Kamis, 19 Juli 2018

Novel sejarah - Cerita sejarah

 Bacalah bagian awal novel berjudul  Kubah  karya  Ahmad  Tohari

Angin yang menembus sela sela kerimbunan beringin di pojok alun alun itu menimbulkan suara mendesau. Sebutir buah beringin runtuh dan menimpa pundak Karman. Satu lagi jatuh di dekat kaki kirinya. Karman yang sedang larut dalam kenangan ketika terbuang di Pulau B, tersadar. Ia mendengar riuh suara burung yang makin ramai. Burung burung berebut tempat yang paling baik untuk tidur sampai menjelang fajar esok pagi. Kota kabupaten itu pun sedang bersiap memasuki suasana malam. Lampu lampu jalan menyala serentak. Karman bangkit. Namun hanya termangu, bingung. “oh, rupanya aku terlalu lama duduk di tempat ini,” keluhnya.
Tanpa tujuan yang jelas, Karman kemudian melangkahkan kaki, berjalan ke arah selatan. Dipojok alun alun sebelah sana ia kembali berhenti gamang. Namun akhirnya ia bergerak lagi, membelok ke Barat. Dan sekali lagi kebimbangan mengepungnya ketika Karman sampai di pojok yang ketiga. Maka ia hanya mengikuti pembawaan kaki dan berbelok lalu melangkah ke utara. Karman melihat ada pedagang makanan. Tiba tiba perutnya terasa sangat lapar.
Karman mengeluarkan uang kumal untuk membeli sebuah ketupat dan segera memakannya sambil jongkok. Setelah meminta segelas teh  yang langsung diminumnya, Karman melangkah sepembawa kaki ke Timur. Maka lengkap sudah; tanpa tujuan tertentu Karman telah sempurna mengelilingi alun alun kabupaten. Bahkan karena tetap tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan, Karman menurutkan kedua kakinya mengelilingi alun alun buat kali kedua. Dan kali ini Karman berpapasan dengan serombongan anak anak besar kecil. Mereka berkopiah dan berkain sarung, lucu menawan, dan berjalan hiruk pikuk. Tanpa kesadaran penuh, Karman berbalik mengikuti rombongan anak anak itu. Anak anak terus berhamburan menuju serambi mesjid besar kabupaten. Tetapi Karman mendadak berhenti, gagap. Termangu. Dua tiga orang yang hendak sembahyang melewatinya tanpa peduli. Namun akhirnya seorang lelaki tua sambil berjalan menepuk pundak Karman. “Mari, Pak, sudah hampir ikamah!”Dan seperti ada sesuatu yang mendorongnya, Karman ikut melangkah memasuki halaman mesjid.
Pukul tujuh malam Karman keluar. Ada setitik rasa lega dalam hatinya karena ia telah berhimpun dengan orang banyak ketika salat berjamaah. Memang, orang orang itu tak satu pun mengenalnya dan mereka tak mengajaknya bicara. Mereka hanya menawarkan jabat tangan dan senyum!  ”Mereka tidak tahu siapa aku,” renung Karman. “tetapi cukuplah; senyum adalah tanda keramahan yang sangat berharga bagiku. Terima kasih, oh, terima kasih.” Dan tanpa terasa air mata Karman meleleh.


Bagaimana Ahmad Tohari menggambarkan suasana pada petikan novel Kubah?
Bisakah kamu menebak, kota atau tempat manakah yang disebut kota B?
Kaitan apakah dengan peristiwa sejarah yang kamu ketahui pada novel Kubah ini?

Buatlah ringkasan isi novel Kubah!
Buatlah tulisan yang mengenalkan tokoh a)Ahmad Tohari  b)Mohtar Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar