Selasa, 03 Desember 2024

Sunan Kalijaga, berdakwah menggunakan kearifan lokal

 Metode dakwah melalui kearifan lokal

Sunan Kalijaga menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa saat itu. 

Berbagai kisah peninggalan sejarah, baik berupa serat, tembang, gubahan puitis, falsafah, rancangan beserta lakon wayang kulit, formasi alat gamelan, sampai tutur cerita lisan telah tersebar luas dan tidak lekang oleh waktu.

Menurut John Hady Saputra dalam buku ‘Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga’, Sunan Kalijaga menggunakan pola dakwah yang sama dengan gurunya, Sunan Bonang yang cenderung “sufistik berbasis salaf”.

Begitu juga dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Mereka yang pada dasarnya menyukai wayang, mulai tertarik dengan pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian budaya sebagai sarana berdakwah, salah satunya dengan wayang kulit yang tengah digandrungi sebagian besar Masyarakat Jawa. 

Mereka tertarik dengan pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga tidak memungut biaya bagi masyarakat berbagai kalangan yang ingin menyaksikan pertunjukan wayang.

Sunan Kalijaga hanya meminta orang-orang yang datang menyaksikan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai ganti biaya tiket masuknya.

Metode ini terbukti efektif, masyarakat Jawa yang ketika itu menganut paham animisme secara perlahan mulai menerima ajaran Sunan Kalijaga. 

Bahkan banyak adipati di Jawa yang memeluk Islam dengan ajaran Sunan Kalijaga. Seperti adipati Kartasura, Pandanaran, Banyumas, Kebumen, dan Pajang.

Dikutip dari buku Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Demak oleh Dr. Fairuz Sabiq, M.S.I, salah satu wali yang juga disebut dengan nama Raden Mas Said ini adalah satu dari sembilan wali yang memiliki pengaruh besar terhadap penyebaran dan perkembangan agama Islam di pulau Jawa. Ia diperkirakan lahir sekitar tahun 1430-an, ada juga pendapat yang menyebutkan lahir pada tahun 1450.

Dalam buku tersebut, ditulis juga bahwa ada beberapa pendapat mengenai asal-usul nama dari sunan Kalijaga. Salah satunya adalah nama Kalijaga, berasal dari cerita saat ia berguru pada sunan Bonang. Dalam cerita tersebut, sunan Bonang menancapkan kayunya di pinggir kali, dan Raden Mas Said diperintahkan untuk menjaga tongkat kayu itu selama bertahun-tahun.

Mengutip buku Islam Abangan dan Kehidupannya oleh Rizem Aizid, Sunan Kalijaga dalam berdakwah, memanfaatkan kegemaran masyarakat. Salah satunya adalah dengan mengadakan pertunjukan wayang dengan gratis. Dari hal ini, ia berhasil mengislamkan masyarakat Jawa yang dahulu sangat kental dengan tradisi Hindu-Budha secara halus dan tanpa paksaan apapun. Ia juga dikenal menjadi seorang seniman hebat, atau seorang dalang dan juga ahli dalam wayang kulit.

Pendekatan seni lainnya yang digunakan sebagai cara berdakwah Sunan Kalijaga, di antaranya adalah seni berpakaian seperti pakaian batik dan takwa, kemudian seni suara dalam tembang-tembang seperti lir-ilir dan gundul-gundul pacul, kemudian seni ukir yang bernuansa islami, dan wayang seperti yang sudah disebutkan.

Melalui pendekatan akulturasi budaya

Selanjutnya, dalam berdakwah Sunan Kalijaga juga memadukan unsur-unsur kebudayaan yang ada pada saat itu dengan budaya keislaman. Pendekatan akulturasi ini, dalam buku Sunan Kalijaga (Raden Said) oleh Yoyok Rahayu Basuki, menjadi pendekatan yang paling sesuai dengan masyarakat jawa, yaitu memadukan budaya pada masa itu dengan menyisipkan nilai keislaman. Sehingga, dakwahnya juga menjadi mudah diterima.

Jasa-Jasa Sunan Kalijaga

Sebagai wali yang memiliki pengaruh di masyarakat Jawa khususnya, inilah jasa-jasanya selama menyebarkan agama Islam. hal ini dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah kelas VI, oleh Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida':

Sebagai seorang mubalig

Sunan Kalijaga dikenal sebagai seorang mubalig yang menyebarkan agama Islam sambil mengembara. Ia juga berkeliling dan mendekati masyarakat dengan cara yang ramah, dan mampu berbaur dengan masyarakat sekitar


Seorang ahli dalam bidang strategi perjuangan

Selain menjadi seorang mubalig, ia juga merupakan seorang ahli dalam strategi perjuangan. Dalam menyebarkan agama Islam, ia juga mengalami kesulitan-kesulitan sehingga ia harus memakai pertimbangan dan strategi yang matang dalam dakwahnya.

Seorang ahli di bidang seni dan arsitektur

Dalam bidang seni, Sunan Kalijaga mampu menciptakan kesenian dalam berbagai bentuk seperti wayang yang lengkap dengan gamelannya, tembang-tembang yang ia buat, bedug di masjid untuk memanggil orang ketika waktu shalat telah tiba, dan lain-lain. Sunan Kalijaga juga ahli dalam bidang arsitektur, seperti masjid Agung Demak yang ia dirikan.

ditulis ulang dari berbagai sumber

agus ahmad hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar