Senin, 09 Oktober 2023

Malam Sekaten


 

Malam Sekaten

cerita pendek karya Hamka

1

Gung telah berbunyi bertalu talu di halman Mesjid Agung. Manusia telah berduyun duyun keluar dari rumahnya masing masing, bagai anai anai bubus, berkumpul ke alun alun.

Perayaan Sekaten itu tidak dapat lagi dipisahkan dari adat istiadat penduduk Solo dan Yogya, terambil dari kalimat Syahadatain, yaitu dua kalimat Syahadat. Perayaan itu berasal dari zaman dahulu, pada masa wali wali menyiarkan agama Islam di tanah Jawa. Diadakannya Sekaten untuk mendengarkan pengakuan orang orang yang baru pindah dari agama Hindu Majapahit kepada agama baru, agama Islam yang mulai tertegak di dalam kerajaan Demak terus ke Mataram

2

Malam Sekaten itu bertepatan dengan maulud Nabi Muhammad saw. Waktu itulah Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Yogyakarta keluar dari dalam keraton menuju ke Mesjid Agung, hendak mendengarkan para kiai yang dikepalai oleh kepala penghulu istana membaca kisah Maulud Nabi dengan nyanyian merdu, percampuran kesenian Arab, Hindu, dan Jawa. Bila Baginda telah masuk, maka berbunyilah meriam, alamat Sekaten telah dimulai. Di belakang Baginda berjalan prajurit prajurit istana dengan pakaian yang indah indah; berbaris dengan tertibnya. Ada yang memikul tombak, ada yang membawa payung kebesaran dan bendera yang aneka warna. Di dekat Baginda kelihatan prajurit pilihan, yaitu prajurit Daengan ban Bugisan, turunan serdadu serdadu Mengkasar dan Bugis yang telah jadi penjaga istana lebih dari seratus tahun lamanya, sampai kepada anak cucunya.

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar