Selasa, 04 Oktober 2016

Membaca Wajah Smanda lewat Lensa Sinema Siswa

Membaca Wajah Smanda lewat Lensa Sinema Siswa

Apresiasi video hasil karya siswa memperkenalkan profil SMA Negeri 2 Kotabumi

Oleh Agus Ahmad Hidayat

Ketika mendapat tawaran mencermati video karya siswa, perasaan pertama yang saya rasakan adalah tantangan. Tantangan untuk bisa mengerahkan kemampuan mencermati, menimbang objek video yang pernah saya geluti di bidang ini yang secara teknis sudah saya lakoni saat sebagai pelajar SMP-SMA di kota Nganjuk Jawa Timur  tahun 75-79 yang saat itu menggunakan kamera berfilm seleluid. Buku-buku yang saya gunakan memandu keterampilan ini tulisan Leo Nardi – fotografer profesional yang menerbitkan majalah khusus Fotografi di Bandung. Dari buku ini saya kenal bentuk manipulasi film yang sekarang dikenal dengan trik-trik menyajikan film lebih atraktif. Saat menyaksikan film silat Cina yang bisa melompat terbang, adegan sumpit terlempar dan mengenai sasaran tepat pada wajah dalam film, terjawab setelah membaca buku bimbingan Kinamatografi tulisan Leo Nardi. Dan sekarang diminta untuk mencermati karya siswa anak SMA masa kini, ternyata kekagumanku tak bisa disembunyikan, mereka lebih pintar, kreatif dan unik.
Tulisan ini ingin menumpahkan perasaan itu sebagai apresiasi, pencermatan sebatas kemampuan saya, sebatas kejelian saya terhadap objek video yang disajikan. Untuk menyebut personal pembuatnya akan saya gunakan dengan menyebut nama file yang diserahkan kepada panitia. Pencermatan ini meliputi: bagaimana membuka dan menutup sajian film, penulisan teks segmen segmen film, pemusatan gambar yang disorot, penggunaan animasi, pencampuran suara latar, suara alami, kelengkapan objek yang disajikan, dan pendugaan (diri pengamat) terhadap alat-fasilitas yang digunakan dalam pembuat film ini.
Pencermatan secara umum
1.Secara umum teks ditampilkan pada awal film dalam bentuk beragam, ada yang menggunakan latar hitam dan warna teks putih, ada pula yang menggunakan animasi gambar dan tulisan buatan sendiri, atau animasi yang sudah jadi. Melalui teks ini bisa diketahui siapa tim pembuat dan juga ucapan penghargaan kepada yang berjasa terwujudnya film ini.
2.Berikutnya bagaimana penampilan awal gambar, kesan umum adalah ingin mengatakan ‘di mana sekolah ini berada’. Ada yang menyoroti perjalanan dari Kotabumi Kota menuju sekolah menggunakan sepeda motor, melalui bingkai bingkai cepat bisa ditangkap lokasi yang dilewati, ada juga menampilkan posisi geografis  menurut peta dunia google secara zoom – sorot dekat, sorot jauh- ada juga memusatkan pada posisi sekolah dilihat dari udara- menggunakan peralatan khusus drone- semua menarik dan patut dipuji.
3.Bagaimana kejelian tim untuk menangkap ‘apa yang ada’ di sekolah ini disajikan dalam bentuk film? Karena film yang baik adalah gambar yang bisa berbicara, gambar yang menunjukkan diri sendiri, penikmatnya bisa terbawa pada maksud gambar itu. Dengan bahasa lain, misi bisa dicapai melalui sajian gambar itu. Di sinilah diperlukan kerja kreatif dan teknis yang tepat. Ada yang merekam peristiwa peristiwa secara lengkap ada pula yang tidak, ada yang merekam dengan memusatkan pada keseharian di sekolah itu, yang model ini tidak ditunggu moment-nya. Peristiwa upacara bendera misalnya, ada yang menyajikan secara runtut, ada pula dengan flas flas peristiwa tercuplik tetapi bisa dengan mudah ditangkap maksudnya, cara ini lebih mudah dan hemat durasi. Perpindahan bingkai gambar ada yang mulus dalam arti jedanya tidak terlalu lama, mungkin 2 detik, tetapi ada pula jeda pergantian gambarnya agak lama-menurut hitungan sampai 11 detik baru muncul ini tentu melelahkan dan mengganggu penikmatan film.
4.Suara, dalam hal ini pemberian suara ilustrasi film. Masalah lagu yang dipilih secara umum baik dan layak. Artinya tidak harus lagu resmi (Indonesia Raya misalnya) bisa juga yang tampil lagu pop yang senada dengan pesan (misalnya, Merah Putih Teruslah Kau Berkibar, diujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini). Yang perlu mendapat penghargaan: a)ada yang secara teknis bisa memadukan suara alami- Lagu Indonesia Raya – yang dinyanyikan secara live- kemudian kamera menyoroti peristiwa yang lain (siswa yang pingsan dibawa ke UKS) sementara lagu yang terdengar masih lagu Indonesia Raya secara live itu.  b)ada yang jeli menghitung durasi lagu Indonesia Raya, dan saat disajikan gambar, akhir lagu Indonesia Raya itu – gambarnya menampilkan siswa yang sedang bubar barisan penanda upacara selesai.
5.Kekhasan. Dalam hal ini saya ingin menyoroti a)sajian bingkai peristiwa keagamaan, ini sangat penting karena sekolah mencantumkan dalam visi-nya, artinya film harus ada bingkai kegiatan keagamaan. b)ada yang jeli dalam penyajian keagamaan, misalnya pandai memilih lagu ilustrasi, mengambil lagu yang universal/umum dalam hal ini lagu berjudul “Tuhan” yang biasa dimainkan musisi Bimbo Grup, ada pula yang menampilkan suara alami- bukan musik latar saat bingkai keagamaan, c)bingkai keagamaan secara lengkap 4 yang ada di sekolah kita(Islam,Kristen-Katholik,Hindu, dan Budha), tetapi ada kelompok yang terlewatkan satu moment peritiwa keagamaan ini.
6.Keunikan. Dalam hal ini saya ingin mengomentari bagaimana pengerahan kemampuan secara maksimal semua kelompok atau tim. a) orisinal- keaslian karya sangat penting, jangan sampai ada peran di luar kita dalam karya film ini, karena bisa muncul dugaan – perkiraan ‘ jangan-jangan pengolahan film ini mengupah atau memesan kepada pihak lain, misalnya tampilan teks keterangan bingkai gambar secara umum (misalnya tertulis “kegiatan ekstrakurikuler” mengapa bukan “PMR” atau “Paskibra” secara spesifik) b)Optimalisasi peralatan yang dimiliki. Kamera unsur utama perekaman gambar, jika dikenali dengan baik peralatan ini akan memberi hasil yang optimal, kecerahan gambar, konstanitas/tidak goyang gambar-dengan penggunakan kakitiga-tripot. c)jika kamera kita memiliki kelemahan, gunakan trik-trik yang memadai untuk menimbulkan efek tertentu, misal gambar ditampilkan silinder melengkung. d)keunikan terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, ada yang berkarya tampak (dugaan pengamat) menggunakan peralatan pemantau udara- ternyata daya kreatif dalam rekayasa-menggunakan peralatan sederhana (tongkat bambu panjang sebagai penyangga kamera) tetapi tampil  menarik pada film yang dihasilkan. e)adanya tampilan orang yang menyampaikan semboyan tertentu-unsur kedaerahan, atau tampilan guru secara slide dengan efek grafis tertentu bisa ditoleransi  asal tidak berlebihan menyita waktu.
7.Sajian wawancara. Ada beberapa catatan ketika menampilkan sajian wawancara a)penangkapan suara harus jelas-terhindar dari suara luar- di sini perlu tambahan mikropon yang memadai b)pusat gambar difokuskan pada nara sumber, jangan ada gambar lain/aktivitas lain yang terekam oleh gambar yang bisa merusak maksud utama.
Tulisan ini semoga menjadi dialog hidup perbincangan karya besar, sebagai awal karya besar yang akan datang.
Salam untuk semua
Jempol penghargaan atas kerja tim telah berkeringat, berbuat yang paling tepat, hebaaaat !
Lampung Utara 4 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar