah kehendak Allah, yang nabi tidak mampu membagi rata.

Namun begitu bukan berarti beliau tidak mencintai istrinya yang lain. 

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku"  (HR Muslim).


Karena itu, nabi tidak pernah KDRT kepada istri istrinya. "Aisyah ra. pernah bertutur: Suamiku tidak pernah memukul istrinya meskipun hanya sekali." (HR Nasa'i).


Wallahua'lam bi shawab 

(Ghufron Azis Fuadi)

Tafsir surat yaasiin

 

SURAT YASIN AYAT 1-7


{يس (1) وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (3) عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4) تَنزيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5) لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6) لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (7) }


"Ya sin. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman."


Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan huruf-huruf yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur'an, yaitu di dalam tafsir surat Al-Baqarah.


Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, Ikrimah, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Sufyan ibnu Uyaynah, bahwa Yasin artinya ya insan alias hai manusia.


Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa memang seperti itulah maknanya dalam bahasa Habsyah (Etiopia).


Malik ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, Yasin adalah salah satu dari asma Allah Subhanahu wa Ta'ala


{وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ}


"Demi Al-Qur'an yang penuh dengan hikmah." (Yasin: 2)


Yakni yang muhkam, yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya.


{إِنَّكَ} يَا مُحَمَّدُ {لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ  عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


"Sesungguhnya kamu [Hai Muhammad] salah seorang dari rasul-rasul (yang berada) di atas jalan yang lurus." (Yasin: 3-4)


Artinya, berada pada suatu tuntunan, agama yang benar, dan syariat yang lurus


{تَنزيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ}

 

"(Sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang." (Yasin: 5)


Yaitu jalan, tuntunan dan agama yang engkau sampaikan ini diturunkan keterangannya dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ  صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ}


"Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan." (Asy-Syura: 52-53)


Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


{لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ}


" Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai." (Yasin: 6)


Yang dimaksud dengan 'mereka' adalah orang-orang Arab, karena sesungguhnya belum pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan sebelum Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam. 


Penyebutan 'mereka' secara tersendiri, bukan berarti meniadakan yang lainnya. Sebagaimana penyebutan beberapa orang tertentu, tidak meniadakan pengertiannya secara umum. 


Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan ayat-ayat dan hadis-hadis yang mutawatir, yang menunjukkan bahwa kerasulan Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam bersifat umum untuk seluruh umat manusia, yaitu pada tafsir firman-Nya:


{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}


"Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semuanya.” (Al-A'raf: 158)


Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


{لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ}


" Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka." (Yasin: 7)


Ibnu Jarir mengatakan bahwa azab Allah telah dipastikan atas sebagian besar dari mereka. Dengan kata lain, Allah telah menetapkan di dalam Lauh Mahfuz, bahwa sebagian besar dari mereka tidak beriman.


{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}


" Karena mereka tidak beriman." (Yasin: 7)


Kepada Allah dan tidak membenarkan rasul-rasul-Nya.

Kamis, 12 September 2024

Rekayasa Informasi

Waspada terhadap berita palsu

Banyak media yang merilis setelahnya, bahwa kejadian 11 Sepember 2001 sebenarnya sudah diketahui pihak Amerika dan Israel, diantaranya. Sumber-sumber yang menginformasikan diantaranya adalah:


1. Berita harian terkemuka di Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), merilis tajuk yang ditulis oleh  Ned Stafford (13 September 2001), berjudul ‘Newspaper: Echelon Gave Authorities Warning Of Attacks’, yaitu  adanya rencana serangan bunuh diri dengan pesawat bajakan yang tengah dipersiapkan terhadap sasaran-sasaran di Amerika.  


2. Majalah Newsweek  (24 September 2001)  menurunkan berita bahwa  sehari sebelum serangan sekelompok pejabat tinggi Pentagon secara tiba-tiba membatalkan rencana kepergian mereka untuk esok harinya karena pertimbangan keamanan. 


3. Brian McWilliams dari  Newsbytes.com melaporkan adanya dua orang karyawan perusahaan Israel Odigo,  cabang di New York  telah menerima peringatan dalam bentuk pesan kilat dua jam sebelum serangan terjadi. 


4. Beberapa orang veteran tentara Israel ditangkap oleh FBI setelah beberapa orang saksi menyatakan melihat mereka menari-nari dan meloncat-loncat kegirangan seraya mengambil foto bencana yang menimpa gedung kembar World Trade Center.  Sesaat foto dicetak ternyata mereka sedang menari-nari itu tersenyum-senyum dengan latar belakang kejadian pembantaian New York itu. 


5. Arsip The Israel Lobby Archive, ditemukan satu dokumen dengan judul  “Perayaan yang menyenangkan saat Serangan World Trade Center 9/11", ada 5 warga negara Israel, ditahan sehubungan dengan penyelidikan Twinbomb, mereka  merekam serangan World Trade Center”. 


6. Penemuan secarik halaman yang berasal dari kitab suci Al-Qur’an, selembar kertas berisi instruksi bagaimana cara menerbangkan pesawat komersial dan sebuah kalkulator tentang konsumsi bahan bakar pesawat dalam  tas jinjing  yang tertinggal di Bandara Logan Boston.  Berdasarkan bukti petunjuk tersebut 19 orang ditangkap, diidentifikasikan dan wajah-wajah mereka ditayangkan di televisi seluruh Amerika.  Namun selang beberapa hari setelah itu, 7 orang pelakunya masih hidup yang mengajukan protes sehubungan dengan tidak keterlibatan mereka. Menteri Dalam Negeri Saudi saat itu, Pangeran Nayef, mengatakan bahwa tujuh orang Saudi yang disebut oleh FBI sebagai tersangka dalam serangan di AS tidak bersalah. 


7. John Martin, mantan kepala keamanan Departemen Kehakiman Amerika menyatakan bahwa ketidakpastian dan sulitnya mengidentifikasikan identitas para pelaku memperlihatkan betapa operasi ini diselimuti oleh tindakan keamanan yang tinggi dan penggunaan nama palsu dimana sesama pelaku saling tidak mengetahui nama aslinya masing-masing.  


8. Direktur FBI, Robert Muller secara terbuka mengakui identitas para pembajak yang menabrakkan pesawatnya ke gedung WTC itu yang bernama Arab masih dipertanyakan, karena identitas itu diduga kuat curian.  


Dari ketidakjelasan  informasi tentang identitas para pembajak ini, dapat dipertanyakan bagaimana seorang Osama  bin Laden yang jauh dari tempat kejadian itu mencuri identitas? 


Apa untuk menutupi jejaknya, sementara tidak lama setelah tragedi tersebut pihak keamanan dan intelijen Amerika justru langsung mengklaim dan menuduhnya sebagai pelaku dan aktor di balik peristiwa tersebut? 


Penghembusan isu krusial soal terorisme oleh Barat terutama AS dan sekutunya kepada dunia Islam berhasil  dan bergulir secara massif termasuk di negeri-negeri yang penduduknys beragama Islam. Tidak terkecuali di Indonesia. 


Dunia Islam terserang Islamophobia yang merupakan program dunia Barat. 


Dunia Islam merasa  terancam oleh sebagian umatnya sendiri yang disangkakan dan dianggap sebagai teroris. 


Maka benarlah yang disabdakan oleh Rasulullah saw. 


Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ


“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak  pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah - rahimahullau-, dalam Majmu' Fatawa menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. 


Syaikhul Islam menerangkan pula bahwa dalam shalat ketika membaca Al Fatihah kita selalu meminta pada Allah agar diselamatkan dari jalan orang yang dimurkai dan sesat yaitu jalannya Yahudi dan Nashrani. Dan sebagian umat Islam ada yang sudah terjerumus mengikuti jejak kedua golongan tersebut. 


Imam Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mengikuti  mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. 


Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”  (Syarh Muslim, 16: 219). 


Hingga hari ini istilah teror dan terorisme masih melekat kuat di benak sebagian orang. Tak terkecuali di kalangan umat Islam sendiri. Utamanya adalah yang terjangkini virus yang bernama 'Islamophobia'. Sampai kapan?. []Acha


Attention:


{ یَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهۡرِ ٱلۡحَرَامِ قِتَالࣲ فِیهِۖ قُلۡ قِتَالࣱ فِیهِ كَبِیرࣱۚ وَصَدٌّ عَن سَبِیلِ ٱللَّهِ وَكُفۡرُۢ بِهِۦ وَٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ وَإِخۡرَاجُ أَهۡلِهِۦ مِنۡهُ أَكۡبَرُ عِندَ ٱللَّهِۚ وَٱلۡفِتۡنَةُ أَكۡبَرُ مِنَ ٱلۡقَتۡلِۗ وَلَا یَزَالُونَ یُقَـٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ یَرُدُّوكُمۡ عَن دِینِكُمۡ إِنِ ٱسۡتَطَـٰعُوا۟ۚ وَمَن یَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِینِهِۦ فَیَمُتۡ وَهُوَ كَافِرࣱ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَـٰلُهُمۡ فِی ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡـَٔاخِرَةِۖ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِیهَا خَـٰلِدُونَ }


bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnahlebih berat daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Surat Al-Baqarah: 217

Penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja.

 Presiden Joko Widodo atau Jokowi melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) resmi mengatur penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja.


Dalam Pasal 103 PP yang ditandatangani pada Jumat, 26 Juli 2024 itu, disebutkan bahwa upaya kesehatan sistem reproduksi usia sekolah dan remaja paling sedikit berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pelayanan kesehatan reproduksi.


Untuk pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi setidaknya berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi; menjaga kesehatan alat reproduksi; perilaku seksual berisiko dan akibatnya; keluarga berencana (KB); melindungi diri dan mampu menolak hubungan seksual; serta pemilihan media hiburan sesuai usia anak.


“Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (kesehatan sistem reproduksi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan melalui bahan ajar atau kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan serta kegiatan lain di luar sekolah,” tulis Pasal 103 ayat (3).


Sementara itu, pelayanan kesehatan reproduksi bagi siswa dan remaja paling sedikit terdiri dari deteksi dini penyakit atau skrining, pengobatan, rehabilitasi, konseling, dan penyediaan alat kontrasepsi.


“Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dilaksanakan dengan memperhatikan privasi dan kerahasiaan, serta dilakukan oleh tenaga medis, tenaga kesehatan, konselor, dan/atau konselor sebaya yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kewenangannya,” seperti dikutip dari Pasal 103 ayat (5).


Kemudian, Pasal 107 menyatakan bahwa upaya kesehatan sistem reproduksi diselenggarakan melalui penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan standar, aman, berkualitas, terjangkau, tidak diskriminatif, menjaga privasi, dan kesetaraan gender.


“Setiap orang berhak memperoleh akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan reproduksi,” bunyi Pasal 107 ayat (2).


Adapun upaya kesehatan reproduksi dilaksanakan oleh tenaga medis, tenaga kesehatan, dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Selanjutnya, upaya kesehatan reproduksi dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.


Selain dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, upaya kesehatan reproduksi dapat dilaksanakan di pos pelayanan terpadu; satuan pendidikan atau sekolah; tempat kerja; lembaga keagamaan, rumah ibadah, atau kantor urusan agama (KUA); rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas); pusat rehabilitasi sosial; serta lembaga kesejahteraan sosial. 

Selasa, 03 September 2024

Strategi Penting dalam Dakwah

 Menjaga Rahasia itu tindakan yang berat


Kota Yatsrib, kemudian menjadi kota Madinah, adalah wilayah yang menjadi tujuan nabi Saw saat hijrah dari kota Mekah. Letak kota ini 435 km disebelah Utara kota Mekah. Tetapi saat nabi berangkat hijrah beliau memulai perjalanan nya dengan menuju ke arah Selatan dan berhenti di gua Tsur yang jaraknya hanya sekitar 7 km dari Ka'bah. 

Mengapa Rasulullah Saw pergi ke arah Selatan dan tidak langsung bergegas kearah Utara. Tentu ini adalah strategi agar perjalanan hijrah dapat berjalan lancar. Juga berdiamnya Nabi selama 3 hari di gua Tsur, yang masih masuk wilayah kota Mekah, juga adalah bagian dari strategi. 

Karena ada ungkapan bahwa persembunyian yang paling aman adalah ditempat yang paling berbahaya.

Dalam Sirah Nabawiyah kita mengetahui bahwa hijrah nabi penuh strategi dan taktik. Mengingat nabi merupakan target yang sudah disepakat para penguasa Mekah, untuk dibunuh. 

Maka saat diketahui bahwa nabi lolos dari pengepungan dan upaya  pembunuhan, diadakanlah sayembara bagi siapa yang bisa menangkap nabi akan diberi hadiah 100 ekor unta, sekarung koin emas serta 4 orang budak perempuan Romawi berkulit putih.

Persembunyian atau perlindungan yang paling aman adalah tempat yang paling berbahaya ada dikisahkan dalam Alquran yang terkait dengan nabi Musa seperti dalam surat al Qashash:

"Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah dia. Dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Qs Al-Qashash [28]: 7)

Kemudian ayat 8 dan 9 nya bayi Musa kemudian dipungut oleh istana dan diangkat menjadi salah satu anak kesayangan istana.Padahal sebelumnya istana baru mengeluarkan dekrit untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil yang lahir pada tahun itu.

Saat Rasulullah saat akan menaklukkan kota Mekah (futuh Mekah), Rasulullah Saw mempersiapkan nya secara rahasia dan berdoa:

"Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba disana (Mekah) secara tiba-tiba."

Namun begitu, kerahasiaan yang dijaga dan dipesankan Rasulullah kepada para sahabat nyaris bocor. Yakni ketika seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat untuk keluarganya di Mekah dengan maksud untuk melindungi, karena nabi dan pasukan yang besar sedang menuju Mekah.Tetapi kemudian langit memberi tahu nabi saw tentang hal tersebut, sehingga kebocoran strategi bisa dicegah.

Dalam dunia politik, bisnis, pergerakan dakwah dan bahkan dalam dunia olahraga strategi dan taktik adalah sesuatu yang harus ada dan sangat dirahasiakan. Strategi yang dipublikasikan atau dibocorkan bukanlah strategi. Kecuali strategi palsu sebagai pengecoh.

Karenanya strategi, termasuk data dan informasi informasi penting tentang pihaknya maupun pihak lawan adalah sesuatu yang dirahasiakan. 

Biasanya hanya para pimpinan pengambil kebijakan yang mengetahuinya. Bahkan komandan lapangan pun hanya mengetahui sebatas ruang lingkupnya, tidak secara keseluruhan. Yang lain termasuk para anggota tidak harus tahu. Cukup mengetahui taktik yang terkait mengamankan dan memenangkan strategi tersebut.Karena terlaku banyak yang tahu, maka akan semakin banyak lobang untuk bocor.Begitupun dalam dunia pergerakan, termasuk pergerakan dakwah. 

Munir al Ghadban dalam buku Manhaj Haraki, menyinggung pentingnya kaidah jahriyatud dakwah wa siriyatut tandzim sebagai salah satu prinsip dalam pergerakan dakwah. Hal ini karena dalam sejarahnya, dahwah tidak pernah sepi dari tantangan dan hambatan. Dalam ungkapan ulama adalah pewaris nabi, sesungguhnya maknanya bukan hanya mewarisi risalah dan kemuliaannya tetapi juga mewarisi musuhnya nabi.

Karenanya amniyah dalam dakwah tidak hanya berlaku dimasa lalu tetapi juga di setiap masa. Amniyyah adalah memberikan jaminan keselamatan terhadap gerakan Islam dari segala hal yang membahayakan, baik yang timbul dari individu, kelompok atau dari pemerintahan yang dzolim.  Mengetahui banyak hal yang katanya informasi A1, bukan kebanggaan apalagi kemuliaan. Tetapi beban yang harus terus dijaga kerahasiaannya, meski kukunya dilolosi sekalipun.Namun satu hal yang paling penting dan  krusial seksli adalah jangan sampai strategi yang dirancang justru menciptakan skandal. 

Skandal selamanya buruk dan mendatangkan sikap dusta, tidak jujur, pengkhinatan dan menstigma hal yang sudah baik menjadi bumerang yang terbang untuk memukul balik pemegangnya. 

Strategi tidak bisa dijadikan dasar dan acuan melakukan silent operation dan skandal, apalagi atas nama dakwah, keluarga dan harta banda.  Karena itulah mengapa jalur langit turun tangan  memberitahukan Nabi saw soal seorang Habib bin Abi Balta'ah itu. 

Rupanya Allah menghendaki agar dakwahNya bersih dari aroma skandal dan pengkhinatan dalam menyongsong kemenangan yang sudah di depan mata.