Kamis, 07 Agustus 2014

Anekdot, hal yang lucu dan unik, media untuk menyampaikan kritik

Agus Salim - Menteri Luar Negeri RI- kalah debat di kampung halamannya


Pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, kita memiliki menteri luar negeri yang unik. Unik dari penampilannya, karena menteri luar negeri kita Agus Salim memelihara jenggot panjang, berkaca mata, dan berpeci. Soal kemahirannya berbahasa jangan diragukan, karena beliau menguasai banyak bahasa asing. Di forum internasional, beliau dipandang cerdas, santun dan kalimatnya berbobot. Maka tak heran ketika berbicara di depan anggota PBB mengenai dunia internasional, pidato Agus Salim disambut tepuk tangan oleh majelis yang hadir. Argumennya tepat, bahasanya halus, sorot matanya yang berwibawa, dan kehidupannya yang religius.

Ketika Agus Salim berkunjung ke kampung halamannya, di Bukittinggi Sumatera Barat, beliau keliling kota naik delman, kendaraan umum yang ada pada saat itu. Dalam perjalan itu, tiba tiba kuda yang menarik delman itu kentut. Suaranya terdengar keras.  Berkomentarlah sang menteri ini " Kudamu ini masuk angin!" (maksudnya kudanya sakit) Mendengar komentar ini, kusir delman menjawab, "Bukan, kuda ini keluar angin!"

Perdebatan antara Agus Salim dan kusir delman tentang  istilah "masuk angin" dan "keluar angin" didengar wartawan, dan ditulislah pada koran terbitan saat itu "Menteri Luar Negeri kalah debat di negeri sendiri"

Perbincangan setelah membaca teks
1.Apakah makna anekdot itu?

2. Apakah anekdot selalu terjadi sungguh-sungguh?

3. Apakah anekdot selalu terjadi pada seorang tokoh ternama?

4. Bagaimana struktur anekdot itu?

5. Kenalkah istilah berikut ini dan jelaskan maksudnya: abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda !

6. Bisakah menceritakan kisah penemuan rumus atau alat teknologi misalnya hukum Newton, ditemukannya sepeda roda dua, Arsimides, ditemukannya ragi, dan lain lain.

8. Adakah ditemukan anekdot, keunikan pada tokoh berikut ini: Jenderal Sudirman-Panglima Besar TNI, Bung Tomo-peristiwa 10 November di Surabaya,Hamka-ulama dan sastrawan, Gus Dur atau Abdurahmad Wahid, BJ Habibi,

Referen tambahan: bacalah buku "Senyum dan Tangis Rasulullah"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar