Selasa, 20 September 2016

Resensi - sebuah contoh tulisan hasil membaca karya Mohtar Lubis



Pengantar
Pernah membaca karya Mohtar Lubis berupa novel; Jalan Tak Ada Ujung? atau kumpulan cerpan Bromo Corah? Dalam karya itu akan tampak sindiran terhadap watak  manusia yang bebal dan tak mau bertanggung jawab. Mohtar Lubis bukan hanya seorang wartawan, beliau juga seorang humanis, budayawan yang pandangannya luas. Manusia Indonesia adalah tulisan berisi kritik terhadap perilaku kita - orang Indonesia yang masih percaya dengan takhayul. Jika kita kenal slogan "Revolusi Mental" yang digembar-gemborkan oleh pemimpin kita, bisa jadi inspirasinya dari buku karya Mohtar Lubis ini.
Berikut ini sebagian tulisan yang berupa hasil resensi yang menyoroti karya Mohtar Lubis. Selamat membaca!

Gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen adalah gaya bahasa yang ringan tetapi syaratakan makna. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya makna yang bisa dipetik dari ceritasetelah kita memahami cerita yang disampaikan. Kemudian diksi atau pilihan kata yangterdapat dalam cerita. Pengarang memasukkan pilihan kata yang tidak berbelit-belitdengan banyak unsur-unsur puitik, namun memakai kata-kata yang dapat dengan mudahuntuk dimengerti dan dipahami. Dan terakhir unsur yang menarik perhatian saya untuk dibahas adalah tema yang ada dalam cerita. Tema yang diangkat dalam cerita adalahmengenai kemanusiaan yang ada dalam dunia. Pengarang sengaja menampilkan negarayang memiliki hubungan yang tidak baik dengan negara lain karena selain tidak menghargai eksistensi negara lain negara ini juga sangat tidak mau jika ada negara lainyang lebuh hebat dari pada dia serta juga tidak mau jika ada Negara lain yang tidak maumengikuti kebijakan dan perintahnya. Namun pengarang tidak semata-matamenyinggung sebuah negara yang sangat berkuasa di dunia ini, dalam cerita ini juga bisadikaitkan dengan sifat-sifat yang ada pada manusia. Jadi selain mengangkat masalahyang dikaitkan dengan sebuah negara, pengarang juga sengaja mengaitkan cerita ini agar  bisa berhubungan dengan kehidupan manusia.Begitulah sifat dari Mochtar Lubis yang suka membahas tentang manusia. Beliau juga pernah berkomentar tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang telah dikutip oleh seorangwartawan senior.Diungkapkan wartawan legendaris itu tahun 1977, dan sampai kini masih relevan. Diamenulis tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang pernah diungkapkan Mochtar Lubisdalam pidato kebudayaan yang sebagian dia kutip yaitu sebagai berikut:Menurut Mochtar, ciri pertama manusia Indonesia adalah hipokrisi atau munafik. Didepan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka, tapi kitamembuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi prostitusi. Banyak yang pura- pura alim, tapi begitu sampai di luar negeri lantas mencari nightclub dan pesan perempuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi, tapi diasendiri seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap asal bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive.Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya.Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahanmenggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepatmembela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.”Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal. Sikap feodal dapat dilihat dalam tata caraupacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atauistri menteri otomatis menjadi ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakatmemimpin. Akibat jiwa feodal ini, yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik terhadap atasan.

Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul. Manusia Indonesia percayagunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai kekuatan gaib. Percaya manusiaharus mengatur hubungan khusus dengan ini semua untuk menyenangkan ”mereka” agar  jangan memusuhi manusia, termasuk memberi sesajen.”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan baru, Tritura, Ampera, Orde Baru, therule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita membikintakhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul baru, juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi takhayul dan lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau GDP.”Ciri kelima, manusia Indonesia artistik. Karena dekat dengan alam, manusia Indonesiahidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaan sensualnya, dan semua inimengembangkan daya artistik yang dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.Ciri lainnya, manusia Indonesia tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus dan berpesta. Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi miliuner seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar sarjana supaya dapat pangkat. Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepatdengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar