ZIKIR MONAS 3
:Untukmu Laskar Ciamis
laskar ciamis, siapakah engkau?
langkah-langkah kecil kakimu
menempuh beratus kilo jarak
melintasi berpuluh kota
melewati bukit, lembah, ngarai
dan jalan berliku
sungguh telah menggetarkan hati-hati kami.
laskar ciamis, siapakah engkau?
koyak terompahmu
bengkak betismu
pecah kulit tapak kakimu
baja semangatmu
sungguh telah mengguncang kalbu iman kami: apa arti mencinta.
laskar ciamis, siapakah engkau?
tekadmu pantang dihalang
ghirohmu tinggi menjulang
tak peduli terik
tak peduli hujan
tak peduli angin
tak peduli rintang
engkau terus melangkah
melangkah....
dan melangkah
tapakmu pasti: tinggikan kalam robbmu.
"kami cuma setitik air yang ingin berhimpun dengan saudara-saudara kami agar menjadi laut, lalu bertasbih menggemakan cinta."
"beri kami jalan
izinkan kami melangkah
biar kami terus belajar
dan bisa lebih belajar
apa arti dekat dan mencinta qur'an, lalu kami sampaikan pesan pada sang penista, jaga mulut dan lidahmu agar tak rusak ini negeri oleh ulah busukmu."
laskar ciamis
derap kecil langkah-langkah kakimu
sungguh mengguncang dada iman kami.
biarkan kami belajar dari langkah-langkah kakimu, bagi segenggam cinta para pecinta!
Monas, 2 Desember 2016
ZIKIR MONAS 4
:Tertabal Iman Itu
itu hari sungguh beda
bermula doa singkat
lalu munajat panjang.
"Ya Robbi, di sini kurasa sentuhan-Mu
di sini kulihat jejak-Mu
di sini kucecap kuasa-Mu
setelah lama hilang dari mata batinku."
tak pernah kulihat manusia sebanyak itu, tak pernah kualami berkumpul dengan anak-anak adam sebesar itu, memutih lantunkan takbir, tinggikan pujian kepada-Mu.
tak pernah kualami
tak pernah kulihat
bahkan di tanah haram sekalipun.
apa yang menggerakkan mereka
siapa kuasa menghimpun mereka
datang dari aneka daerah
penuh senyum dan tawa ikhlas
walau sebagian harus berpeluh ria
berbengkak betis
berpecah tapak kaki
menempuh beratus kilo jarak
hanya berjalan kaki
untuk sampai ke sini
ke Monas di Jumat pagi.
menyatu mereka dalam girah
bercucur air mata
menyemut doa
berjuta mereka
siapa kuasa.
"Ya Allah,
tumbuhkan benih di hati mereka"
lamat terdengar olehmu
lirih doa seorang ibu.
kau lihat ia terus titikkan air mata
lama ekspresikan kata
buncahkan hati
luapkan rindu.
kau lihat ia bersyukur
tunduk, sujud, gembira
hadir membela agama.
lalu....,
makin dalam berdoa.
Mona, begitu engkau, duduk terdiam
bersimpuh di samping wanita itu
engkau mulai merasakan cinta
lalu batinmu mulai mencatat
Monas punya peristiwa.
Mona, engkau datang bukan sebagai pembela, berbeda dengan mereka
engkau pengamat belaka
engkau sekadar ingin merekam
engkau sebatas ingin mencatat
hanya nyamarmu sebagai pembela.
tatkala mereka berdoa
kau pura berdoa
ketika mereka takbir
kau pura bertakbir
saat mereka zikir
kau pura berzikir
waktu mereka sholat
kau pura bersholat
itu mulamu, maksudmu sandiwara belaka.
namun ini Monas punya cerita
engkau Mona, di Monas engkau temui jalan
hidayah terkirim menghunjam mata batinmu
engkau lihat jalan pulang,
engkau tak bisa berpaling
engkau terketuk
jiwamu terguncang.
engkau coba menepis
kiranya ilusi belaka
tapi itu doa begitu kuat
terus terngiang
semakin menggoda:
"Ya Allah tumbuhkan benih di hati mereka."
batinmu berkecamuk
hatimu mengharu biru
remuk redam jiwa yang rindu
terkulai lemah getar-getar kalbu.
"Ya Allah,
tumbuhkan benih di hati mereka."
lalu engkau coba mengeja hati
engkau sebut kembali nama itu
nama yang lama hilang dari sanubarimu yang mula gersang.
"Allah, Allah, Allah
ampunkan hamba ya Allah."
hatimu membara
terus menyala
terang dalam lirih doa
bersama deras hujan mengucur
engkau tak bisa lagi berpura-pura.
Mona, perempuan yang mula bukanlah pembela, melihat angkasa
langit ikut membujuk
awan merayu
saat gerimis
mengguyur Monas dengan manis.
engkau Mona
sepuluh tahun alpa
di Monas kembali temukan jalan
engkau sholat kembali
bersama benih tumbuh di hati.
engkau pun hijrah
semula domplengan
kini sungguh laungan.
engkau Mona
terus menangis
berdoa dalam kerumunan
terbesar sepanjang sejarah
sholat dalam kerumunan
terbanyak sepanjang sejarah.
dunia mencatat
itu hari yang beda
itu Jumat yang beda
itu Monas yang beda
itu dua desember dua ribu enam belas.
Monas, 2 Desember 2016digubah dari karya Deny JA
diambil dari tulisan Heri Mulyadi. -via Face Book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar