Kamis, 04 Juli 2019

Mencermati Perilaku Keluarga : Tangga berjenjang menuju kebahagiaan

LIMA TAHAP KEHIDUPAN PERNIKAHAN

Menikah dan hidup berumah tangga telah menjadi salah satu disiplin keilmuan tersendiri yang dikaji dan dipelajari secara sangat luas dan mendalam. Mengamati perilaku pasangan suami istri dalam rentang waktu panjang, sejak awal pernikahan hingga mereka menjadi tua, sebagian di antara mereka bertahan dalam hidup berumah tangga, sebagian lainnya memilih jalan berpisah. Perilaku ini telah mendapat pencermatan tersendiri oleh banyak psikolog dan konselor pernikahan.
Salah satu pakar itu adalah Dawn J Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan marriage and relatonship educator dan coach, yang menyatakan ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan pernikahan, Dawn mengamati kehidupan pernikah berkembang dalam tahapan yang bisa diprediksikan sebelumnya. Namun perubahan dan satu tahap ke tahap berikut tidak memiliki batas waktu yang pasti. Memahami adanya tahapan dalam hidup berumah tangga itu bisa membuat pasangan suami istri melakukan evaluasi bersama dan mengusahakan hal terbaik agar bisa melampaui  berbagai tahapan dengan sebaik-baiknya.


Tahap pertama: Romantic Love
Pada tahap ini pasutri sama sama merasakan gelora cinta yang menggebu. Hal ini terjadi di saat awal masa pernikahan, yang banyak disebut orang sebagai bulan madu. Suami dan istri berada dalam suasana kegairahan cinta yang membara, ingin selalu bersama, merasakan ikatan yang sangat kuat di antara mereka, tidak mau ada yang memisahkan mereka. Pasutri selalu ingin melakukan kegiatan bersama sama dalam situasi romantis dan penuh cinta. Makan bersama, olahraga bersama, jalan-jalan, belanja, membersihkan rumah, tidur, bahkan mandi bersama. Mereka berdua seakan menikmati surga dunia yang sangat  indah dan serba menyenangkan. Istilah ‘mawaddah’ tepat untuk menggambarkan situasi  asmara yang menggebu ini.

Tahap kedua: Dissapointment  or  Distress
Jika romantic love membuat pasutri serasa berada di atas awan indah maka pada tahap dissapointment   ini mereka merasa mulai turun ke bumi. Mulai melihat realitas- realitas hidup yang sesungguhnya dan mulai melihat adanya cela pada pasangan. Saat mengalami tahap romantic love, berbagai kesalahan kecil bahkan tampak sebagai kelucuan yang menggemaskan dan ditertawakan bersama. Berbeda dengan saat memasuki tahap kedua ini.
Pada tahap kedua, pasutri mulai saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa terhadap pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Kadang suami atau istri berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak akibat konflik dengan pasangan ini dengan curhat kepada orang lain. Bahkan kembali menjalin hubungan dengan mantan, atau mencurahkan perhatian ke pekerjaan. Hobi, anak, organisasi, atau hal lain sesuai minat masing- masing. Jika tidak dikelola dengan baik, tahapan ini bisa membawa pasutri ke dalam situasi yang negatif dalam hubungan dengan pasangannya. Beberapa orang yang gagal melalui tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.


Tahap ketiga: knowledge dan awareness
Tahap ketiga ini bercorak dewasa. Ada perenungan  dan kesadaran pada diri suami dan istri untuk memiliki kualitas hidup berumah tangga yang lebih baik.
Pasutri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi diri dan pasangannya. Mereka sibuk mencari informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu  terjadi. Biasanya mereka lakukan dengan berdiskusi, membaca artikel, meminta kiat -kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seninar- seminar dan bahkan konsultasi perkawinan.


Tahap keempat: transformation
Tahap keempat bercorak kematangan hubungan. Jika pencarian informasi tentang kebahagiaan pernikahan itu berhasil mereka dapatkan maka akan membuat mereka semakin menghayati makna kehidupan berumah tangga. Mulai tumbuh penghormatan dan pemuliaan yang tulus kepada pasangan.
Suami dan istri pada tahap ini akan berusaha melakukan perbuatan yang mampu membahagiakan hati pasangannya. Suami dan istri akan berusaha membuktikan bahwa dirinya adalah sahabat yang tepat bagi pasangannya.  Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara satu dengan yang lainnya dalam menyikapi perbedaan dan konflik yang terjadi. Saat itu, suami dan istri akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang bahagia.


Tahap kelima: real love
Tahap kelima ini bercorak kesejiwaan antara suami dan istri. Istilah ‘rahmah’ tepat untuk menggambarkan situasi hubungan pasutri pada tahap real love ini.
Pada tahap kelima ini, pasutri akan kembali dipenuhi dengan  keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Waktu yang tersisa akan mereka habiskan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. Inilah cinta yang dewasa, cinta yang penuh makna dan kesungguhan jiwa.
Untuk mencapai tahap ini tidaklah sulit, sepanjang ada usaha bersama. “Real love  sangatlah mungkin untuk Anda dapatkan bersama pasangan  jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa usaha dari Anda berdua,” ungkap Dawn.

Sumber: Wonderful Couple, Menjadi Pasangan Paling Bahagia, Cahyadi Takariawan,Penerbit   PT Era Adicitra Intermedia, Cetakan keempat, halaman 20-23, diketik ulang oleh Agus Ahmad Hidayat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar